Bab 27 | Takut? Enggaklah!

49 12 8
                                    

Setelah membereskan alat sholat masing-masing. Mereka bergegas menuju ruang sekretariatan pramuka. Nampaknya sudah banyak anggota yang hadir. Mereka duduk sesuai sekbid.

Nafdhita dan Fathah duduk bersama anggota paskibra yang terlibat menjadi panitia keamanan di perkemahan dan Ayu juga Rofa bergabung bersama anggota PMR lain yang bertugas menjadi panitia kesehatan.

Kali ini memang melibatkan tiga ekstrakulikuler sebagai panitia. Pramuka tetap jadi inti, paskibra dan PMR ikut membantu sebagai keamanan dan kesehatan. Masing-masing anggota paskibra dan PMR yang diikut sertakan berjumlah sepuluh orang. Panitia kesehatan amat dibutuhkan karena pasti akan ada peserta yang tumbang saat masa perkemahan, apalagi perkemahan akan diselenggarakan selama tiga hari dua malam dengan agenda kegiatan yang cukup padat.

Rapat kali ini adalah rapat terakhir sekaligus pemantapan. Besok mereka akan menyiapkan keperluan di Bumi Perkemahan karena lusa acara akan di mulai.

Anggota sekbid logistik berpencar menanyakan alat yang dibutuhkan oleh sekbid lain. Siapa tahu ada tambahan agar mereka bisa langsung mencarinya. Tersisa Khanza dan Faizal di meja mereka. Khanza sibuk menyalin nama barang yang sudah tersedia dan dimana mereka meminjam.

"Khanza."

Merasa namanya dipanggil, Khanza pun mendongak. "Iya?"

"Persyaratan buat kemah udah siap?" tanya Faizal.

"Baru sebagian." Khanza menjawab seadanya. Ia baru menyiapkan pakaian dan barang yang akan dibawa saja. Makanan dan persyaratan makanan khusus panitia belum ia siapkan.

"Tinggal apa?"

"Makanan." Khanza kembali fokus mencatat.

Faizal mengangguk dua kali menanggapi jawaban Khanza. "Mau beli kapan?"

"Belum tau."

"Gimana kalau abis ini? Kita belanja bareng," tawar Faizal. Akhirnya Faizal bisa mengajak Khanza jalan meski dengan modus untuk persyaratan kemah.

Jantung Khanza semakin berdegup kencang mendengar tawaran dari Faizal. Tolong, ini jantung gak bisa diajak konpromi. Menghela napas pelan, mencoba mengusir rasa gugup yang tiba-tiba datang. Padahal sedari tadi Khanza sudah mencoba untuk tenang.

Khanza mengenggam kuat bol poin yang sedari tadi ada digenggaman. Pelan kepalanya menggeleng setelah melihat pergelangan tangan kiri yang terlingkari jam. Melihat gelengan kepala Khanza membuat Faizal mendesis kecewa.

"Udah sore, besok aja," balas Khanza.

Tanpa sadar dua kata terakhir Khanza mampu mengurangi rasa kecewa Faizal. Setidaknya besok ia akan kembali mengajak Khanza berbelanja persyaratan kemah. Masih ada kesempatan Faiz! Semangat!

***

Khanza keluar dari ruang sekre bersama Via. Awalnya ia akan pulang bersama Fuji, tapi Fuji masih memiliki urusan drngan kakak kelas entah urusan apa Khanza tak tahu.

"Vi, kamu dijemput?"

Via mengangguk. "Iya, nih. Kamu pulang sama siapa, dong? Khalid bisa jemput gak?"

Khanza tersenyum tipis. "Khalid ada latihan basket. Jadi aku pulang sendiri," balasnya.

"Sama Rizky aja kalo gitu," saran Via. Mengingat Khanza tak pernah pergi dan pulang sekolah seorang diri membuatnya agak khawatir.

"Dia udah pulang. Gapapa, aku pulang sendiri aja."

"Zara!"

Dua perempuan itu sontak menghentikan langkah saat sebuah teriakan memanggil nama kecil Khanza. Fahriza berlari menghampiri mereka.

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang