Hari sabtu ini, teman satu kelas Khanza di undang makan di rumah Sultan Fahriza. Si Anak sultan yang kemarin bahas soal poligami. Hari ini, dia mengajak semua temen sekelas makan siang tapi harus masak sendiri katanya. Meski semua bahan telah tersedia di dapurnya."Ayolah, Zara. Besok kita makan-makan di rumahku. Deket, kok. Masa gak mau dateng," ucap Fahriza kemarin saat membujuk Khanza.
"Ya udah, gini aja, deh. Aku jemput kamu, deh, Ra."
Dan benar saja, Fahriza menjemput Khanza dengan menggunakan sepeda gunung. Kini, laki-laki yang penuh dengan rasa percaya diri itu menunggu Khanza di luar rumah.
"Zara kira kemarin kamu cuma bercanda." Khanza keluar dari rumah dengan menggunakan banu kemeja putih yang di padu dengan rok jeans biru juga jilbab senada.
Fahriza bangkit dari duduknya. "Kapan, sih, seorang Fahriza bercanda?" tanyanya.
"Tiap detik," balas Khanza. Fahriza tertawa lepas. Ah, benar sekali ucapan Khanza. Fahriza adalah tipekal cowok humoris alias tak serius dalam berbicara. Jika pun dia serius, maka akan ada selipan tak seriusnya. Itulah ciri khas seorang Fahriza Anak Sultan.
Ah, iya. Seperti kemarin ketika dia sharing tentang berbakti kepada orang tua. Di tengahnya ia menyelipkan candaan dengan 'tiga ibu, satu ayah' yang sontak mengundang respon heboh dari anggota lainnya.
"Bener banget kamu." Fahriza mengacak gemas puncak kepala Khanza yang terbalut khimar biru. Khanza terkekeh, lalu menghindar dari Fahriza.
Setelah mengunci rumah, keduanya berjalan keluar gerbang rumah. Khanza. menaiki sepedanya, menoleh ke arah Khanza yang baru selesai mengunci gembok gerbang.
"Naik," titahnya. Khanza mengerinyit binggung.
Khanza menolak perintah Fahriza. Ya kali dia digonceng pakai sepeda gunung oleh laki-laki itu? Awalnya Fahriza memaksa Khanza untuk tetap naik. Namun, dengan tegas Khanza menolak. Pada akhirnya, Fahriza pun ikut berjalan di samping Khanza sambil mendorong sepeda. Iya, si Anak sultan dorong sepedanya di pinggir jalan karena Khanza gak mau digonceng.
"Kok, kamu malah jemput Zara?"
Fahriza menoleh sambil terus berjalan. "Mau aja," balasnya. "Takut kamu gak dateng." Khanza tak membalas ucapan laki-laki di sampingnya. Padahal kemarin Khanza sudah bilang bahwa akan datang bersama ketiga temannya. Lagi pula, mereka sudah janjian akan berangkat bersama. Tapi, saat Khanza sedang bersiap-siap, Fahriza menjemputnya dan berkata bahwa ketiga temannya akan langsung ke rumah laki-laki itu.
Di lain tempat, Ayu, Nafdhita, Fathah, Alif dan Rofa sedang berkumpul di depan gerbang rumah Fahriza. Gerbang tinggi nan mewah di depan mereka membuat kelima anak remaja itu menatap takjub.
"Baru gerbang aja udah waw. Emang sultan ini," celetuk Rofa.
"Yuk, ah. Masuk!" ajak Fathah. Laki-laki itu hendak masuk, tapi lengan bajunya ditarik oleh Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Novela JuvenilBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...