Prolog

1K 78 0
                                    

"Yaudah sih, buka hati, liat tuh dedek gemes pada ngantre nungguin lo buka hati."

Siang itu saat jam istirahat kedua dimulai, Jakie dan dua temannya sedang menikmati makan siang di cafeteria. Mereka memilih cafeteria karena biasanya lebih sepi dan suasana lebih nyaman dibanding kantin bawah. Biasanya orang – orang yang makan di cafeteria ada 2 golongan; yang lagi punya banyak uang atau mencari tempat yang sepi.

Kebetulan jakie dan kedua temannya memiliki banyak uang dan menyukai tempat sepi.

"Buka hati buat siapa? gue enggak punya objek atau alasan yang tepat buat buka hati." Ucap Jakie tak menanggapi serius, ia lebih serius mengunyah kuba sandwichnya.

Laki-laki itu bernama Jakie, Jakie Damien Koen, laki-laki campuran Indonesia-Belanda. Ia memiliki dua sahabat. Iya, hanya dua. Dirinya mungkin memiliki banyak teman organisasi, tetapi yang mengerti bagaimana Jakie yang sebenarnya hanya dua orang. Park Sagha lelaki blasteran Korea Selatan – Surabaya, dan Jayden Albern bule Washington yang menempuh pendidikan Taman Kanak – kanak di Jakarta Selatan.

"Emang lo cari yang kayak gimana sih, Jek? Selera lo tinggi banget ya makanya enggak ada yang cocok?"

Jakie yang mendengar pertanyaan sarkas dari sagha pun melirik dan mendecih.

"Yang sayang sama Bunda."

"Kan yang mau pacaran lo bukan Bunda." Ucap Jayden geram, sudah berkali – kali Jayden meyakinkan Jakie untuk mencoba mempunyai hubungan tapi selalu Jakie tolak dengan berbagai macam alasan. Mulai dari yang masuk akal seperti sibuk organisasi, sampai yang diluar nalar seperti sibuk mengurus bonsai Bunda. Aneh banget. Padahal Jayden dan Sagha tau, Bunda bukanlah seseorang yang suka merawat tanaman.

"Gue gak bisa, takut kaya Papa." Sagha dan Jayden saling melirik, tampaknya sebentar lagi akan ada konten sensitive di sekitaran mereka.

"Jakie, lo tuh beda sama orang lain, bahkan Papa lo sendiri, enggak mungkin sama, jadi apa yang lo takutin?"

***

Seorang perempuan sedang duduk dikursi beton depan perpustakaan, pergelangan tangan dan bagian lehernya membiru, tampak sekali tercetak cengkeraman tangan seseorang disana. Ia sedang menunggu seseorang, tak lama, yang ditunggu mulai terlihat dari ujung koridor.

Seseorang itu tampak membawa air mineral botol, lalu menyodorkan kepada teman nya yang tampak kesakitan. Perempuan yang terlihat mirip korban kekerasan itu meneguk air mineral nya, peluh menetes di dahinya. Sedangkan teman disampingnya memperhatikan sesekali menghembuskan napas berat.

"Dira" perempuan yang meneguk air mineral itu menoleh karena merasa terpanggil, ia merespon dengan mengangkat sebelah alis karena ia masih sibuk menenggak air mineral tersebut. Anindira Rengganis, perempuan manis dengan satu lesung pipi di sebelah kiri. Juga rambut halus berwarna cokelat yang sering sekali ia kuncir.

"Lo mau sampai kapan sih diginiin sama Marvel?"

"Tan, gue gak kenapa – kenapa, ini emang salah gue makanya Marvel marah."

"Tapi semarah apapun, dia enggak berhak main fisik ke lo. Lagipula dia cuma pacar lo, gue yakin banget bahkan orangtua lo enggak pernah, kan, main fisik begini?"

Anindira terdiam, merasa terpojok dengan ucapan temannya, Titan. Tetapi, seakan buta dan tuli, Anindira seringkali menghiraukan ucapan temannya itu. Walaupun dirinya juga merasa tidak terima diperlakukan seperti ini oleh Marvel.

Titan menghembuskan napas berat, ia sebenarnya lelah melihat Anindira diperlakukan sebegini buruknya oleh Marvel. Namun jujur, ia tidak bisa begitu saja lepas tangan membiarkan Anindira terus-terusan berada di hubungan yang seperti ini.

Tadi Titan sedang mengisi perut di cafeteria bersama Judan dan Surya, lalu dengan tergesa berlari kesini sambil membawa air mineral setelah mendapat panggilan telepon dari perempuan itu. Ia terkejut namun sudah sangat biasa melihat kejadian seperti ini, saat melihat Anindira selalu memiliki bekas luka akibat ulah pacarnya itu.

Titan sadar betul bahwa toxic relationship adalah lingkaran setan, tidak mudah seseorang untuk keluar dari lingkaran itu. Oleh karena itu, Titan hanya bisa melindungi Dira dari jauh, sisanya biar Dira yang hadapi. Karena ia tidak ingin ikut campur dalam urusan percintaan sahabatnya.

"Dir, lo tuh harus lepas dari bayang-bayang Marvel, hubungan kalian udah enggak sehat. Lo cuma akan nyakitin diri lo sendiri kalau masih bertahan sama dia. Lepasin, ya? Kan ada gue, Judan, dan Surya. Enggak perlu takut kesepian." 

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang