"Sore semua!" Jakie membuka pintu ruang rapat sambil mengucapkan salam, panitia yang lain tampak terkejut melihat kehadiran Jakie mengingat laki-laki itu izin sakit kemarin.
"Wah, Kak, udah sembuh lo?" Ucap seseorang dari kursi paling ujung, sebagai responnya Jakie hanya mengangguk dan tersenyum. Dari wajahnya terlihat sekali laki-laki itu belum sembuh total, bibirnya masih pucat dan lingkar matanya masih sedikit menghitam.
"Tadi pagi kenapa enggak rapat rutin, Jek?" Ucap Devina.
"Ada urusan sama kepala sekolah, kan tadi sama Aldi juga, sekarang kemana orangnya?" Jakie menarik kursi, tangannya sibuk mengatur proyektor yang sedikit miring.
"Langsung pergi ada properti yang lupa dibeli."
Jakie hanya mengangguk. "Jadi apa aja yang kurang, udah H-4 jangan sampai ada yang kelupaan."
"Piala sama sertifikat udah jadi?"
Panitia yang bertanggung jawab hanya mengangguk. "Besok mau diambil, Jek."
Jakie mengangguk sambil mencatat pada buku catatannya. "Tiket gimana, Ti?"
Tiara selaku penanggung jawab tiket pun membuka buku catatannya, memeriksa hasil penjualan tiket. "Seminggu ini si meningkat terus, Jek, padahal kita cuma promosi lewat sosial media."
Jakie kali ini mengangguk lagi, "Sponsor aman, bintang tamu kita fix yang itu ya, pendanaan beres, dekorasi udah ada di sekret, nanti jadwal perlombaan gue email ke seksi acara. Kaos panitia gimana?"
"Besok sekalian piala."
Jakie mengangguk, karena merasa semua sudah selesai, ia akhirnya memilih untuk mengakhiri rapat agar panitia yang lain bisa langsung pulang dan bisa beristirahat. Baru saja ia membereskan beberapa barang untuk ia bawa pulang, tiba-tiba seseorang datang menghampirinya.
"Jek, ada yang mau gue omongin."
Jakie yang tengah membereskan barang-barangnya pun menghentikan kegiatannya, menaruh fokusnya kepada seseorang yang tengah berbicara, Beni, Wakilnya di ekskul Jurnalistik yang kini menjadi ketua divisi dokumentasi.
"Kenapa, Ben?"
"Sorry gue ngomong gini, tapi ada masalah di divisi dokumentasi, ternyata 2 kamera tim jurnalistik rusak, gue juga baru tahu kemarin saat periksa barang."
Jakie terdiam, berusaha mencerna ucapan Beni dengan perlahan.
"Udah H-4 gini, peralatan di divisi dokumentasi kurang, sorry gue baru bilang karena kemarin kan lo sakit jadi gue enggak enak mau bilang."
Jakie memijat keningnya, mendadak kepalanya pening, ia menarik napas dengan perlahan sebelum akhirnya berbicara.
"Gini aja, karena enggak memungkinkan untuk minta beli baru ke pembina sekarang, 2 kamera itu biarin aja disimpan. Nanti ganti pakai kamera gue, satu nya kita sewa aja."
"Jek, tapi kita enggak ada dana untuk sewa kamera, Kanaya enggak mungkin mau langsung keluarin uang gitu aja."
Benar juga ucapan Beni, Kanaya yang notabene nya adalah bendahara acara ini tidak mungkin mengeluarkan uang begitu saja dengan cuma-cuma, perempuan itu pasti memperhitungkan dan mendahulukan dulu untuk keperluan yang lain.
"Pakai uang gue aja, kalau nanti Kanaya enggak mau ganti yaudah gakpapa. Lo sekarang cari aja sewa nya, nanti kasih kontaknya ke gue biar langsung gue yang handle."
Beni mengangguk, menghembuskan napasnya lega, saat-saat seperti inilah jiwa kepemimpinan Jakie terlihat. Laki-laki itu selalu cepat dan tanggap dalam membuat keputusan juga menghadapi masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOODIE BOY || JAKE SIM [END]
أدب الهواةDua remaja ini disatukan saat keduanya memiliki rasa takut pada hati mereka. Saat mereka ingin melangkah lebih jauh, namun takut tergelincir pada pijakan pertama. Lalu bagaimana keduanya berjalan beriringan, bagaimana mereka memulai langkah bersamaa...