31. See You When I See You

150 40 0
                                    

"Anin!"

Anindira menoleh saat seseorang meneriaki namanya dari arah belakang, ia tentu tahu siapa pemilik suara itu. Benar saja, saat ia menoleh ada seseorang laki-laki yang kini sedang berlari menghampirinya.

"Gimana nilai raport nya?"

Anindira mendegus kecil, iya, hari ini adalah hari pengambilan nilai raport. Mereka sudah resmi naik kelas 12 sekarang. Ditanya seperti itu, Anindira diam saja membuat Jakie di sampingnya mengerutkan dahi. Mereka kini sedang berjalan berdua menuju parkiran sekolah. Mereka memang ada janji untuk pulang bersama hari ini.

Setelah masuk ke mobil Jakie dan memasang seatbelt, Anindira masih tetap diam. Jakie yang mengerti ada hal yang tidak baik pun memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Jakie menyetir mobilnya dengan perlahan, mengarahkan mobilnya menuju ke kedai soto Bu Titin. Semenjak Anindira tahu bahwa Jakie sebenarnya tidak boleh makan fastfood, perempuan itu akhirnya jarang sekali mengajak Jakie makan di resto cepat saji.

"Kamu kemarin mau makan soto Bu Titin, kan, Nin?"

Lagi-lagi respons yang didapat Jakie hanya anggukan tak berdaya.

Jakie sedikit menoleh ke arah Anindira, mendapati wajah muram perempuan itu. Jakie menghembuskan napas pelan.

"Nin, kenapa?"

Anindira tetap diam, Jakie akhirnya pasrah dan memilih untuk tidak menanyakan lagi. Jakie akhirnya memilih menyalakan audio tape pada mobil, sedikit membesarkan volume untuk memecahkan keheningan. Terdengar lagu Paris in The Rain milik Lauv disana, Jakie sedikit bergumam mengikuti alunan lagu yang ada.

'look at me girl, and the whole world could stop'

Dan pada bagian itu, Anindira menoleh menatap Jakie yang tetap menyanyikan lagunya sambil tersenyum melirik Anindira.

Tepat setelah lagu itu selesai dan terdengar seorang penyiar radio yang sedang berbicara, Jakie memarkirkan mobilnya tepat di depan kedai soto Bu Titin yang bisa dibilang tidak besar itu.

"Ibu, seperti biasa 1 soto mie pedas, 1 soto daging, nasi nya satu aja. Makasih, Bu."

Setelah memesan dan kembali duduk dikursi, Jakie kembali melihat Anindira yang muram.

"Kenapa sih, Nin?"

"Ada nilai yang B- kalau kayak gitu bisa dapet kuota SNMPTN gak ya, Jek?"

Jakie mengambil alih raport Anindira, melihatnya dengan teliti.

"Tapi ini A semua kok."

"Ya tapi kan di sekolah banyak yang nilainya bagus juga."

"Lagian kalau enggak dapat kuota SNM kenapa? Kan masih ada SBMPTN, masih ada ujian mandiri juga. Kalau gagal semua bisa Gapyear atau swasta."

Anindira menunduk, Jakie benar, tetapi laki-laki itu tidak mengerti apa yang Anindira mau.

Belum sempat melanjutkan pembicaraan, dua mangkuk soto yang datang harus menginterupsi keduanya. Setelah mengucapkan terimakasih, Jakie kembali menghadap Anindira yang duduk di sebelahnya. Laki-laki itu menggenggam tangan Anindira.

"Aku ngerti kamu mau masuk universitas negeri, tapi, Nin, di samping impian juga ada kegagalan."

"Aku enggak mau kamu merasa kalah sebelum perang, ini belum apa-apa. Maksud aku, masih ada jalan lain. SNMPTN bukan jalan satu-satunya. Aku harap kamu ngerti apa yang aku maksud."

"Jadi kalau nanti gagal gakpapa?"

Jakie mengangguk, "Gak perlu khawatir."

Dengan begitu Anindira akhirnya kembali tersenyum, Jakie benar, kalau gagal ia bisa coba jalan yang lain. Anindira akhirnya bisa memakan soto mie nya dengan tenang, segala kegelisahannya perlahan sirna karena ucapan Jakie.

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang