7. Tim Jurnalistik

190 48 3
                                    

Jakie berlari dari kantin menuju ruang jurnalistik, ia benar – benar lupa kalau hari ini ada rapat dadakan untuk meliput kejuaraan taekwondo.

Tadi ia baru saja selesai rapat dengan organsasi MPK, merasa perut nya perlu diisi, ia pun kekantin untuk mengisi perut. Baru saja ingin mencari tempat duduk dengan piring siomay ditangan kirinya tiba – tiba ponsel dari saku kanannya menampilkan pesan line tertera nama Beni Wakil disana, wakilnya itu menanyakan posisinya dan memberitahu Jakie untuk segara datang ke ruang jurnalistik untuk rapat dadakan.

Ya sudah, siomay yang sudah menggugah seleranya itu pun ia berikan kepada perempuan yang tidak ia kenal.

Jakie membuka kenop pintu ruang jurnalistik, disana sudah berkumpul banyak sekali anggota jurnalistik.

"Sorry saya telat, saya beneran lupa hari ini kita rapat."

Anggota nya pun hanya mengangguk memaklumi, mereka tahu Jakie sesibuk apa.

"Langsung aja, ya, tadi pagi saya udah tanya langsung ke ketua ekskul melalui telpon, katanya mereka bersedia diliput. Hanya saja karena ini dadakan, sekolah enggak bisa kasih fasilitas penuh untuk tim yang turun. Kalian hanya dapat tiket, uang makan dan uang transport. Gimana menurut kalian?"

"Gapapa lah, Bang, itu udah cukup kok buat kita." Ucap Zafran

"Okay, yang turun kali ini 5 orang aja, Beni dan Zafran fotografi , Alana, Revita, dan Ridho wawancara."

"Lah, Jek, lo enggak turun?" Ucap Beni kebingungan, bagaimana bisa anak ayam tanpa induknya?

"Lo ambil alih, lusa podcast gue yang urus, gue beneran enggak bisa."

Jakie mengangkat selembar kertas berisi surat izin meliput yang sudah di tanda tangan kepala sekolah dan Pembina jurnalistik. "Ini surat izin, kalian bebas meliput, satu pesan saya jaga sikap karena kalian meliput diluar sekolah." Ucap Jakie sambil memberikan surat itu kepada Beni.

"Istirahat kedua kalian boleh langsung ya ke lokasi, surat dispensasi sudah saya tanda tangan, nanti saya sampaikan ke ruang kelas kalian masing – masing."

"Untuk yang enggak turun meliput, kita cari bahan yang ringan – ringan aja untuk besok, sekalian bantu persiapin segmen baru kita yang sebentar lagi launching."

Anggota seisi ruangan Jurnalistik hanya diam, sesekali menganggukan kepala, mereka terpaku akan karisma Jakie yang pembawaannya santai namun berwibawa. Selain baik, ia juga mengayomi anggotanya.

"Kayaknya segitu aja, kalian bisa siap – siap ya. Terimakasih sebelumnya. Ben, keluar sebentar sama gue."

Setelah keluar dan menutup kembali pintu ruang jurnalistik, Jakie mengeluarkan amplop putih dari saku celana nya.

"Titipan dari Pembina buat tim yang turun, enggak sebanyak biasanya karena dadakan, Pembina enggak spent banyak kali ini." Ucap Jakie sambil menyodorkan Amplop itu kepada Beni.

"Makasih ya, anak – anak biar gue yang atur."

Jakie mengangguk, ia kemudian mengeluarkan dompet dari saku belakang celana, mengeluarkan beberapa lembar uang seratu ribu, lalu mengepalkannya kepada tangan kosong Beni.

"Buat anak – anak beli eskrim."

"Jek, apaan sih lo, enggak usah kali ini kebanyakan, dari Pembina juga cukup." Ucap Beni berusaha menolak.

"Gue titip anak – anak, pastiin mereka makan biar enggak tumbang."

"Lo tuh emang bener – bener ya." Ucap Beni sambil tertawa. Ya begitulah Jakie, selain mengayomi, ia juga loyal.

"Gue kantin dulu, laper banget tadi enggak sempet." Jakie pun melangkahkan kaki nya untuk menjauh dari ruang jurnalistik.

***

Seluruh kelas 11 IPS 3 benar – benar hadir untuk melihat pertandingan taekwondo, mereka beramai – ramai berjalan menuju kursi stadion paling depan. Judan yang melihat teman – teman nya datang pun melambaikan tangan dan mengacungkan jempol dari dalam lapangan.

Suasana stadion cukup penuh, tidak ramai karena tidak ada supporter, bahkan kini kelas 11 IPS 3 menjadi bagian paling ramai di stadion itu.

"Dir, itu tim jurnalistik sekolah kita bukan sih?" Ucap Titan sambil menyenggol lengan Dira, jari lentiknya sudah menunjuk beberapa orang yang sedang berkumpul dan membawa kamera.

Dira mengarahkan pandangannya mengikut arahan Titan, menyipitkan matanya dan mendeteksi orang – orang itu. Tidak ada yang dia kenal.

"Enggak tahu gue enggak kenal anak jurnalistik."

"EH EH ITU JUDAN UDAH SIAP – SIAP WOY." Ucap Surya heboh sambil menepuk tangannya.

Mendengar teriakan Surya, 11 IPS 3 langsung berteriak ricuh, mereka heboh menyemangati Judan yang kini sudah memakai pelindung kepala dan dada berwarna merah. Judan yang mendengar sorakan heboh dari teman – temannya pun hanya melambaikan tangan. Haduh artis kali.

"Aa Judan semangatttt."

"Semangat kapten."

"Judan harus menang lo nanti gue kenalin cewek."

"SEMANGAT SAYANGKU." Iya. Ini Surya yang berteriak.

Sedangkan dibawah sana, Judan sudah memulai pertandingannya, lumayan sengit karena beberapa kali Judan mendapatkan tendangan dari lawan, yang tentunya disahuti oleh ringisan heboh oleh kelas 11 IPS 3. Namun telak, Judan jelas tak mau kalah, ia menggempur lawannya dengan beberapa kali tendangan dan pukulan, yang langsung membuat lawannya tumbang.

Disisi lain, tim jurnalistik tak mau kalah, mereka mengabadikan moment itu. Setelah dinyatakan menang, Judan berlari keluar lapangan untuk menghampiri teman – temannya. Sedikit menebar selebrasi alias sombong dulu.

Titan menyodorkan air minum kepada Judan yang kemudian di terima oleh laki – laki itu. Baru saja ia mendudukan dirinya untuk berisitirahat sebentar, perempuan berambut sebahu tiba – tiba menghampirinya.

"Siang Kak, saya dari tim jurnalistik mau wawancara sebentar, boleh?" Judan melirik ke arah teman – temannya yang kini sudah memasang muka kepo.

Judan kemudian mengangguk, berdiri kembali kemudian pamit kepada teman – temannya "Sebentar ya, wawancara dulu, abis ini kita makan – makan."

Judan berjalan didepan, mengambil komando atas perempuan itu, ia terus berjalan mencari tempat sepi, sampai akhirnya ia berhenti di taman depan stadion.

"Disini aja." mendengar seruan Judan, perempuan itu pun mengangguk menyetujui.

"Gue kira cowok yang wawancara, ternyata cewek, soalnya tadi pagi di telfon sama yang namanya Jakie minta izin buat wawancara sama ngisi podcast."

Perempuan yang sedang sibuk mengeluarkan catatan dari dalam tas nya itu pun mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Judan. "Ka Jakie ketua ekskul jurnalistik enggak bisa turun kali ini, karena ada beberapa urusan yang harus beliau urus. Tapi lusa nanti kakak isi podcast bareng ka Jakie karena dia yang tanggung jawab sama segmen itu."

Mendengar penjelasan dari perempuan di depannya, Judan hanya mengangguk, tak ingin menanggapi lebih.

"Sebelumnya saya Alana kak, izin ya, kita mulai wawancaranya sekarang."

Selanjutnya mereka hanya melakukan tugas mereka masing – masing. 

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang