22. Dari Mbak Anindira

156 50 0
                                    

Langit sudah mengubah warnanya sejak beberapa jam lalu, menjadikan bulan menggantikan posisi matahari untuk menerangi malam yang gelap. Jam dinding di ruang aula sudah menunjukan pukul 8 malam, tapi tampaknya kegiatan yang harus diadakan besok tidak bisa membuat mereka pulang kerumah untuk istirahat.

Di ruangan aula tersebut tampak banyak kepala sedang melakukan berbagai aktivitas, melakukan banyak hal karena sepertinya mereka sedang terburu-buru, dengan tampang lesu dan letih yang terpasang pada wajah mereka menandakan bahwa mereka telah bekerja keras.

Ditengah kegiatan yang membuat mereka terus menerus menghela napas berat, seseorang mengetuk pintu aula yang sebenarnya terbuka. Kompak seisi aula menolehkan kepalanya kepada seseorang yang mengetuk pintu tersebut.

"Maaf, Ka Jakie, ini ada titipan dari ojek online di depan."

Jakie yang kini menjadi pusat perhatian mengerutkan alisnya, ia bingung karena ia merasa tidak memesan apapun. Jakie bangkit untuk mendekat kearah pintu aula, menyambar kantong plastik yang didalamnya berisi 3 kotak pizza.

"Abang ojeknya dimana, Zan?"

"Wah udah pergi, Kak, pas saya terima dia langsung pergi, saya kira udah dibayar. Katanya 'Ada titipan asupan energi untuk mas Jakie dari mbak Anindira'."

Setelah mengucapkan terimakasih, Jakie meletakan kantong plastik itu diatas meja, menggaruk belakang kepalanya, tak bisa menyembunyikan senyuman dari bibirnya.

Bagas yang melihat plastik pizza diatas meja, menyambar plastik itu berusaha membukanya tetapi gerakannya ditahan oleh tangan berurat milik Jakie, mata tajamnya memberi tanda kepada Bagas bahwa Bagas tidak seharusnya melewati batas. Bagas yang menangkap tanda itu pun akhirnya menarik kembali kedua tangan yang baru saja ingin membuka kantong plastik.

Baru saja ingin membuka kotak plastik lebih dalam, sesuatu bergetar dari saku celana abu-abunya, menandakan ada seseorang yang baru saja mengirimkan sesuatu kepada Jakie, Jakie merogoh saku celananya, membuka layar ponselnya lalu tersenyum saat mendapati ada pesan baru dari pinned chatnya. Jangan tanya sejak kapan kontak itu ia pinned, karena Jakie pun tidak sadar.

AnindiraR: Jakie?

AnindiraR: Gue lihat diaplikasi udah sampai.

AnindiraR: Jangan lupa di mam, bagi-bagi sama yang lain. Semangattt!!

Jakiekoen: Kamu tuh ya..

Jakiekoen: Kayak disini engga ada konsumsi aja deh.

AnindiraR: Gakpapa sih.

AnindiraR: Kurang enggak buat yang lain??

Jakiekoen: Cukup kok.

Jakiekoen: Thank you, then.

AnindiraR: OKIYY

Setelah meninggalkan roomchat nya bersama Anindira, Jakie mengedarkan pandangannya, melihat teman-teman yang lain kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing.

"Yang perutnya masih lapar atau mau ganjal perut, ini pizza boleh dimakan, ya, titipan dari teman saya." Ucap Jakie sambil membuka satu persatu kotak pizza, membiarkan teman-teman yang lain perlahan mencomot irisan pizza tersebut.

Jakie tak kalah, ia ikut mencomot satu irisan pizza dan memasukan kedalam mulutnya. Lumayan, setelah seharian bekerja keras, eh, dapat kiriman pizza dari orang terdekat.

"Teman atau teman nih, Jek." Ucap Bagas sambil merangkulkan lengannya diatas bahu Jakie.

"Kepo."

"Jadi penasaran deh, Mbak Anindira tuh yang mana ya orangnya." Ucap Bagas jahil, Jakie hanya memutar matanya malas.

"Besok gue tunjukin kalo datang."

Bagas hanya tertawa girang sebagai responnya, sejujurnya ini pertama kali bagi Bagas melihat teman satu organisasinya menyukai lawan jenis, Jakie memang dekat dan baik kepada semua orang, kepada teman ekstrakulikuler atau teman organisasinya, tapi hanya sebatas dekat. Tidak sampai membuat pipi merona dan senyum simpul sambil menatap layar ponsel.

"Udah, ya, selesai makan pizza kita kerja rodi lagi, jangan banyak bercanda."

Teman-teman yang lain hanya mengangguk, mereka masih sibuk mengunyah pizza gratisan.

Setelah melipir dari keramaian di aula, disinilah Jakie akhirnya berhenti, di depan ruang perpustakaan yang lampunya sudah mati, sepi sekali. Jakie duduk di depan bangku beton di perpustakaan, membuka layar ponselnya, lalu mendial nomor Anindira. Walaupun sudah mengucapkan terimakasih di chat, rasanya tidak enak jika tidak mengucapkannya secara langsung.

"Sorry ganggu, udah tidur ya, angkatnya agak lama."

"Enggak, habis cuci muka."

"Anin, makasih ya, pizza nya."

"Kan tadi udah bilang makasih di chat."

"Gakpapa, makasih lagi."

Terdengar suara kekehan kecil dari seberang sana, membuat Jakie yang mendengarnya ikut senang, seperti ada jutaan kupu-kupu.

"Iya, sama-sama kalau begitu."

"Besok-besok saya traktir ya."

"Kan, udah sering."

"Yang ini beda, lebih spesial, dijamin senang."

Entah sudah berapa kali Anindira tertawa diseberang sana, ia juga tidak tahu apa yang salah dari wanita itu, apa ucapannya yang lucu atau gimana.

"Serius, Nin. Mau ya?"

"Oke kalau begitu, ditunggu ya, yang spesialnya."

"Okay, nighty night."

"Dream of you, enggak?"

"Yes, kalau bisa, dream of me."

Setelah mematikan ponselnya, Jakie tersenyum girang hampir saja ia berteriak keras jika tidak menyadari bahwa ia kini sedang disekolah. Gila. Ia Gila. Kenapa Anindira sangat menggemaskan hingga membuatnya tersenyum terus menerus. 

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang