Anindira sedang berjalan di koridor lantai tiga dengan gontai, ia sedang tidak bersemangat hari ini. Di tangan kiri nya terdapat tas jinjing berwarna hijau. Ia sedang menuju rooftop sekarang, ia malas ke kantin atau cafeteria karena pasti akan bertemu dengan Marvel.
Setelah kejadian kemarin, Dira menonaktifkan ponselnya, tidak peduli nanti Marvel akan semarah apa, tadi pagi juga ia memilih untuk berangkat sekolah dengan ojek online. Bisa dipastikan, jika ia bertemu Marvel, mungkin lagi – lagi ia akan habis di tangan laki – laki itu.
Sedari tadi ponselnya bahkan sudah memunculkan banyak sekali notifikasi, dira sudah tidak peduli, bahkan jika nanti ia akan benar – benar habis di tangan Marel.
Anindira menaiki tangga kecil di sebelah gudang, tangan kanannya kini sedang mencoba membuka kenop pintu coklat kusam yang membawa nya ke rooftop sekolah. Ia mendudukan diri di kursi kayu yang sudah rapuh, membuka kotak bekal yang disiapkan mamanya, lalu menyuapkan satu sendok nasi ke dalam mulut.
"Kalau bisa milih juga gue gak mau jatuh cinta sama lo Marvel, gue muak disiksa terus sama lo." Ucap Anindira sambil memasukan satu sendok nasi ke dalam mulut.
Entah sudah berapa kali ia mengatakan hal itu, tapi nyatanya jika dihadapan Marvel ia hanya menjadi tikus kecil yang menciut ketakutan.
Anindira mengangkat bokongnya dari kursi, menyelesaikan sesi makan siang nya lalu kembali menuju kelas, saat akan turun menuju lantai dua, ia melihat Judan dan Titan sedang bertengkar di depan ruang labolatorium.
Merasa heran ada urusan apa mereka di labolatorium, dan jika dilihat itu bukan lah suatu candaan seperti biasa, suasana mereka tegang gestur tubuh mereka mengisyaratkan bahwa mereka sedang beradu argumen. Sesekali Judan mengusap kasar wajahnya. Dira tidak bisa mendengar percakapan mereka , karena ruang labolatorium dengan tempatnya berdiri berjarak cukup jauh. Kemudian mereka berdua pergi berlawan arah dari tempat Dira berada. Dira yang tidak ingin ikut campur pun melangkahkan kaki nya untuk kembali ke kelas. Mungkin mereka hanya beradu pendapat biasa seperti Titan yang juga sering adu mulu dengan Surya.
***
Jam dinding sudah menunjukan pukul 02.00 pagi, Jakie menutup laptopnya, ia baru saja menyelesaikan dokumen untuk perlombaan basket tahunan yang akan diselenggarakan 2 minggu ke depan. Memindahkan tubuhnya dari kursi putar ke Kasur untuk merebahkan diri. Ia mengecek ponsel yang selalu ia matikan ketika sibuk, karena ia tidak suka diinterupsi oleh notifikasi tidak penting.
Banyak sekali notifikasi menumpuk, mulai dari group kelas yang membahas pr kimia, group organisasi yang membahas dua acara berbeda, dan juga group ekskul yang kebanyakan isi nya bertanya "Ka jakie, kejuaraan taekwondo besok mau di liput enggak?"
Jurnalistik TH (Tanpa Pembina)
Zafran'10: Ka, ada bahan nih.
Alana'10: Bahan apa, Zaf?
Devi Sekretaris: Skip gak penting
Beni Wakil: Bahan apa? Mau dong Zaf
Zafran'10: Besok ada kejuaraan Taekwondo, gimana nih, liput gak?
Ridho IPA5: Diluar sekolah mah belum tentu boleh, lagian Taekwondo kejuaraan diem – diem aja dari dulu, tiba – tiba bawa piala.
Zafran'10: Lumayan weh tapi, buat bahan madding minggu ini. Bisa juga masukin segmen baru kita podcast ceria, bintang tamu pertama.
Alana'10: iya sih, lumayan lah biar gak capek nyari bahan berita.
Devi Sekretaris: Tanya jakie dulu lah. Gimana, Jek, menurut lo? Kita liput gak?
Alana'10: Iya, kak jek, liput enggak?
Ratna'10: Kak Jek, liput please, ketua taekwondo nya ganteng banget soalnyaaa
Beni Wakil: Alay skip
Ridho IPA5: Jek, liput nggak? lumayan kan kita jadi enggak capek nyari bahan madding, udah di tawarin langsung sama Zafran.
Beni Wakil: Btw lo dapet info darimana, Zaf, tumben gerak cepet, biasanya sider mulu lo
Zafran'10: Halah, ada pokoknya orang terpercaya. Gue bukan sider kali sistem kerja gue mah bawah tanah, diem – diem aja gak usah diumbar.
Jakiekoen:
Coba saya minta nomor telepon atau kontak penanggung jawab ekskul taekwondo
Zafran'10: [SEND CONTACT – BANG JUDAN] tuh ketua nya ka
Ratna'10: Zaf gue boleh save gak ? xixi
Jakiekoen:
Jangan, Na, kalo enggak ada keperluan, takut nya ngerasa terganggu. Kalau kamu mau nomornya buat modus, samperin aja
Zafran'10: wkwk tuh, Rat, baca.
Beni Wakil: Bahkan Jek pun tidak merestui lo sama mas taekwondo, udah biar nggak ribet lo sama gue aja,Na.
Ratna'10: Ogah sama lo mah bang
Jakiekoen:
Bukan enggak ngerestuin, urusan pribadi jangan dibawa ke dalam ekskul. Btw, bener, Rat, kamu sama Beni aja biar enggak ribet.
Ratna'10: IHHH KA JEK APAAN SIH LO
Jakie sedikit melengkungkan bibir nya keatas, percakapan di group ekskul memang selalu kocak dan menyegarkan. Ada saja yang mereka bahas, berbeda dengan group organisasi yang terkesan selalu menegangkan, baik offline atau online mereka memang mau nya serius saja.
Jakie pun mematikan ponselnya, tak menyangka juga anggota nya masih banyak yang terjaga padahal matahari sudah hampir menyambut. Ia merebahkan diri, membenarkan posisi bantalnya kemudian menarik selimut untuk memasuki alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOODIE BOY || JAKE SIM [END]
FanfictionDua remaja ini disatukan saat keduanya memiliki rasa takut pada hati mereka. Saat mereka ingin melangkah lebih jauh, namun takut tergelincir pada pijakan pertama. Lalu bagaimana keduanya berjalan beriringan, bagaimana mereka memulai langkah bersamaa...