Jakie melangkahkan kakinya dengan sedikit tergesa, membuka pintu café bertuliskan open di kaca pintu. Ia menoleh kanan-kiri mencari seseorang yang memiliki janji dengannya.
Hari sudah sore saat ia datang ke café ini, ia baru saja pulang sekolah dan langsung menemui seseorang di sini. Saat kepalanya sibuk melihat sekeliling, seseorang dari luar ruangan mengangkat tangan memberi kode kepada Jakie bahwa orang itu ada di sana.
Jakie melangkahkan kakinya dengan santai, setelahnya menarik kursi untuk ia duduki. Seseorang diseberangnya menyodorkan kotak rokok, Jakie menolak dengan halus karena memang ia bukanlah perokok.
"Gue enggak mau basa-basi."
"Gue udah tau lo mau bicara apa." Respon seseorang itu sambil mengepulkan asap rokok.
"Bagus kalau lo udah tahu, gue enggak mau buang tenaga."
"Tapi enggak semudah itu lah."
"Terserah, gue enggak perduli." Ucap Jakie sambil memanggil waiter untuk memesan satu cangkir kopi hitam.
Laki-laki di seberangnya tertawa sambil mengepulkan asap rokok. "Dira makin cantik."
Jakie mengerutkan alisnya, di bawah meja kedua tangannya sudah terkepal, namun berkali-kali ia menghembuskan napas agar tidak terjadi kekacauan di café ini. Tidak lama dari itu, seorang pelayan mengantarkan pesanan Jakie yang membuat Jakie terdistraksi dari emosinya.
Jakie menyeruput kopi panas tersebut menikmati aroma kopi yang langsung menyeruak kedalam hidungnya. Setelah meletakkan cangkirnya di atas meja, barulah Jakie menegakkan tubuhnya kembali.
"Kali ini gue serius, jangan dekat-dekat Anin lagi. Gue enggak khawatir soal lo bisa rebut Anin lagi atau enggak, tapi gue khawatir Anin sakit lagi."
"Gue peringatin dari sekarang, Marvel, berhenti sekarang atau lo habis besok. Bukan gue yang habisin tapi orang-orang yang pernah lo sakitin."
Marvel tertegun, Jakie lalu berdiri untuk segera pulang, namun belum ada lima langkah ia berjalan, suara Marvel membuat tubuh Jakie berbalik.
"Jakie, gue enggak ada niat buat balik sama Dira, lo enggak perlu khawatir."
"Bagus kalau begitu."
Jakie kemudian benar-benar meninggalkan café tersebut, menjalankan mobilnya dan mengarahkan mobil hitam itu ke rumah Anindira.
Sebenarnya sore itu ia tidak memiliki janji apapun dengan Anindira, tetapi setelah pertemuannya dengan Marvel tadi, Jakie merasa butuh suntikan energi melalu senyum perempuan berambut sebahu itu.
Jakie mendial nomor ponsel Anindira, memerintah perempuan itu untuk segera keluar rumah. Anindira sepertinya merespon cepat karena tak lama sambungan telefon terputus, perempuan itu sudah menyembulkan kepalanya pada pintu gerbang.
"Makan diluar yuk, Nin." Ucap Jakie sambil menurunkan jendela mobil.
Anindira memutar bola matanya, selalu saja dadakan. "Ganti baju dulu, ya, mau masuk enggak?"
"Di sini aja."
Setelah lumayan lama menunggu, Anindira akhirnya terlihat keluar dari rumah, perempuan itu tampak canti menggunakan celana denim dan kaos putih polos yang dimasukkan. Anindira membuka pintu mobil, memasang seatbelt namun belum lama ia duduk, perempuan itu sudah merasakan sesuatu.
"Lo abis darimana, Jek?"
"Tebak aku abis darimana."
"Lo ngerokok?"
"Tebak dulu baru nanti ada benang merahnya."
"Apasih, gue enggak suka ah tebak-tebakan gini." Ucap Anindira dengan nada ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOODIE BOY || JAKE SIM [END]
FanfictionDua remaja ini disatukan saat keduanya memiliki rasa takut pada hati mereka. Saat mereka ingin melangkah lebih jauh, namun takut tergelincir pada pijakan pertama. Lalu bagaimana keduanya berjalan beriringan, bagaimana mereka memulai langkah bersamaa...