14. Dimsum

177 50 2
                                    

"Dir, ayo cepet kelapangan indoor gue mau lihat yang lagi tanding basket." Ucap Titan sambil menggoyang-goyangkan tangan Dira yang masih sibuk mencatat.

Entah kenapa hari ini Titan terlihat sangat antusias untuk melihat pertanding basket disekolah. Perempuan itu sudah heboh sejak tadi pagi, bahkan hari ini teman nya itu memakai sedikit pelembab bibir dan liptint di bibir tipisnya. Ini Titan tumben lho begini.

"Aduhhh, Tan, lo duluan aja deh, gue masih sibuk ini tugas gue udah ditungguin pak Adi." Anindira sedang mengerjakan tugas-tugas dari Pak Adi, ini semua karena ia tertidur saat mata pelajaran dimulai sehingga ia telat mengumpulkan tugasnya. Untung saja guru nya yang itu baik dan pemaaf jadi Dira masih bisa mengumpulkan tugas tanpa mendapat hukuman.

"Ah, lo mah, yaudah gue duluan deh mumpung Surya sama Judan belum terlalu jauh." Titan pergi menyusul Surya dan Judan yang tadi terlebih dulu berjalan menuju lapangan indoor.

Mungkin ini bad habit dari perempuan itu, Dira sebenarnya adalah murid yang pintar namun ia sering lalai pada tugas-tugasnya. Berbeda dengan Maheesa yang maunya cepat dan tepat. Anindira hanya perlu tepat, tidak penting cepat atau lambat. Hal itu tentu membuat dirinya sendiri kesal juga karena sering kali ia kerepotan mengerjakan semua hal diwaktu yang mepet.

Dira kini sedang berjalan menuju lapangan indoor, ia baru saja mengumpulkan tugas Pak Adi yang tentu saja mendapatkan runtutan nasihat, tapi ia terima saja karena itu memang salahnya yang tidur di waktu KBM.

Satu belokan lagi ia akan sampai di lapangan indoor, tapi netranya kini terpaku pada seseorang yang kini terlihat sedang bebicara serius. Satu orang sedang berbicara dan yang satu lagi menggulungkan lengan bajunya. Itu jakie, tapi Dira tidak tahu bersama siapa.

Tepat setelah lawan bicara Jakie pergi, tiba-tiba tatapan mata mereka bertemu, Jakie yang melihat Anindira sedang berdiri mematung laki-laki itu berinisiatif menghampiri.

"Mau nonton basket?"

Anindira hanya menangguk, memutuskan kontak mata dengan Jakie yang kini menatapnya lekat. Laki-laki didepannya ini, memakai baju hitam lengan panjang dengan nametag kalung bertuliskan panitia, memakai celana panjang berwarna khaki dengan sepatu converse hitam.

"Udah makan belum?" Kali ini Dira menggelengkan kepala nya, tatapannya masih kebawah, belum berani menatap langsung orang didepannya.

"Makan dulu ya, disana panas, ramai juga, kalau belum makan nanti pingsan."

Tanpa aba-aba, Jakie menarik pelan tangan Anindira membawa tubuh kecil itu menyusuri koridor menuju cafeteria. Si cowok merasa biasa saja, tapi Anindira merasa seperti ada gempa bumi di hatinya. "Emang ini hati centil banget, gak bisa diperhatiin dikit langsung lemah. " batin Dira.

Jakie membawa Anindira ke meja cafeteria yang berhadapan dengan taman sekolah, melepaskan genggaman tangannya lalu laki – laki itu berjalan menuju stand dimsum.

Tak lama, laki – laki itu kembali dengan satu nampan yang diatasnya berisi dua tempat dimsum dan satu gelas teh hangat.

"Dulu waktu di china, ada namanya kebiasaan yumcha artinya makan dimsum sambil minum teh." Ucap Jakie setelah meletakan nampan diatas meja, lalu meletakan makanan dan minuman persis dihadapan Anindira.

Anindira yang melihat Jakie tiba-tiba menjelaskan sejarah dimsum hanya tertawa, laki-laki didepan nya ini sudah mirip seperti tour guide.

"Mirip tour guide deh lo."

Jakie hanya tertawa mendengar celetukan Anindira, Jakie menatap lekat perempuan didepannya yang kini sedang menyantap dimsum dengan lahap. Cantik. Bunda suka gak ya perempuan kayak dia. "Makna dimsum berarti menyentuh hatimu."

Dimsum kukus yang baru saja akan mendarat di mulut Anindira tiba-tiba harus delay, perempuan itu menjadi kaku. Lalu karena tidak ingin ambil pusing, ia tetap lanjutkan memakan satu suap dimsum itu.

"Kalau dimsum nya kurang bilang ya, nanti pesan lagi." Anindira hanya mengeleng, ia masih sibuk mengunyah makanannya.

"Gak usah, ini cukup kok kan Cuma buat ganjal perut."

Sedang asyik menatap objek indah didepannya, ponsel di dalam saku Jakie bergetar menandakan seseorang menelpon.

"Halo, Gue dikantin, iya gue kesana sekarang lo handle dulu." Setelah menutup telfonnya, perempuan di depannya ternyata memperhatikan sedari tadi.

"Anin, udah selesai belum makan nya? Saya harus cepet ke ruang basket ada sedikit urusan. Kamu gakpapa sendiri disini?"

Anindira hanya mengangguk, merasa heran melihat gelagat Jakie yang terburu-buru.Lalu Jakie mengangkat tubuhnya dari kursi, mengusak rambut Anindira sebentar sebelum akhirnya meninggalkan perempuan itu sendirian.

Ternyata memang benar, yang diacak rambut yang berantakan hati.

***

"Terus gimana?"

Jayden hanya menoleh sebentar, laki-laki berahang keras itu masih sibuk membolak-balik kertas acara. Jayden masih kesal dengan kejadian tadi, tanggung jawab kegiatan ini sepenuhnya ada di tangan Jayden selaku ketua pelaksana. Jelas ia kesal jika ada yang menghambat program kerjanya.

"Blacklist lah, gaada pilihan lagi, gue enggak suka main kasar kayak gitu. Setiap tahun pasti ada aja kendala, tapi kali ini kelewatan sampai penonton hampir turun ke lapangan."

Ya, begini lah Jayden, laki-laki itu memang kocak dan terbilang nyeleneh tapi jika sudah kesal, laki-laki itu bisa sama tegasnya dengan Jakie atau si ketua MPK, Bagas.

Tadi, di tengah pertandingan basket, 1 anggota tim A tiba-tiba melakukan kerusuhan pada lawan mainnya tim B. Hal itu tentu tidak bisa diterima oleh tim B yang merasa tidak melakukan kecurangan. Namun tentu saja kedua tim sudah terlanjur tersulut emosi dan hampir saling adu tonjok dilapangan. Untung saja seksi keamanan dan panitia tanggap melihat keadaan.

Jika hal itu terjadi, mungkin acara pertandingan basket berakhir pada tahun ini, alias tidak lagi mendapat izin dari kepala sekola untuk mengadakan acara yang nantinya akan membahayakan satu sama lain.

Jakie menghampiri Jayden, menepuk pundak temannya dua kali. "Ayo balik ke lapangan!"

Jayden kemudian menghembuskan napasnya dengan berat. Kemudian ikut melangkahkan kakinya menuju lapangan indoor untuk melanjutkan acara.

"Tadi pas kejadian kenapa lo enggak ada dilokasi?"

Gluk.

Gawat, Jakie harus jawab apa nih? Kalau jawab dikantin nanti disangka enggak professional.

"Tadi ada urusan sama anak jurnalistik." Ucap Jakie dengan santai.

Jayden hanya menganggukan kepalanya. "Anak jurnalistik yang mana? tadi anak jurnalis di lapangan semua kok."

Skakmat!

"Tadi gue habis keluar, nelfon bunda soalnya kangen."

Oalah, denial, jelas-jelas gue tau lo habis makan berdua sama cewek di cafeteria –batin Jayden. 

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang