Hari sudah menjelang sore, kelas 11 IPS 3 sudah berkemas memasukan alat tulis mereka kedalam tas. Bahkan Surya sudah duduk rapih dengan tas di punggungnya seakan siap untuk pulang detik itu juga. Anindira duduk dengan cemas, matanya bergetar melirik kanan-kiri.
Seharusnya ia hari ini pulang bersama Marvel, tetapi sejak istirahat kedua Anindira tidak menemukan sosok lelaki itu, pesan chat nya pun tidak dibalas. Hari sudah mulai mendung, terlihat dari jendela kelas yang memang tidak tertutup gorden. Anindira gelisah, sebenarnya ia bisa saja pulang menggunakan ojek online, tetapi pacarnya itu pasti akan marah. Bahkan semenjak berpacaran dengan Marvel, Anindira tidak pernah lagi membawa kendaraan pribadi. Sesekali mungkin menumpang dengan Surya diam-diam agar Marvel tidak tahu.
Karena saking larut dalam lamunan, Anindira bahkan tidak sadar bahwa satu persatu teman kelasnya sudah meninggalkan kelas. Hanya tersisa beberapa saja yang masih sibuk berbincang atau mengetik sesuatu di laptop.
Titan menyenggol lengan Anindira, menyadarkan perempuan itu pada realita. "Dir, lo pulang sama siapa?"
"Sama Marvel nih."
Titan mengangguk, "Yaudah gue duluan ya, mau bimbel nih setengah jam lagi, takut telat."
Anindira mengangguk, setelahnya Titan melenggangkan diri keluar dari kelas. Yang tersisa hanya Judan dan Surya. Judan hari ini ada ekskul taekwondo, laki-laki itu bahkan sudah mengganti baju nya dengan dobok berwarna putih.
"Dir, lo nungguin Marvel dimana? Di lobby atau di sini?" Kali ini Surya yang membuka suara, laki-laki itu sudah menggenggam kunci motor dengan gantungan teady bear.
"Di lobby deh kayaknya."
"Yaudah ke lobby bareng gue aja."
Dengan begitu, Surya dan Dira jalan bersamaan menuju lobby sekolah. Bukannya keluar menuju parkiran, Surya sekarang malah duduk di bangku lobby. Meninggalkan tanda tanya besar di kepala Anindira.
"Lo enggak pulang?"
"Nungguin lo di jemput dulu."
Anindira menangguk, akhirnya memilih duduk di samping Surya yang kini sedang menonton drama korea di ponselnya. Selama menungu Marvel datang, tidak ada pembicaraan yang terbentuk antara Surya dengan Anindira. Mereka sama-sama bungkam.
"Ini satu episode drama gue udah mau selesai, Marvel belum jemput juga?" Ucap Surya akhirnya membuka suara.
"Gatau gue."
"Dia lupa kali mau pulang bareng lo."
"Gak mungkin, Sur, setiap hari kan gue balik bareng dia, masa lupa."
"11 Ipa 5 udah sepi lho, yakin gak dia bakal datang?"
"Iya, Surya, gue yakin dia bakal datang."
Surya mengangguk, kembali menonton drama koreanya. Sampai tidak berapa lama, lagi-lagi Surya bersuara.
"Dir, lo enggak mau balik sama gue aja?"
"Engg—Eh, sebentar, ada telepon." Anindira meletakan ponselnya ditelinga. Berbicara dengan seseorang di seberang sana, suaranya lembut sekali sampai Surya terkejut karena Anindira tidak pernah selembut itu jika bersama ia maupun yang lainnya. Setelah menutup panggilan tersebut, Anindira menoleh kea rah Surya yang kini juga sedang menatapnya.
"Surya, Marvel udah di depan."
Surya mengangguk, lalu berdiri dari duduknya. "Yaudah, ayok kita kedepan bareng."
Dua sejoli itu berjalan keluar sekolah, setelah melewati gerbang, Anindira melihat mobil HRV putih yang ia kenal milik siapa. Setelahnya, ia melambaikan tangan kepada Surya yang sudah berbalik arah menuju parkiran motor.
Anindira membuka pintu mobil Marvel, menduduki dirinya pada kursi depan. Anindira melirik ke arah Marve. Laki-laki itu kini sedang menenggak kopi kalengannya, seragam atasannya sudah terlepas di kursi belakang menyisakan kaos putih polos pada tubuh laki-laki itu, bawahan abu-abu khas seragam SMA masih dikenakan. Hal itu jelas membuat dahi Anindira mengerut.
"Kamu darimana, Vel?"
"Main basket di lapangan belakang." Ucap Marvel sambil menjalankan mobilnya.
"Bolos kamu?"
Tidak ada balasan secara verbal dari Marvel, laki-laki itu hany berdeham pelan.
"Kamu berdua doang sama temen kamu tadi?" Saat di lampu merah, Marvel baru membuka suaranya. Anindira hanya berdeham menjawab ucapan Marvel.
"Kayaknya aku sering liat dia berdua sama kamu setiap pulang sekolah."
"Iya, Surya nemenin aku sampai kamu jemput."
"Suka ya dia sama kamu?"
Anindira menghembuskan napas berat, menyandarkan kepalanya kesandaran kursi mobil. "Vel, udah ya, aku sama Surya beneran gak ada apa-apa. Aku capek kalau dicurigain mulu."
"Kamu tadi bolos kemana, gak mungkin cuma main basket di belakang?"
"Gak perlu tahu."
"Vel, sadar enggak sih hubungan kita udah enggak sehat?"
Marvel menoleh ke arah Anindira, menepikan mobilnya dipinggir jalan yang sedikit lengang sore itu.
"Maksud lo?"
Anindira mengerjap, kalau sudah lo-gue berarti akan ada pertengkaran besar sebentar lagi.
"Iya, kita sering curiga-curigaan gak jelas, sering cemburu gak jelas, kamu juga sering kasar ke aku."
"Enggak jelas deh lo, tadi kan lagi ngebahas bolos kok sekarang malah nyerempet ke hal kayak gini."
Anindira mengernyit, "Lah kan kamu yang duluan curigain aku sama Surya, aku tadi cuma nanya kamu bolos kemana."
"Ya lo enggak perlu tahu gue bolos kemana, suka-suka gue."
"Menurut kamu adil gak, aku dicurigain terus-terusan sedangkan kamu bebas kesana-sini."
"Gila ya lo."
Marvel mengangkat tangannya, sedangkan Anindira sudah menutupi wajahnya. Ia takut Marvel meledak lagi, tapi sampai beberapa waktu, tangan Marvel tidak mendarat di pipinya kemudian ia menurunkan tangannya melihat Marvel mematung dengan tangan kanan masih menggantung diudara.
"Vel, aku turun di sini aja, kamu enggak usah antar aku pulang."
Begitulah akhirnya mengapa Anindira dipinggir jalan ini, menunggu ojek online pesanannya datang setelah ia memutuskan untuk turun dari mobil Marvel. Langit sudah sedikit menggelap mengingat waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, tak berapa lama ojek pesanannya datang. Saat dijalan, notifikasi pesan masuk ke ponselnya menampakan dua baris chat yang belum sempat ia baca.
Marvel: Dir, maafin aku sumpah aku gak maksud kayak gitu
Marvel: Dir, maafin aku please
KAMU SEDANG MEMBACA
HOODIE BOY || JAKE SIM [END]
FanficDua remaja ini disatukan saat keduanya memiliki rasa takut pada hati mereka. Saat mereka ingin melangkah lebih jauh, namun takut tergelincir pada pijakan pertama. Lalu bagaimana keduanya berjalan beriringan, bagaimana mereka memulai langkah bersamaa...