"Menurut kamu kenapa Bunda begitu?"
"Lagi sibuk mungkin, Jek."
"Tapi hari ini ulang tahun anaknya, lho, masa Bunda lupa. 3 bulan lalu aja Bunda antusias banget kok."
"2 hari lalu gue ketoko Bunda penuh banget lho, kata lo juga Bunda lagi persiapan buka cabang lagi, kan?"
Jakie dan Anindira mendudukan diri disebuah kursi, saat ini mereka sedang berada disalah satu Taman di Jakarta Pusat, Jakie yang mempunyai ide untuk datang kesini, katanya bosan kalau ke caffe terus. Dira yang hanya menemani menurut saja.
Jakie mengedarkan pandangannya, mencari objek yang bagus untuk di jepret dengan kamera miliknya. Matanya mengunci objek, anak kecil yang sedang memegang balon, seseorang yang sedang membaca buku, atau sebuah keluarga bahagia yang sedang tertawa, selama Jakie menganggapnya indah ia abadikan dalam kameranya.
Hari ini laki-laki itu berulang tahun, tapi sejak pagi bahkan sebelum cowok itu menjemputnya dirumah, wajahnya ditekuk, lagi badmood, katanya. Penyebab wajah polos itu ditekuk tentu karena Sang Bunda belum mengucapkan sepatah kata pun tentang ulang tahunnya.
"Terus siapa aja yang udah ngucapin?" Anindira melontarkan pertanyaan lagi setelah ucapan sebelumnya tidak di gubris oleh Jakie.
"Sagha, Jayden, anak OSIS, anak MPK, anak Jurnalistik, kamu, mama kamu."
Anindira mengernyit, "Lah itu banyak yang ngucapin, kok gak bersyukur sih?"
"Saya bukan enggak bersyukur, saya senang dikelilingi banyak teman, cuma rasanya agak kurang aja, biasanya Bunda yang ngucapin paling pertama."
Jakie membuka tutup botol, menyodorkan minumannya kepada Anindira, Dira menenggak minumannya. Satu hal yang juga Dira suka dari Jakie ialah laki-laki itu tanggap, sesederhana membuka tutup botol minum yang Dira tidak minta adalah sesuatu yang manis.
"Terus teman-teman lo enggak ada inisiatif gitu? surprise kecil-kecilan?"
"Pada enggak bisa, Jayden lagi ke Amerika nanti malam baru balik, Sagha ada lomba skate di Bandung selasa baru balik juga."
Anindira mengangguk, "Lo akhir-akhir ini lagi senggang, ya? MPK lagi enggak sibuk?"
"Enggak, akhir tahun kan libur, ada bulan Maret tapi acara pramuka, kayaknya MPK Cuma bantu sedikit."
Anindira mengangguk, meneguk minumnya sekali lagi. Jakie disebelahnya sedang melihat jam tangan, hari sudah siang matahari juga sudah mulai terik, jam sudah menunjuk pukul 11 siang.
"Cari makan, yuk saya lagi pengen makan burger."
Anindira melotot, "Enggak enggak, no fastfood, gue baru tahu ternyata lo gak boleh makan fastfood, kan, sama Bunda?"
Jakie tersenyum, "Yaudah cari ketoprak mau enggak? Lagi pengen."
Anindira mengacungkan jempolnya, keduanya bangkit, berjalan menuju parkiran motor lalu berangkat mencari tukang ketoprak.
***
Anindira dan Jakie kini baru saja memasuki gerbang perumahan Jakie, ditengah jalan saat menuju misi mencari ketoprak, Anindira di telepon oleh Bunda, menyuruh mereka segera pulang kerumah Jakie. Anindira yang memang sudah mengetahui undangan itu, bertingkah biasa saja, bahkan tadi pagi ia sengaja berpakaian rapih untuk bersiap merayakan ulangtahun laki-laki itu bersama Bunda, yang tentu saja sukses membuat Jakie mengernyitkan dahi saat melihat pakaian Anindira.
"Jadi tahu kenapa kamu pakai baju rapih gitu padahal kita cuma ke taman." Ucap Jakie dengan sedikit tabrakan dengan angin mengingat mereka masih diatas motor, bersyukur Dira masih bisa mendengar ucapan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOODIE BOY || JAKE SIM [END]
FanfictionDua remaja ini disatukan saat keduanya memiliki rasa takut pada hati mereka. Saat mereka ingin melangkah lebih jauh, namun takut tergelincir pada pijakan pertama. Lalu bagaimana keduanya berjalan beriringan, bagaimana mereka memulai langkah bersamaa...