18. Trust me

178 48 0
                                    

Baru saja Jakie bisa menarik napas selama beberapa hari, hari ini ia sudah mulai disibukkan dengan aktivitas rutinnya lagi.

Pagi tadi ia harus berangkat sangat pagi untuk rapat Senin, saat jam istirahat ia harus menemui Mila dan Sagha untuk membahas artikel dan podcast, siangnya ia harus mengikuti ulangan kimia yang sukses membuat kepalanya hampir berasap. Dan sore ini, Jakie sudah kembali lagi di ruangan kesayangannya, ruang rapat. Untuk membahas acara Gebyar seni.

Suasana diruang rapat kali ini masih sedikit tenang, entah bagaimana jadinya 15 menit kedepan. Karena memang sudah tradisi atau bagaimana, setiap kali mengadakan rapat pasti ada saja hal-hal yang membuat panas.

"Oke, langsung aja, selamat sore untuk seluruh anggota OSIS dan MPK yang saya hormati. Selaku ketua OSIS SMA Tunas Harapan, sore ini saya akan membagikan susunan panitia untuk acara Gebyar Seni Tahunan. Untuk seluruh perangkat MPK adakah yang bersedia untuk menjadi ketua pelaksana?"

Semua diam, ruangan menjadi hening. Aldi selaku ketua OSIS mengitari matanya mencari adakah sekiranya seseorang yang bersedia.

Seseorang dari kursi belakang tiba-tiba saja menggebrak meja, iya, itu Bagas, ketua MPK.

"Kenapa anak MPK yang lo tunjuk?"

Untuk ukuran Bagas, menggebrak meja adalah reaksi paling santai. Seluruh anggota organisasi sudah tahu persis tabiat laki-laki itu.

"Kenapa selalu anggota gue yang lo tunjuk untuk jadi ketua pelaksana? anggota lo enggak mampu? Lo bahkan gak menentukan kandidat sama sekali?"

"Bukan begitu, Gas. Tapi kan-"

"Kalau seandainya enggak ada yang bersedia untuk jadi ketua pelaksana, kita disini ngapain? Nungguin ada yang tunjuk tangan? Buang-buang waktu aja."

Benar saja, belum ada 15 menit kobaran api sudah mulai membara.

"Bukan begitu, tapi kan anggota MPK pangkatnya diatas OSIS kita cuma kasih peluang aja buat kalian maju."

Bagas mulai berdiri dari duduknya. "Enggak, tugas MPK itu mengevaluasi program kerja OSIS bukan menjalankan Program kerja. Terus kalau anggota gue yang nunjuk diri jadi ketua pelaksana, tugas OSIS apaan? Cuma siapin konsumsi doang?"

Aldi yang merasa tidak terima dengan ucapan Bagas pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Bagas.

Semua anggota OSIS dan MPK hanya diam saja, toh mereka memang sudah biasa seperti itu, nanti juga baik lagi.

"Gue kan bilang tadi, ada enggak yang bersedia, kalau enggak biar anggota gue yang turun."

"Udah voting aja, ribet lo berdua. Sama aja." Kali ini Jakie yang turun tangan memisahkan. Muak juga laki-laki itu jika rapat hanya diisi untuk bertengkar.

***

Semua anggota OSIS dan MPK berjalan keluar dari ruang rapat, Jakie bagas dan Aldi keluar paling terakhir. Raut wajah Jakie mengendur, ia mendadak lemas sekali.

"Selamat ya, Jek." Ucap Bagas setengah meledek, Aldi yang berada disampingnya hanya tertawa kecil.

"Selamat begadang dan gak tidur berhari-hari maksud lo?"

Bagas mengangguk "Iya."

Iya benar, hasil votingnya menunjuk Jakie untuk maju menjadi ketua pelaksana. Jujur sebenarnya Jakie bingung, jabatannya di MPK hanya sebatas sekretaris. Tetapi hasil votingnya selalu jauh melebihi milik Bagas dan Aldi yang notabene nya adalah ketua organisasi.

"Jek, gue duluan ya, mau jalan sama Mbak pacar." Ucap Bagas sambil menepuk bahu Jakie yang sudah lemas.

"Gue juga duluan Jek, mau futsal." Jakie hanya mengangguk sebagai responnya.

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang