34. Her Tears

138 40 3
                                    

Jakie mengendarai mobilnya dengan kecepatan tak seperti biasa, cemas menyelimuti relung hatinya, keringat dingin kini membasahi telapak tangan yang sedang mengontrol kemudi. Ia baru saja mendapat kabar kurang sedap dari Mama Anindira, memberitahu Jakie bahwa kini Anindira sedang tidak baik-baik saja.

Jakie yang tadi sedang mecuci motornya langsung segera bergegas mengganti baju dan mengendarakan mobil menuju rumah Anindira. Ia tidak tahu apa yang sedang Anindira lakukan sekarang, namun yang pasti perempuan itu sedang tidak baik-baik saja.

Dengan perasaan gundah, Jakie berkali-kali mendial ponsel milik Anindira. Berharap pemiliknya mau segera mengangkat, namun ini sudah panggilan ke 14, tidak ada tanda-tanda Anindira mau menerima teleponnya. Ia cemas, ia takut terjadi hal buruk kepada Anindira.

Jakie memarkirkan mobilnya di garasi rumah Anindira, memasuki pekarangan rumah itu yang terlihat sangat terawat mengingat Mama Anindira senang dengan tumbuhan. Jakie kemudian memasuki pintu rumah Anindira yang tidak tertutup, berjalan menuju ruang keluarga di mana nyonya pemilik rumah terlihat sedang duduk dengan perasaan gugup.

Di tengah rasa gugupnya, Jakie menyalami wanita tua namun cantik itu, yang langsung beliau arahkan untuk segera menuju kamar milik Anindira yang berada di lantai dua. Jakie menapaki anak tangga dengan perlahan, setelah nya ia mendekat menuju pintu ruangan berwarna putih yang tertutup rapat. Jakie mengetuk pintu tersebut, menunggu pemilik kamar mempersilahkan masuk, namun sudah ketukan ke 5 tidak ada respons dari dalam sana.

"Anindira..."

Karena merasa ketukan pintu tidak ada respons, Jakie mencoba mengganti cara dengan memanggil perempuan di dalam sana.

"Anindira, ini aku..."

Tidak ada respons dari dalam sana.

"Aku boleh masuk?"

Sudah percobaan kesekian kali namun masih tidak ada respons dari perempuan di dalam.

"Aku masuk, ya?"

Jakie kemudian membuka knop pintu, mengintip dari celah yang terbuka. Terlihat Anindira sedang duduk di kursi meja belajarnya, dengan ditemani cahaya laptop yang menerangi. Jakie menghampiri Anindira, menarik kursi yang lain agar laki-laki itu bisa duduk di samping Anindira. Jakie menghembuskan napas pelan, ia melirik ke arah layar laptop, menampilkan laman SNMPTN dan iya, Anindira belum berhasil pada kesempatan kali ini.

Perempuan di depannya tidak menangis, tidak berbicara, namun dari raut wajahnya Jakie tahu perempuan itu sedang tidak baik-baik saja. Terlihat dari wajah pucat dihiasi kantong mata yang menghitam dan bibir kering. Jakie menyematkan anak rambut Anindira ke belakang telinga, mengusap lembut pucuk kepala perempuan itu. Wajah Anindira masih terpaku pada layar laptop, namun tepat setelah bola mata hitam itu melihat ke arah netra Jakie, air mata turun membasahi pipi perempuan itu.

Jakie merengkuh tubuh Anindira, membawa tubuh mungil perempuan itu ke dalam dekapannya. Setelahnya terdengar isakan sangat keras yang masuk ke gendang telingan Jakie. Anindira menangis di pelukan Jakie. Jakie mengelus lembut puncak kepala Anindiraa, tidak mengucapkan kata-kata penyemangat karena ia masih ingin memberi Anindira jeda untuk menumpahkan rasa sedih.

Setelah merasa puas dengan segukannya, Anindira menjauhkan tubuhnya dari dekapan Jakie. Membuat Jakie bisa melihat air mata yang masih tersisa pada wajah puan kesayangannya. Jakie berinisiatif menarik beberapa lembar tissue yang berada di atas meja, menyodorkan kepada Anindira sebagai kode agar perempuan itu menyeka sisa air mata.

"Jakie, aku gagal." Ucap Anindira dengan suara bergetar, tak lama air mata kembali menetes lagi dari pelupuk mata perempuan itu.

"Nin, kamu enggak gagal."

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang