8. Privilege Judan

181 47 4
                                    

"Pokoknya gue enggak mau tau, lo pake akses bapak lo kek, Dan, kita harus bisa masuk ruang CCTV."

Titan bersikeras, ia sudah tidak tahan lagi melihat Dira yang terus – terusan diam dilingkaran setan hubungannya dengan Marvel.

Kemarin laki – laki itu membuat kerusuhan di tempat makan, Marvel datang dan memaki Dira habis – habisan. Yang tentu saja membuat seisi restoran heboh karena ulah laki – laki itu. Marvel bahkan hampir melayangkan tamparannya di pipi Dira, beruntung berhasil ditahan oleh tangan besar Judan.

Kacau. Marvel gila. Bahkan kini kelas 11 IPS 3 menjadi tahu sifat asli laki – laki itu dan 11 IPS 3 menjadi lebih protect kepada Dira, mereka jelas terkejut pada sifat Marvel, karena yang selama ini mereka tahu, Marvel sangat menyayangi Dira.

"Tan, gak segampang itu, Papa gue belum tentu bisa bantu karena keputusan tetap di tangan Kepala Sekolah. Lagian enggak mungkin Marvel ngehajar Dira disekolah, Marvel enggak mungkin sebego itu."

"Dan, gue mohon, please kali ini aja, gue enggak bisa ngeliat Dira diginiin terus – terusan sama Marvel."

Melihat wajah Titan yang kini menunjukan kepasrahan, Judan pun melangkah sedikit menjauh, menelfon seseorang diseberang sana. Titan yang melihat Judan mengalah pun tersenyum penuh arti, Cuma modal puppy eyes aja laki – laki itu sudah luluh. Dasar.

"Hallo, Pa, Judan perlu akses masuk ruang CCTV."

"Kamu selalu bilang enggak pernah mau pakai previlage yang Papa kasih, sekarang kenapa tiba – tiba minta akses?" Ucap seseorang dari seberang sana, suaranya tampak mengeluarkan kekehan kecil.

"Pa, ini penting."

"Masuk saja, pakai nama keluarga."

"Enggak bisa, harus lewat kepala sekolah, kemarin aku coba pakai nama keluarga, staff CCTV nya enggak kenal Papa."

Di seberang sana Papanya tertawa "Kok bisa ya enggak kenal Papa? Yaudah Papa hubungi kepala sekolah, 10 menit lagi kamu bisa masuk."

"Pa, satu lagi." Ucap Judan

"Akses permudah Drop out siswa."

"Kamu banyak mau ya hari ini, ucapkan apa dulu ke Papa?"

Judan menghela napas berat, papa nya ini selalu saja memanfaatkan "Iya, Pa, aku sayang Papa dan akan selalu jadi anak baik papa yang penurut."

Diseberang sana Papanya teratawa renyah, malas mendengar terlalu lama, Judan pun mematikan telfon dengan sepihak.

Judan menghampiri Titan yang kini sedang bersandar di pilar depan ruang CCTV, ia memperhatikan wajah Titan yang terlihat sangan frustasi.

"Lo kayaknya ambisi banget bikin Marvel sama Dira putus." Ucap Judan yang kini ikut menyandarkan tubuhnya di pilar besar.

"Setiap dia habis di kasarin Marvel, gue selalu yang nyamperin dia buat bawain minum. Lo bayangin aja, gue yang cuma liat aja udah muak, apalagi Dira."

"Seseorang yang terjebak di toxic relationship itu sebenernya pengen bebas, Dan, tapi mereka takut, mereka takut buat stay tapi mereka juga takut buat ninggalin."

Judan menolehkan kepalanya memperhatikan Titan "Lo pernah?"

Titan tertawa keras "Siapa yang berani sama gue?" Judan ikut tertawa mendengar jawaban Titan.

"Ini kita sampai kapan disini?" Mendengar ucapan Titan, Judan pun melihat ke pergelangan tangannya.

"Coba kita masuk yuk."

"Wah gue enggak nyangka si Marvel beneran bego." kini Judan dan Titan sedang memantau di monitor CCTV, terekam kurun waktu seminggu yang lalu Marvel benar – benar melakukan kekerasan pada Dira di dekat labolatorium Bahasa. Ruangan itu memang jarang terjamah orang – orang, tapi kan CCTV berada di mana – mana, apakah Marvel tidak berpikir sampai situ? Kalau iya, laki – laki itu memang bodoh.

Untuk seukuran SMA Tunas Harapan seharusnya Marvel tahu bahwa disetiap sudut pasti terpasang CCTV, kecuali toilet. Mungkin Marvel tidak tahu bahwa sekolahnya memang tempat seaman itu.

"Pak, saya boleh minta salinan video tadi enggak?" staff pengawas CCTV hanya mengangguk lalu menyalin beberapa video, lalu menyerahkan flashdisk hitam kepada Titan.

Didalam flashdisk itu tidak hanya berisi satu video, tapi ada beberapa video kekerasan lain. Seperti mencekik, menjambak, dan yang terparah adalah menampar.

Judan dan Titan keluar dari ruang CCTV, mereka kini sibuk pada ponsel masing – masing, entah menghubungi siapa.

"Pa, satu lagi please, tolong hubungi kepala sekolah buat keruang BK sekarang."

Judan menghubungi papa, sebagai laki – laki ia geram sekali melihat perlakuan Marvel kepada Dira.

"Bang, lo kapan balik dari Bandung?"

"Bisa enggak lo bolos kuliah sebentar aja, pulang dulu kesini 3 hari aja."

"Bang, ini soal Dira."

"Oke."

Berbeda dengan Judan, kini Titan merasa lega, ia akhirnya memiliki bukti dan ia akhirnya memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Dira dari hubungan yang tidak sehat.

"Lo ngehubungin siapa?" Tanya Judan penasaran, ia tadi mendengar Titan mengucap 'bang' kepada seseorang dari seberang sana, ia bingung, apakah Titan menghubungi abangnya? Memang ada hubungan apa abangnya Titan dengan Anindira.

"Bang Maheesa, abangnya Dira."

Oh ternyata abangnya Dira. 

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang