32. LDR Problem

150 43 1
                                    

Anindira meraih buku catatan miliknya di atas meja belajar, membuka lembaran-lembaran yang terisi coretan milik Anindira. Sudah terhitung 2 minggu kurang 2 hari Jakie pergi, semenjak laki-laki itu pergi Anindira merasa sepi.

Anindira mengisi liburannya dengan belajar materi UTBK, menemani Surya membeli eskrim, bermain bersama Judan dan Titan, mengunjungi Bang Heesa di Bandung selama dua hari, juga sekarang perempuan itu mempunyai kegemaran baru yaitu menumpahkan emosinya di buku diary.

Jakie tahu semua kegiatan yang Anindira lakukan. Tidak jarang laki-laki itu menitip kepada Jayden untuk membelikan Anindira makanan. Tentu hal itu membuat Anindira merasa tidak enak kepada Jayden karena harus repot-repot mengantarkan makanan ke rumah Anindira.

Sore itu Anindira sedang sibuk dengan buku catatannya, menulis study planner untuk bulan depan ditemani Jakie melalu panggilan video, Jakie tersenyum melihat Anindira yang kini serius dengan apa yang dilakukan.

'Nin, nulis puisi buat aku ya?'

'Nin, penerbanganku nanti sore lho!'

"Sekarang udah sore tuh." Jawab Anindira.

'Ya waktu den haag.'

"Besok aku enggak mau jemput kamu!"

'Ya aku juga enggak nyuruh jemput.'

'Nin, nanti boleh, gak, aku baca diary kamu?'

"IH JAKIE! Aku enggak nulis tentang kamu kok!!!"

Di sebrang sana Jakie tertawa melihat wajah kesal miik Anindira. Ia rindu perempuan itu, perempuan biasa saja, namun selalu berhasil membuat Jakie pusing karena tidak tahan dengan kegemasan perempuan itu.

'Nin, LDR susah enggak?'

Anindira mengangguk, "Jujur, susah."

Jakie tersenyum, 'Tapi harus terbiasa.'

Anindira menghembuskan napas, "Jakie, aku tutup, ya, teleponnya!"

Jakie tertawa, 'Boleh ditutup tapi senyum dulu, daritadi dicuekin terus aku.'

Anindira senyum dengan paksa, mengundang tawa Jakie dari seberang sana. Setelah menutup teleponnya, Anindira menghembuskan napas berat. Sejujurnya, saat Jakie di Belanda, hari-hari Anindira seperti kembali saat perempuan itu belum mengenal Jakie dan juga belum bersama Marvel. Sepi.

Jauh dari Jakie sangat berat bagi Anindira, Beruntungnya perempuan itu, Jakie masih sering menghubunginya lewat pesan singkat atau pesan suara. Anindira tahu Jakie merasakan hal yang sama sepertinya, sungguh jika bukan bersama Jakie, Anindira tidak pernah mau mempunyai hubungan jarak jauh karena rasanya sangat sulit, bersyukur Jakie mau mengimbangi.

Tidak ada yang spesial dari keduanya saat Jakie pergi, hanya saja kali ini Anindira yang menjadi lebih sibuk belajar, dan juga terkadang ada sedikit perselisihan yang terselip di antara pesan keduanya. Jakie sesekali kesal mendapati pesan singkatnya telat dibalas oleh Anindira, atau Anindira yang juga marah karena menganggap Jakie tidak mengerti bahwa dirinya sedang sibuk belajar untuk masuk universitas.

Namun keduanya imbang, mereka akhirnya bertemu di titik tengah. Mencoba mengerti keinginan satu sama lain yang sebenarnya hanya ada satu permasalahan. Jakie rindu Anindira, Anindira juga rindu Jakie. Namun bedanya, Jakie ingin kerinduan itu ditumpahkan melalui telepon video atau pesan suara. Sedangkan Anindira tidak bisa, oleh karena itu ia belajar agar kerinduannya tidak menjadi beban bagi Jakie di Belanda sana. Karena Anindira tahu, rasa rindunya seringkali membuat Jakie khawatir, dan Anindira tidak ingin Jakie cemas disana.

Pernah disatu hari mereka bertengkar melalui telepon, Jakie marah karena Anindira hilang kabar beberapa hari yang membuat Jakie uring-uringan di Belanda. Anindira menangis, ia sengaja hilang kabar, berusaha menyibukkan diri agar rasa rindunya bisa hilang karena rasa lelah saat malam hari, karena kembali lagi, Anindira tidak ingin kerinduannya menjadi beban bagi Jakie.

'Nin, aku tuh kangen sama kamu, kamu ngerti enggak sih?'

'Ngerti, aku ngerti banget, Jek, tapi aku enggak mau kayak gitu. Setiap teleponan sama kamu, aku semakin kangen kamu, aku enggak mau kamu tau dan malah balik ke sini karena lihat aku begini.'

'Kamu enggak mau aku balik ke Jakarta?'

'Aku enggak mau kamu balik karena aku! Oma masih butuh kamu di sana, kalau kamu balik ke sini Cuma karena aku,  siapa yang jagain Oma sekalipun ada Nicolaas di sana?'

'Ya, tapi harus dibicarain, Nin, jangan asal hilang kabar kayak kemarin!'

'Terus kalau udah dibicarain, gimana? Aku tahu kamu orangnya gimana, Jek, aku tahu kamu bisa aja langsung balik ke Jakarta saat aku ngeluh kangen. Aku cuma berusaha meminimalisir kontak sama kamu biar aku enggak kelepasan bilang kangen dan berakhir kamu nekat balik ke Jakarta padahal Oma butuh kamu di sana!'

'Berarti kamu menganggap aku kayak gitu, ya, Nin?'

'Jakie, bukan begit—'

'Aku putus teleponnya, ya, Oma kayaknya butuh bantuan.'

Dan begitulah akhirnya telepon mereka terputus kala itu, beberapa hari kemudian Jakie menghubunginya kembali, meminta maaf karena merasa dirinya tidak cukup mengerti apa yang Anindira rasakan. Begitupun Anindira, ia merasa harus selalu terbuka kepada Jakie mulai sekarang.

Anindira meringis mengingat kejadian kurang lebih satu minggu lalu, kejadian yang membuatnya berpikir bahwa ia tidak ingin merajut kisah cinta jarak jauh jika tidak bersama Jakie. Itulah yang membuatnya sadar, bahwa Jakie memang mempunyai pengaruh yang besar bagi hubungan keduanya, dan bagi Anindira.

Mungkin jika tidak sama Jakie, hubungan ini sudah bubar sejak hari kelima. Bisa saja lebih baik, namun karena ia tidak pernah bertemu laki-laki sebaik Jakie, ia tidak mempunya perbandingan yang cukup. Setidaknya bersama Jakie, ia bisa bertahan sampai hari ke 12.

LDR problem yang baru Anindira dan Jakie mengerti sebegini ruwet nya.

***

Setelah 2 pekan netranya tidak melihat orang itu, setelah 2 pekan hari-hari nya sepi tanpa orang itu, setelah 2 pekan tidak memakan soto Bu Titin bersama orang itu. Akhirnya, hari senin pagi ini, laki-laki berparas manis itu berdiri di depannya, di tengan koridor kosong karena hari masih terhitung sangat pagi, laki-laki dengan seragam khas anak SMA ditambah almamater MPK kebanggaannya.

Anindira terdiam, bibirnya tersenyum melihat orang itu. Orang yang ia rindukan, orang yang diam-diam ia ceritakan di buku diary, orang yang menjadi alasan dirinya tahan menjalani hubungan jarak jauh.

"Hallo, Anindira, apa kabar?"

Anindira tertawa, Jakie mendekat ke arah Anindira , berdiri tepat didepan perempuan itu membuat detak jantung Anindira berpacu tak sabaran. Ia rindu Jakie.

"Hallo, Jakie Damien, aku baik. Gimana Den Haag?"

"Biasa aja soalnya enggak ada Anindira."

"Kalau ada Anindira?"

"Jadi luar biasa dong!"

Anindira tertawa, 2 minggu tidak bertemu, laki-laki ini semakin cheesy dengan gombalan recehnya.

"I miss you, Nin, but I also miss soto Bu Titin too."

"I miss soto Bu Titin too, Jakie."

"Lho emang selama aku pergi, kamu enggak makan soto Bu Titin?"

Anindira menggeleng sebagai jawabannya.

"Oke, nanti sore ke Bu Titin!" Ucap Jakie final. 

***

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang