"Abang, tahu enggak sih, masa kemarin Adek diantar pulang sama cowok, bule lho, Bang."
"Ih, Mama, Abang udah tahu duluan kali." Ucap Anindira sambil mengoleskan selai cokelat diatas roti tawarnya.
Mama terlihat terkejut, sedangkan Abang hanya tersenyum sambil memakan roti tawarnya.
"Lho, kok Abang tahu sih?"
"Waktu itu pernah diantar pulang juga." Ucap Abangnya acuh tak acuh namun masih menahan sedikit tawanya melihat ekspresi wajah Mama yang terkejut.
"Oh jadi cuma Mama yang enggak tahu?"
"Tenang, Ma, Papa juga enggak tahu kok."
Setelah selesai sarapan, Anindira kembali ke kamarnya, terkejut melihat kamar bernuansa putih gading itu sedikit berantakan. Tidak sedikit sih, ini mah kapal pecah. Dengan niat setulus hati, ia membereskan kamar itu. Mulai membuka gorden kamar, membuka jendela, membereskan buku-buku yang ada di meja belajar, mengganti seprai dan yang terakhir memvacum lantainya. Setelahnya Anindira bergegas mandi, tadi Mama mengajak untuk pergi berdua. Entah kesalon atau apa. Yang pasti itu rutin dilakukan setidaknya sebulan sekali.
Anindira keluar dari kamarnya, dengan memakai jumpsuit rok setengah paha, dengan kaos hitam sebagai dalamannya. Dibanding anak SMA, Anindira lebih terlihat seperti anak SMP dengan tubuh mungilnya ditambah wajah imut dari perempuan itu tidak membuatnya terlihat seperti anak SMA sama sekali.
Anindira membuka pintu mobil berawarna hitam itu, Mama sudah berada dikursi kemudi. Sudah 18 tahun tetapi ia masih belum diberi izin membawa kendaraan sendiri. Membuat ia sering kali merepotkan Maheesa atau Surya untuk mengantarnya kesana kemari.
"Kemana dulu kita, Ma?" Ucap Anindira sambil sibuk menghubungkan Bluetooth ke audio tape.
"Mama mau potong rambut, kita kesalon dulu ya?"
Anindira hanya mengangguk, sebenarnya mau kemana saja terserah Mama. Ia hanya basa-basi saja, toh yang membawa mobil juga Mama.
***
"Jaki, udah dong lepas dulu, Bunda mau ke toko nih sudah siang."
Sedari tadi malam Jakie menempel terus kepada Bundanya. Ia terus memeluk Bunda sampai-sampai perempuan setengah baya itu kelelahan karena harus melakukan aktivitas sambil diikuti sana-sini.
Bunda baru pulang dari Jerman kemarin sore, setelah mengantar Anindira pulang, Jakie terkejut melihat pintu rumahnya terbuka. Ia kira ada maling yang menyusup, ternyata Bunda baru saja pulang sambil membawa koper ekstra yang tentu saja berisi oleh-oleh.
Mengingat Anindira, ia jadi ingin menceritakan nya kepada Bunda. Jakie melepas pelukannya ditangan Bunda. Menatap Bunda yang dengan hati-hati, ia ragu harus bercerita atau tidak. Tapi ia sangat ingin mendengar pendapat Bundanya.
"Bunda lagi buru-buru banget, nggak?"
Bunda yang sedang sibuk memasukan barang-barang ke dalam tas bahu menoleh mendapati Jakie yang kini sedang berdiri kaku disampingnya. Menatap aneh kearah putra nya yang kini sedang menahan sesuatu. Bunda akhirnya duduk di sofa ruang keluarga, seolah memberikan isyarat kepada Jakie untuk menceritakan hal yang Jakie ingin ucapkan.
Jakie yang melihat respon bagus Bunda pun ikut mendudukkan diri di sofa, ia sebenarnya ragu tapi karena Bunda sudah mempersilahkan yasudah ia ceritakan saja.
"Bunda, namanya Anin."
Bunda menatap Jakie dengan tanda tanya besar, maksudnya apa?
"Iya, Bunda, namanya Anindira. Cantik banget, anaknya baik, makan nya lahap, walaupun canggung tapi Anin perempuan seru. Menurut Bunda gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOODIE BOY || JAKE SIM [END]
FanfictionDua remaja ini disatukan saat keduanya memiliki rasa takut pada hati mereka. Saat mereka ingin melangkah lebih jauh, namun takut tergelincir pada pijakan pertama. Lalu bagaimana keduanya berjalan beriringan, bagaimana mereka memulai langkah bersamaa...