35. Titik Temu

128 36 1
                                    

Satu minggu sudah sejak pengumuman SNMPTN dan semua nya telah berubah terutama Jakie dan Anindira. Tidak ada lagi waktu bersama karena mereka sibuk mengurus ini-itu. Padatnya jadwal membuat mereka terkadang lupa untuk membalas pesan satu sama lain. Jakie sibuk mengurus keperluannya untuk kuliah di Jerman yang sampai detik ini hal itu belum diketahui oleh Anindira. begitupun Anindira, perempuan itu sibuk belajar berusaha keras agar lolos SBMPTN karena ia tidak ingin ada kegagalan lagi yang menghambat jalannya.

Tidak ada lagi pulang bersama, tidak ada lagi kiriman makanan, tidak ada lagi makan di kantin bersama, tidak ada lagi mengeksplor kota Jakarta mencari kuliner yang tidak pernah mereka kunjungi sebelumnya, tidak ada lagi pesan selamat tidur dan 'gimana hari ini' yang meramaikan ponsel keduanya.

Semua nya seakan berubah seperti titik awal, seperti angka 0 dalam deretan angka. Mereka berdua sibuk dan lelah. Tidak ada waktu lagi untuk saling menanyakan kabar saat diri mereka sendiri rasanya seperti remuk redam. Dulu mungkin rasa lelah tidak ada artinya saat mereka berdua sama-sama saling menguatkan, namun kini rasanya berbeda, mereka lelah namun sudah tidak kuasa untuk sekedar mengungkapkan apa yang mereka rasa.

Dulu mungkin Jakie bisa sangat mudah menelepon Anindira untuk mengeluh tentang kegiatan organisasi yang membuatnya pusing 7 keliling, dulu mungkin Anindira bisa sangat mudah mengirim pesan kepada Jakie untuk menemani nya mencari makan saat malam hari.

Tapi kini tidak. Jakie tahu Anindira sibuk sampai harus membawa buku soal besar sambil makan di kantin. Anindira tahu Jakie jarang berada di sekolah karena mengurus suatu hal yang Anindira tidak mengerti.

Mereka saling tahu, oleh karena itu untuk mengeluh kepada satu sama lain pun rasanya tidak tega. Anindira tidak bisa lagi mengeluh lelah belajar kepada Jakie karena tahu laki-laki itu kini tengah sibuk, Jakie tidak bisa lagi mengeluh pusing kepada Anindira karena tahu perempuan itu sedang sibuk belajar.

Hal-hal tersebut perlahan membentuk jarak yang tidak mereka sadari. Membentuk pembatas yang tak kasat mata namun dapat dirasakan. Membuat mereka perlahan ragu akan kedekatan mereka. Membuat mereka terbiasa akan kesamaran satu sama lain. Mereka ada, namun rasanya sulit digapai satu sama lain.

Sampai mereka bertemu di satu titik. Titik yang membuat mereka sama-sama merasa kesepian, titik yang membuat mereka sadar bahwa mereka memang saling membutuhkan. Titik yang membuat hancur pembatas tak kasat mata itu. Titik yang membuat mereka kembali seperti semula.

Kala itu Jakie baru saja merebahkan diri setelah pulang dari kedutaan Jerman di Indonesia, mengurus berkas persiapan keberangkatan menuju Jerman. Rasa lelah menjalar dari ujung kepala sampai kaki, membuat sendi-sendi nya nyeri. Sambil merebahkan diri di atas kasur, Jakie membuka ponselnya, membaca grup chat Jurnalistik yang ramai membahas hal tidak penting khas obrolan remaja.

Beralih ke room chat lain, membuka grup chatnya dengan Sagha dan Jayden, membaca deretan chat dari Sagha yang kesal karena seharian dicueki pacarnya.

Jakie tertawa, hal-hal ringan yang membuat rasa lelahnya sedikit lenyap. Sampai suatu hal dalam ponselnya membuat Jakie terjengkit, terbangun dari posisi rebahannya. Membaca jelas-jelas apa yang tertera pada layar ponselnya.

Anindira menghubungi Jakie. Sekali lagi. Anindira menghubungi Jakie.

AnindiraR: Jek..

AnindiraR: Kamu dimana? Lagi sibuk, nggak?

AnindiraR: Bisa jemput aku di tempat les, nggak? Kalau enggak bisa gakpapa, aku naik gocar aja hehe

Jakiekoen: Otw

Jakie menyambar kunci mobilnya yang berada di atas nakas, lalu memakai jaket hitam dan membawa sebuah hoodie untuk Anindira. Menuruni tangga rumah mengingat kini Jakie sudah kembali lagi kerumah Bunda. Laki-laki itu berjalan menuju dapur, melihat Bunda kini sedang sibuk dengan penggorengan mengingat sebentar lagi waktunya makan malam.

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang