4. Cup of Coffee

208 50 1
                                    

Sore itu kegiatan belajar mengajar di SMA Tunas Harapan sudah berakhir, laki – laki berambut hitam legam melangkahkan kaki nya keluar kelas, juga di tangan kanan nya kini terdapat beberapa dokumen penting organisasi yang harus ia koreksi saat dirumah sedangkan tangan kirinya menenteng sebuah hoodie abu – abu bertuliskan ESSENTIALS. Laki – laki itu terlihat sibuk mengecek beberapa dokumen, ia terlihat kesulitan karena satu tangannya ia pakai untuk memegang dokumen sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk menggenggam satu cup kopi yang ia beli tadi siang, ia berencana akan membuangnya setelah menemukan tempat sampah. Karena tangannya yang penuh itulah, tepat setelah tikungan dihujung koridor, ia menabrak seseorang yang berjalan kearahnya. Kopinya tumpah mengenai bahu kiri depan perempuan itu.

"Astaga, Mbak. Maaf saya enggak sengaja, aduh, maaf ya. Ini di pakai aja dulu hoodie saya, belum dipakai kok." Ucap laki – laki tersebut sambil menyodorkan hoodie nya.

Perempuan itu terkejut merasakan bahunya basah, ia akhirnya menerima hoodie tersebut dengan wajah kikuknya.

Melihat respon perempuan tersebut yang diam mematung, Jakie pun memutuskan untuk pergi saja.

"Saya duluan ya, Mbak. Permisi. Maaf sekali lagi."

Barulah saat laki – laki itu pergi, ia tersadar dari lamunan nya. Saat ia menoleh, laki – laki bertubuh tinggi itu sudah menghilang. Padahal ia belum sempat mengucapkan Terimakasih.

Dari ujung lapangan basket, seseorang sedang memperhatikan sedari tadi, emosinya naik begitu saja, matanya memerah, tangannya kini sudah mengepal.

***

"Bunda, Jakie pulang." Laki – laki itu baru sampai di rumah setelah menaruh kendaraan bermotornya di garasi, ia pun terduduk di kursi depan teras sambil mencopot kedua sepatu.

Perempuan yang ia sebut bunda pun datang dari arah dalam rumah, melihat anaknya yang sudah pulang, ia pun mengelus rambut putra semata wayangnya.

"Jaki udah pulang? lho lho kok basah gini seragam nya? memang kamu gak pakai jas hujan?"

Laki – laki yang disebut jaki itu pun tersenyum melihat bunda nya khawatir, memang setelah ia melesatkan motor dari gerbang sekolah, langit perlahan mengeluarkan air mata, jakie yang menganggap itu hanya gerimis biasa pun memilih untuk menerobos air tersebut sampai rumah, tak ia sangka bahwa air itu bisa membuat seluruh tubuh nya lumayan basah.

"Bunda, tadi kan gerimis aku kira gak akan deras eh ternyata basah kuyup."

"Kenapa gak pakai jas hujan? Kamu juga gak pakai hoodie."

"Bunda, Jakie lupa kemarin, kan, jas hujannya dikeluarin dari motor karena motor nya mau ke bengkel."

Bunda yang mendengar tingkah anaknya yang sering kelupaan itu pun hanya menggelengkan kepala nya pasrah. "Yaudah ayok masuk dulu, nanti kamu demam kalau kedinginan."

Kini Jakie sedang menuruni anak tangga sambil mengering kan kepalanya dengan handuk kecil, ia menuju dapur dan duduk di meja pantry dan memperhatikan bunda yang sedang membuat kue. Bunda memang memiliki toko kue yang sudah lumayan maju di daerah nya dan memiliki beberapa cabang juga di luar kota.

"Bunda mau tau enggak kenapa Jaki enggak pakai hoodie dan kehujanan?" Ucap Jakie melemparkan pertanyaan kepada Bunda. Bunda yang kini sedang mengadoni tepung tetap merespon ucapan Jakie dengan baik.

Bunda mengerutkan dahi "Kasihan kenapa?"

Jakie bergumam, ia ragu mencerita kan ini pada Bunda, tapi ia memang tidak pernah tertutup soal apapun kepada bunda sehingga rasa nya aneh jika ia tidak bercerita kepada Bunda.

"Maaf ya, Bunda, Jakie ceroboh, tadi karena sibuk cek dokumen, Jakie nabrak orang sampai bahunya basah karena ketumpahan kopi. Karena Jakie kasihan, akhirnya Jakie pinjamin hoodie yang Bunda beliin. Gakpapa, kan?"

Bunda sontak tertawa mendengar penjelasan polos dari anak nya, ruangan yang tadi nya sunyi menjadi penuh oleh kekehan Bunda, bahkan disudut mata Bunda kini sudah ada air mata yang membendung.

Bunda pun menghampiri Jakie yang kini sedang memakan toping kue di atas pantry, Bunda nya tersenyum melihat Jakie, sedangkan yang ditatap merasa kebingungan.

"Makasih ya, Jakie sudah jadi anak baik" Mendapat pujian seperti itu, Jakie pun tersenyum.

***

"Ya kamu ngapain pake hoodie orang lain, dan kamu gak kenal orang itu?"

Mobil honda jazz itu sudah berhenti di depan rumah mewah minimalis, tapi tidak membuat penumpang nya turun dari kendaraan roda empat itu. Didalam nya sedikit ada suasana perdebatan panas antara seorang laki – laki dan perempuan.

"It's urgent, Marvel. Seragam aku basah dan saat itu gaada kamu, mau nggak mau aku terima hoodie ini, kenapa sih kamu tuh selalu memperbesar masalah yang gak berarti apa – apa," Ucap perempuan tersebut dengan disertai emosi di setiap ucapannya.

"Lo bilang apa? Lo bilang gue suka memperbesar masalah, lo tuh emang perempuan bodoh, laki – laki itu suka sama lo dasar bodoh"

Laki – laki yang kita ketahui bernama Marvel itu mencengkeram tangan Anindira. Erat sekali. Perempuan itu sampai meringis menahan sakit.

"Marvel...Tangan aku sakit"

Laki – laki itu masih tidak melepaskan cengkeramannya, walaupun kini perempuan di depannya sudah mengeluarkan air mata.

"Sakit kan? Itu perasaan gue waktu liat lo berdua sama cowo lain."

"Marvel, maaf aku enggak akan lakuin itu lagi." demi apapun, perempuan itu terlihat sangat bodoh sekarang.

Marvel menghempaskan tangan mungil itu dengan kasar, sampai – sampai tangan yang kini tercetak lebam biru itu terhempas kasar mengenai dashbor.

"Kalo sampai lo begitu lagi, gue gak akan segan – segan memperlakukan lo lebih dari ini. Sekarang lo turun, gue muak liat wajah lo."

Anindira menurut saja, ia juga tidak ingin berlama – lama didalam mobil itu. Sebelum masuk ke dalam rumah, ia menghapus sisa air mata nya, lalu mencoba memasang wajah seceria mungkin. Ia tidak ingin anggota keluarganya tahu. Jadi selama ini ia memakang topeng tersenyum. 

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang