Jakie menepuk pundak Anindira, perempuan itu masih berada di alam mimpi dengan tubuh yang dibaluti selimut tebal. Jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi, tapi sepertinya perempuan itu masih enggan bangun dari tidurnya.
Jakie terus berusaha menepuk pundak Anindira yang masih terlelap, membangunkan perempuan itu dengan semangat. Hari ini adalah hari dimana Anindira akan berjuang, melakukan ujian tertulis bersama dengan ribuan calon mahasiswa yang lain. Anindira mendapat giliran test pagi. Sejak semalam perempuan itu terus meneror Jakie dengan puluhan chat keluh kesah.
'Jakie, besok aku UTBK'
'Deg-deg an deh!!!'
'Besok aku test nya pagi jam set8'
'Tapi harus sampai di tempat UTBK nya jam set7'
'Jakie tolong bangunin aku besok, aku takut telat'
'Jakie kalau gagal lagi gimana, ya? L'
'Kamu bisa gak besok anterin ke tempat UTBK nya?'
'Kalau enggak bisa aku bawa mobil sendiri'
'Jakie aku takut ada yang kelupaan'
Kurang lebih seperti itu isi chat yang Anindira kirim kepada Jakie. sejujurnya Jakie juga gugup, namun ia juga bersemangat. Dari lubuk hati nya yang paling dalam ia yakin Anindira akan berhasil kali ini. Namun jika gagal, ia tidak tahu akan sesedih apa perempuan itu.
Anindira juga berkali-kali bertanya mengapa Jakie tidak ikut UTBK, apakah Jakie akan masuk kampus swasta? Jakie hanya meng-iya kan saja. Belum siap jika harus memberitahu alasan sebenarnya bahwa ia berencana untuk kuliah di Jerman kepada Anindira. Entah kapan ia akan menyampaikan hal itu kepada Anindira, yang pasti di waktu yang tepat.
"Nin, bangun! Udah jam 6! Telat!"
Mendengar kata 'telat' Anindira terbangun dari tidurnya, dengan mata setengah terbuka, perempuan itu mengecek ponsel. Benar kata Jakie. pukul 06.13. Anindira telat.
"Jakie! ini telat! Gimana dong!!"
"Sumpah, Nin, aku udah bangunin kamu dari jam 6 kurang, kamu nya enggak mau bangun!" Ucap Jakie ikut panik.
"Terus aku gimana?!"
"Mandi! Aku mandi dulu! Kamu keluar dulu sana!!"
"Nin, aku buatin sarapan, ya?"
"TERSERAH!"
BRAKKK
Dengan begitu Anindira menutup pintu kamar mandi dengan kekuatan super. Jakie yang juga ikut panik akhirnya memilih turun ke bawah, menyiapkan sarapan sederhana untuk Anindira. Akan sangat mepet waktunya jika sarapan di rumah, oleh karena itu Jakie akhirnya membuat bekal sarapan untuk Anindira. Jakie mengoleskan roti dengan selai kacang karena tahu Anindira tidak suka selai strawberry, menyiapkan air minum, lalu memasukkannya ke dalam tas bekal.
Tidak sampai 10 menit, Anindira turun dari lantai atas. Menenteng sepatu dan memakainya di sofa ruang keluarga. Jakie memasuki mobil terlebih dahulu, kemudian tidak lama disusul oleh Anindira.
Sepanjang jalan menuju tempat UTBK, Anindira terus mengoceh, dirinya panik, takut terlambat.
"Sumpah, ya, Jek, kalau aku telat dan harus mohon-mohon ke pengawasnya aku gakpapa yang penting bisa ikut ujian."
"Nin, enggak akan telat! Aku tau jalan pintas, ini juga aku ngebut bawa mobilnya!"
"Iya, tahu! Tapi aku takut, Jek! Sumpah ya, nyesel aku tadi malam malah nonton drakor buat ngilangin gugup, eh, sekarang malah terlambat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOODIE BOY || JAKE SIM [END]
FanfictionDua remaja ini disatukan saat keduanya memiliki rasa takut pada hati mereka. Saat mereka ingin melangkah lebih jauh, namun takut tergelincir pada pijakan pertama. Lalu bagaimana keduanya berjalan beriringan, bagaimana mereka memulai langkah bersamaa...