Part 45

4.9K 473 252
                                    

Hyena Pov.

"Jungkook turunkan aku bisa berjalan sendiri!!" teriakku saat pria itu mengangkat tubuhku, menaruhnya ringan di sebelah bahunya.

Kedua alis Jungkook menyatu, terlihat jelas amarah disana. "Diam dan jangan menolak!" bentak nya dengan sebelah tangan yang ia lemparkan cukup keras untuk memukul bokongku yang membuat bibirku seketika terdiam.

Ia melangkahkan tungkainya terburu buru, menuruti beberapa anak tangga dengan begitu cepat yang membuat ku tersentak panik dan berteriak padanya. "Jungkook perlahan apa kau ingin membunuhku!!"

Ia hanya terdiam tak mengeluarkan suara sedikit pun, membenarkan posisiku yang menumpu pada bahunya dengan mencengram kuat pergelangan tanganku yang berguna untuk menyeimbangkan tubuhku agar tidak terjatuh dalam gendongannya.

Ku pejamkan mataku erat, karena jika aku membuka nya maka aku hanya akan melihat kubik keramik yang berjalan mundur, mengerikan dan begitu cepat. Belum lagi jarak antara wajah dan lantai itu lumayan cukup jauh jika di bayangkan akan cukup mengerikan jika wajahku berhasil mencium permukaan kubik keramik tersebut.

Jungkook mulai meletakan tubuhku di atas kursi, temannya meja makan. Nafasku tersenggal, ku hirup nafasku cukup banyak, jemari kekar itu mulai mengusap pelan permukaan wajahku, menyingkirkan beberapa helaian surai ku yang berantakan akibat aksi mengerikan Jungkook yang membawa tubuhku, layaknya sekarung beras.

Tangan kanan nya menumpu bibir meja sedangkan tangan kirinya menumpu belakang kursi ku, terlihat seperti sedang mengukung tubuhku secara tidak langsung. "Tatap aku." titah nya dingin, ku gelengkan kepalaku cepat.

Geram, Jungkook mulai meraih daguku ke samping tepat wajah tampannya berada yang membuat kedua manik kami bertemu. Ia hanya mengusap sebentar bibir cherryku, menatapnya lekat dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Sekali lagi ku dengar penolakan mu dan teriakan mu seperti tadi, maka aku takkan segan segan untuk menghabisinya, menggigit bahkan sampai berdarah pun tak masalah bagiku." ancaman yang cukup mengerikan.

Ia melepaskan jemari nya dari daguku, berjalan ke arah kulkas, membuka sekaligus mengambil beberapa jenis bahan makanan yang akan segera ia olah. Menoleh ke arahku sebentar dengan bibirnya yang mengetat, bisakah ia tidak memberi ku tatapan seperti itu? bisakah ia mengukir senyuman disana? sungguh menyebalkan, hanya marah dan marah saja.

Jemari kekar nya mulai mengupas dan memotong beberapa jenis sayuran disana, memperlihatkan beberapa garis tangan berwarna hijau yang berada di punggung tangan sampai pada lengannya, kuteguk ludahku susah payah saat ia mulai menaikan kaos lengan panjangnya sampai pada siku. Kedua tangannya mulai terangkat tepat di samping kedua telinganya, mengikat beberapa helaian surainya yang panjang, surai bagian belakang dan bagian dalamnya ia biarkan terurai, karena hanya bagian atas nya saja yang panjang.

Memberikan kesan sangat seksi, bahu nya yang lebar nan kekar, memakai kaos yang kebesaran namun tetap tercetak jelas beberapa percetakan otot di bagian bahu sampai pada dadanya. Belum lagi lengan besar nya itu, sangat keras namun nyaman jika ku gantungi kedua tanganku disana. Ah aku sungguh tidak bisa menyalahkan kenyataan mengenai dirinya yang cukup pantas di katakan sebagai pria sempurna, bahkan kurasa kelewat sempurna.

"Aghh hentikan—" teriaku refleks dengan kedua tangan menarik surai panjang ku, tentu hal itu membuat pandangan Jungkook seketika menatap ke arahku.

Ia mengerutkan dahinya tak mengerti. "Kau ini kenapa?" tanya nya menatapku, kulihat tangannya juga ikut terhenti dengan memegang gagangan pisau, kurasa ia juga ikut terkejut.

Aku menggeleng cepat dengan mengeluarkan senyum gugupku, malu sangat malu sekali.

"Wahh pasti kau sedang berpikiran kotor ya?" suara bariton itu seketika menyapa rungu ku yang membuat pandanganku perlahan menatap ke arah sumber suara.

𝐔𝐥𝐭𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫 [𝐌] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang