Moment 35

338 67 6
                                    

“Ibu, aku pergi! Bye!” pekik Eungi sambil berlari kecil menuju pintu keluar, sementara ia harus segera bergegas sebab enggan terlambat sampai di rumah Sowon Eonnie. Apalagi sampai membuat Beomgyu menunggu lama. Anak laki-laki itu pasti akan ngambek—walaupun sebenarnya sangat lucu ketika menggodanya. Benar-benar seperti bayi yang menggemaskan.

“Ya, hati-hati!” sahut Seo Jung dari dapur. Sedangkan Kim Seokjin masih berlayar di dalam mimpinya. Hari ini jatahnya libur bertugas. Sebenarnya Eungi bisa saja meminta kakaknya itu untuk mengatarnya, akan tetapi ia tidak berani membangunkan beruang yang sedang hibernasi.

Sesampainya di teras depan rumah, ia justru terkejut dengan sosok Taehyung yang sudah berdiri siaga menantinya. Dengan senyum lebar sambil melambaikan satu telapak tangan, pria itu pun menyapa, “Hai, selamat pagi! Sudah siap berangkat?”

“Kamu? Sejak kapan?”

“Baru saja aku akan mengetuk pintu rumahmu, tapi kamu sudah membukanya. Pas sekali.”

“O-oh, begitu.” Senyum kikuk Eungi tergambar jelas. “Tapi, seharusnya kamu tidak perlu melakukan ini.”

“Kenapa? Kamu bekerja untuk kakak dan keponakanku. Aku hanya melakukan apa yang perlu kulakukan agar kamu merasa nyaman bekerja bersama kami.”

“Hah ..., baiklha-baiklah. Lebih baik kita pergi sekarang.” Daripada banyak basa-basi, Eungi memutuskan untuk menerima saja dan datang ke apartemen Sowon dengan segera.

Namun, belum sempat mereka memasuki mobil Taehyung—yang terparkir di depan pekarangan rumah Eungi. Kedua mata gadis itu melihat Hoseok tengah mendorong kereta bayi Hyuka, berjalan ke arahnya. Tatapan mereka sempat bertemu dan mematung sejenak, saat laki-laki itu melihat Taehyung juga.

“Ah, Hoseokie.” Eungi juga melihat ada kantung keresek di genggaman tangan kanannya.

“Ya, kenapa bengong di situ, ayo masuk!” seru Taehyung yang sudah duduk di belakang kemudi.

Tiba-tiba Eungi jadi bingung, harus menemui Hoseok dulu atau terus saja masuk mobil dan pura-pura mengabaikannya. Sampai kemudian datang sebuah notifikasi di ponselnya, yang tidak lain dari Hoseok sendiri.

Masuklah.

Tidak membalas dan hanya menoleh pada laki-laki itu, dengan rasa tidak enak hati akhirnya Eungi mengikuti keinginan Hoseok. Bahkan ia benar-benar tidak berani menoleh—untuk melihat wajah kecewanya—ketika mobil Taehyung melewati mereka. Maaf, batin Eungi merasa menyesal.

“Kenapa tidak menyapa Hoseok? Apa kalian masih marahan?” tanya Taehyung kemudian, yang membuat Eungi mengernyitkan dahi.

“Kamu menyadari keberadaannya? Lalu kenapa tidak menyapanya?” Eungi malah balik bertanya, karena merasa kesal.

“Ya, aku hanya sedang menjaga perasaanmu. Aku takut kamu tidak suka, makanya aku pura-pura tidak tahu.”

“Aiss!” Tahu begitu, Eungi pasti akan melakukannya lebih dulu.

“Kenapa marah?”

“Ah, tidak. Jalan saja, dan perhatikan ke depan.”

***

Setelah sekolah selesai, Beomgyu mengajak Eungi untuk makan es krim di taman. Katanya, hari ini udaranya sangat panas, jadi anak kecil itu ingin makan sesuatu yang menyegarkan tenggorokan. Padahal gadis tersebut tahu alasan utamanya bukan itu. Selepas masuk rumah, maka akan sulit bagi Beomgyu dapat keluar rumah lagi. Alhasil, ia selalu membuat banyak cara agar bisa berada di luar apartemen sebanyak mungkin.

“Ah, es krimnya sangat enak,” ujar Beomgyu yang tanpa henti menjilat es krim rasa cokelat mint-nya itu.

“Padahal ibumu sudah menyediakan banyak sekali di kulkas.”

Hust, Bibi harus tutup mulut!” katanya lagi sambil meletakkan telunjuk dekat bibir. Anak ini memang ada saja kelakuannya. “Bilang pada ibu jika aku ada pelajaran tambahan di luar sekolah.”

“Jadi kamu menyuruh Bibi untuk berbohong?”

Satu sudut bibirnya mencuat naik. “Hm, seperti Bibi suci saja dan tidak pernah berbohong.” Eungi langsung tertohok mendengar pernyataan anak kecil itu.

“Ya, ya, ya, baiklah. Untuk yang terakhir.” Beomgyu hanya cengengesan. Eungi sudah yakin, anak itu tidak akan ada kapoknya.

“Sekarang cepat habiskan, lima menit lagi kita pulang.”

Aish, kenapa waktu cepat sekali,” keluhnya menurunkan kedua bahu. Wajahnya menekuk dengan bibir cemberut. “Padahal aku masih ingin menghirup udara segar di luar rumah.”

Melihat kondisinya, Eungi jadi merasa prihatin. “Sudah jangan sedih, ketika kamu libur nanti Bibi akan meminta izin pada ibumu untuk mengajakmu ke rumah Bibi. Kita akan bermain di sana, dan menghabiskan waktu di luar rumah.”

“Ah, serius?!” Sontak saja matanya langsung berbinar dan wajahnya begitu penuh harap. “Aigooo, itu pasti akan sangat menyenangkan.” Menyaksikan perubahaan ekspresi yang begitu drastis saja sudah membuat Eungi tersenyum senang. “Tapi, di rumah Bibi ada video game, kan?”

“Tentu, walaupun tidak sebagus punyamu.”

“Oh, bukan masalah. Yang penting aku bisa bermain game sepuasnya. Yeay!” teriaknya yang begitu bersemangat. Sampai Eungi tidak bisa lagi menahan rasa gemasnya, yang lantas mengacak puncak rambut Beomgyu dengan penuh sayang.

“O-oh, Eungi. Kamu di sini?” tanya seorang wanita yang tiba-tiba menghampiri mereka.

Eungi langsung menoleh dan menengadah, untuk melihat jelas wajah orang yang memanggil namanya itu. “Jeon Marrie?” []

Beautiful Moment [JH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang