Moment 45

146 29 8
                                    

Eungi tidak lantas membawa Hyuka ke kamar. Rasa penasarannya masih terlalu tinggi, sehingga ia dengan sengaja melipir ke arah jendela dan berdiri di sisi sana. Menyibakkan sedikit gorden agar bisa melihat jelas ke arah depan rumah, di mana Hoseok dan Marry masih terlihat berbicara.

Sebenarnya, apa yang ia lakukan juga percuma. Tidak terdengar apa pun di telinga. Eungi hanya ingin memastikan jika tidak terjadi sesuatu yang buruk terjadi. Misal tiba-tiba Marry memeluk Hoseok dan menciumnya. Oh, tidak. Jika itu terjadi, ia bisa saja memecahkan kaca di hadapannya.

Namun, ketakutannya jelas saja tidak menjadi kenyataan. Setelah mengatakan satu dua kalimat, Marry langsung berbalik dan melangkah kembali memasuki mobilnya. Entah apa yang wanita itu ucapkan. Rasanya-rasanya itu hal yang membuat Hoseok terganggu. Hingga pria itu tepat berada di tempatnya menunggu Marry pergi.

Karena tidak ingin ketahuan mengintip, Eungi buru-buru berjalan memasuki kamar Hyuka. Bayi itu tampaknya sudah sangat lelah, sehingga tidak terganggu oleh geraknya yang grasak-grusuk tersebut.

Ternyata, Hoseok tidak lantas menyusulnya ke kamar Hyuka. Eungi yang penasaran sedang apa pria itu di luar, kemudian memilih untuk menghampiri. Kedua matanya langsung tertuju ke arah meja makan, di mana Hoseok berada.

"Hoseok-ah, mau aku buatkan makanan?" tanya Eungi sekedar basa-basi. Siapa tahu saja laki-laki itu memang belum makan dan sedang kelaparan. Biasanya, energi yang habis terkuras akan membuat seseorang mudah lapar. Karena menghadapi Marry dan masa lalu juga merupakan sebuah tantangan besar.

Hoseok lantas menoleh ke arah Eungi. Menarik lengan gadis itu, yang menuntunnya untuk segera duduk tepat di kursi sebelah. Bahkan tanpa berkata-kata, ia langsung menyandarkan kepalanya ke pundak sang Kekasih.

"Apa begitu melelahkan?" tanya gadis itu lagi masih diliputi rasa penasaran. Walau bagaimanapun ia ingin tahu kondisi yang sesungguhnya, seakan tidak peduli jika Hoseok kali ini sepertinya sedang tidak ingin berkata apapun. "Aku buatkan minum, ya? Air hangat, atau susu?"

"Tidak, tetaplah di sini."

Hmm. Sepertinya Hoseok memang sangat-sangat lelah. Pun, Eungi tidak bertanya lagi dan memilih diam sampai perasaan lelaki itu lebih baik. Sementara malam sudah sangat larut. Sepertinya ia tidak bisa pulang dan meninggalkan Hoseok dalam keadaan seperti ini.

"Eungi-ya."

"Hm?" Akhirnya Hoseok bersuara juga, setelah kediaman mereka yang cukup lama.

"Jika suatu hari kamu mencintai laki-laki yang lebih baik, apa kamu akan meninggalkan aku?"

Kening Eungi mengernyit seketika. Menggeser sedikit bahunya, membuat Hoseok terpaksa menegakkan kepala. Menatap mata itu meminta penjelasan.

"Apa yang kamu katakan? Kamu lelaki terakhir yang ingin aku cintai."

"Tapi, Eungi-ya-"

"Jangan katakan apa-apa lagi. Sudahlah, aku tidak mau dengar." Jelas saja Eungi jadi kesal. Mengerucutkan bibi memandang lurus ke meja makan. "Sebenarnya kenapa kamu ini? Apa yang dikatakan Marry tadi?"

Akhirnya Eungi mencurahkan isi hatinya juga.

"Hubungan kita benar-benar terjebak. Aku ingin mempertahankan hubungan kita, tapi di sisi lain Marry ...."

"Apa lagi yang diinginkan wanita itu?" sela Eungi.

"Aku tidak paham lagi bagaimana cara membuat dia mengerti."

"Maka berhentilah menemuinya." Pandangan mereka lantas bertemu satu sama lain. "Sudahi sekarang juga dan tegaslah pada pilihanmu. Terserah apa yang ia inginkan, tidak usah pedulikan."

"Eungi-"

"Mungkin ini terkesan egois." Eungi tetap bicara, tidak membiarkan Hoseok memotongnya dulu. "Tapi inilah caranya. Itu pun jika kamu memang mencintaiku dan ingin mempertahankan hubungan kita. Namun, jika masih ada rasa kasihan untuk Marry di hatimu, maka kita akan tetap seperti ini. Seperti menjalani hubungan yang tanpa ujung."

Eungi sudah tidak tahan dan akhirnya berdiri dengan menggeser kursi agak keras. Bukan waktunya lagi Hoseok untuk mudah goyah. Walau bagaimanapun pria itu harus secepatnya menentukan pilihan, agar hubungan mereka tidak terdiam di satu titik terus.

"Aku pulang. Agar kamu bisa memikirkan semua perkataanku. Selamat malam."

Akan tetapi, belum sempat Eungi melangkah menjauh, ponsel Hoseok berdering. Karena penasaran siapa yang menelepon, gadis itu pun berhenti sejenak.

"Iya, halo-apa?!" Mendengar suaranya yang kaget, Eungi segera berbalik badan dan menghampiri.

"Ada apa? Siapa?"

"Marry," suaranya tertahan sejenak, "dia mengalami kecelakaan." []

Beautiful Moment [JH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang