Moment 54

38 5 0
                                    

Jimin masih terdiam dengan mulut terbuka, menatap kakaknya dan Eungi bergantian. "Calon kakak ipar?" gumamnya, seolah baru menyadari bahwa hubungan mereka lebih serius dari yang ia kira. Hoseok hanya menepuk punggungnya sambil tersenyum lebar, puas melihat adiknya terkejut.

"Sudah, jangan terlalu syok. Nanti ada waktunya kita bicara lebih banyak," ucap Hoseok setengah berbisik, sebelum berbalik ke arah ibunya yang masih asyik bermain dengan Hyuka.

Eungi yang berdiri di samping mereka, mencuri pandang ke arah Hoseok, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Bahagia karena Hoseok dengan tegas mengakui hubungan mereka di depan keluarga, namun juga gugup, terutama di hadapan Min Ah, ibu Hoseok, yang restunya sangat ia dambakan.

Min Ah memandang Eungi dengan senyum tipis yang lembut, namun sorot matanya tajam, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Eungi, kamu semakin cantik. Dan sepertinya Hyuka sangat menyukaimu. Anak itu biasanya sulit dekat dengan orang asing," katanya sambil membelai kepala cucunya dengan penuh kasih sayang.

Eungi tersenyum canggung, tapi berusaha tetap tenang. "Terima kasih, Bibi. Hyuka memang anak yang manis."

Min Ah tertawa kecil. "Tentu saja. Tapi bukan hanya soal Hyuka. Hoseok juga kelihatan bahagia di dekatmu." Suaranya tenang, tapi penuh makna. Eungi bisa merasakan betapa beratnya kata-kata itu baginya.

Sebelum Eungi sempat merespons, Jimin, yang sepertinya mulai pulih dari keterkejutannya, menepuk bahu Hoseok lagi. "Hyung, jadi… kapan aku akan punya kakak ipar secara resmi, huh? Apa ini sudah dalam rencana, atau hanya obrolan biasa?"

Hoseok tertawa kecil, tetapi sebelum dia bisa menjawab, suara Min Ah yang lembut namun tegas memotong percakapan. "Jimin, pernikahan bukan sesuatu yang bisa diputuskan hanya karena kita ingin. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan."

Keheningan tiba-tiba menyelimuti mereka. Kata-kata Min Ah terasa berat, dan Eungi bisa merasakan kegelisahan mulai menyelinap ke dalam hatinya. Hoseok, yang menyadari perubahan suasana, segera berusaha mencairkan suasana dengan menggenggam tangan Eungi erat.

"Ibu," Hoseok mulai bicara dengan nada tenang, "aku tahu pernikahan itu bukan hal yang bisa dianggap enteng. Tapi aku juga sudah memikirkan ini dengan matang. Eungi adalah orang yang membuatku bahagia, dan aku ingin kita semua bahagia sebagai keluarga."

Min Ah menatap putranya sejenak, seolah sedang menimbang kata-katanya. Lalu, dia menghela napas panjang dan tersenyum kecil, meskipun masih ada sedikit keraguan di balik senyum itu. "Hoseok, sebagai ibu, tentu aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Kalau kau yakin, kita bisa bicara lebih jauh. Tapi ingat, ada hal-hal yang perlu didiskusikan dengan baik, terutama soal masa depan kalian berdua."

Eungi merasa lega, meskipun ia tahu ini belum sepenuhnya restu. Namun, ini adalah awal yang baik. Senyum hangat Hoseok di sampingnya menambah rasa nyaman yang mulai kembali mengisi hatinya.

Jimin, yang tampaknya tidak terlalu memahami suasana tegang itu, malah berseru ceria, "Wah, kalau begitu aku bakal punya kakak ipar beneran! Aku harus siap-siap untuk pesta besar nih!"

Semua orang tertawa mendengar tingkah Jimin yang selalu berhasil mencairkan suasana. Bahkan Min Ah pun tak bisa menahan diri untuk tersenyum lebih lebar.

Hoseok, yang masih menggenggam tangan Eungi, berbisik pelan di telinganya, "Lihat? Semua akan baik-baik saja. Aku janji."

Eungi tersenyum dan menatap Hoseok dengan penuh keyakinan. Dalam hatinya, meskipun jalan mereka mungkin tak selalu mudah, selama mereka bersama, dia merasa mereka bisa menghadapinya.

Beautiful Moment [JH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang