Moment 25

339 84 26
                                    

“Pokoknya Ibu tidak mau tahu, salah satu di antara mereka harus ada yang menjadi menantu Ibu,” tegas Seo Jung seolah memberi keputusan terakhir yang tidak bisa diganggu gugat lagi. Eungi yang mendengarkan ibunya terus saja memberi peringatan, semakin merasa jengkel. Ditambah lagi piring-piring kotor yang sedang dicucinya tersebut belum selesai juga. Kalau tidak, mungkin saat ini dia sudah kabur dan menjauh dari rumah sekedar menghirup udara segar. “Apa coba kurangnya mereka? Kenapa kamu harus jual mahal? Apalagi pemuda bernama Taehyung itu, sudah tampan, mapan, dan sangat mencintai kamu. Tapi ... Jungkook juga tidak bisa dianggap sebelah mata, dia cucu dari keluarga konglomerat, sudah pasti hidupmu akan terjamin setelahnya.”

Beberapa kali Eungi harus menarik dan mengembuskan napas lelah, berusaha mengabaikan semua ocehan Seo Jung yang tanpa henti tersebut, membuat telinga, pikiran, dan hatinya terasa terbakar.

“Dengarkan Ibu Eungi. Pilihlah seseorang yang mencintaimu, bukan yang kamu cintai maka hidupmu akan bahagia.” Seketika, petuah yang disampaikan ibunya itu membuat kegiatan dan pikirannya berhenti sejenak. Kenapa perkataan tersebut terasa begitu pas ke hatinya? Memang benar, mengejar seseorang yang tidak memiliki perasaan yang sama itu sangat melelahkan. Berarti hal tersebut juga berlaku untuk Taehyung dan Jungkook. Masalahnya, Eungi benar-benar belum bisa membuka diri untuk mereka. “Cinta itu datangnya tiba-tiba, tidak terduga. Seiring waktu bersama, siapa tahu kamu akan mencintai salah satu di antara mereka. Jadi cepat pikirkan, jangan sampai menyesal.”

Belum sempat menyahut, tiba-tiba bel pintu rumah ada yang membunyikan—pertanda seorang tamu datang berkunjung. Seo Jung yang semangat langsung berseru, “Itu pasti Taehyung! Biar Ibu yang bukakan.”

“Hah?” Eungi bergumam sendiri, mempertanyakan kebingungannya. “Ibu!” Penasaran, gadis itu pun buru-buru mencuci tangannya yang berbusa dan segera berhambur menyusul Seo Jung.

Akan tetapi, langkahnya segera melambat saat kedua netranya bertatapan langsung dengan mata Hoseok. Pria itu datang sambil menggendong Hyuka—yang wajahnya langsung berbinar setelah melihatnya.

Bi-bu, bi-bu!” serunya sambil merentangkan satu tangan menunjuk Eungi, seakan meminta untuk segera menggendongnya.

Eungi yang tahu maksudnya pun sigap meraih Hyuka dan merengkuhnya dalam pelukan. Gadis itu sempat melihat dan mengabaikan tatapan ibunya yang terlihat tidak suka—mendelikkan bola mata, memalingkan muka.

“Maaf, tapi Hyuka terus memanggilmu,” kata Hoseok memberi penjelasan. Sebenarnya ia pun merasa tidak enak hati pada Bibi Seo Jung. Sampai saat ini sikapnya masih saja sama.

Hi! Kau sudah sembuh sekarang?” Eungi langsung memusatkan perhatiannya pada bayi menggemaskan tersebut, sambil menyentuh kening dan membelai puncak rambutnya. “Jangan sakit lagi dan membuat Bibu khawatir, ya?”

Seo Jung tampak jelak, menukikkan satu sudut bibirnya kemudian berkata sangat ketus, “Bukankah sekarang kita sedang menunggu tamu dari jauh?” Matanya langsung melirik sinis pada Hoseok. “Jadi jangan terlalu lama.”

Eungi sontak mengembuskan napas berat. Lelah karena terus mendengar hal yang sama, sehingga tidak menyahut apa pun saat ibunya itu memilih untuk masuk meninggalkan mereka. Sementara Hoseok sadar betul maksud dari perkataan Seo Jung.

“Maaf karena kedatangan kami mengganggu.”

“Sudahlah, jangan terlalu memedulikan perkataan Ibu,” tandas Eungi berusaha menyenangkan hatinya sendiri. “Kamu bisa membawaku pergi dari sini, kan?” tanyanya lagi dengan penuh harap.

“Apa yang kamu katakan? Aku bisa dipenggal hidup-hidup oleh ibumu nanti.”

Eungi sampai meringis karena Hoseok sama sekali tidak mau berkompromi. “Jangan jadi pecundang, masa dengan ibuku saja kamu takut.”

“Bukan begitu, Eungi. Dia ibumu, aku juga harus menghormatinya.”

Ish, apa pun alasannya. Ayok, kita pergi.” Tidak mau ambil pusing, Eungi segera melangkah keluar dan menutup pintunya. Pun, ia berjalan lebih dulu sedangkan Hoseok masih terpaku di tempat dengan perasaan bimbang. “Ya, Hoseok-ah! Tunggu apa lagi? Aku hanya ingin berjalan-jalan, apa salahnya?! Ibuku tidak akan marah, tenang saja. Aku akan menanganinya!”

Keras kepala, Hoseok akhirnya tidak bisa mengelak lagi dan mengikuti kemauan Eungi.

“Tidak bisakah lebih peka sedikit? Aku bosan terus berada di rumah sementara ibu terus saja mengoceh hal yang sama,” ucap Eungi saat langkah kaki mereka beriringan menuju taman terdekat dari pemukiman tempat mereka tinggal. “Taehyung, Jungkook. Taehyung, Jungkook. Kenapa tidak ibu saja yang menikah dengan mereka?”

Hoseok tersenyum tipis mendengarkan keluhan Eungi, menelusupkan kedua telapak tangannya dalam saku celana kuning gading yang ia gunakan hari ini. Berusaha setenang mungkin.

“Bukankah benar apa yang diharapkan ibumu? Mereka pria yang tampan, punya kekayaan, masa depan yang cerah, hidupmu sudah pasti akan baik-baik saja jika bersama mereka. Lalu kenapa harus banyak alasan untuk menolaknya?”

“Apanya yang baik-baik saja?!” Mendadak Eungi meningkatkan nada bicaranya, membuat Hyuka yang ada di gendongannya pun terperanjat dan langsung menatapnya, seakan bingung. “Kamu benar-benar tidak mengerti apa mauku?”

Hoseok balas menatap Eungi, yang saat ini tampak mengerutkan dahi, mengulum bibir seakan menahan semua kemarahannya untuk keluar.

“Memang apa kemauanmu?”

“Hah ....” Entah untuk keberapa kali dalam hari ini, Eungi terus membuang napas berat. “Sudah, lupakan saja. Kamu dan ibuku sama saja.”

Terlanjur pasrah, Eungi kembali melanjutkan langkah. Sepertinya tidak akan ada guna membahas hal barusan lebih panjang lagi. Namun, tiba-tiba Hoseok yang masih tertinggal di belakang bersuara, “Eungi-ya! Apa kamu mencintai laki-laki lain?”

Pertanyaan Hoseok sontak saja membuat Eungi berhenti melangkah. Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat padahal tidak ada alasan kuat untuknya bertindak begitu. Kenapa seolah Hoseok telah menunjuk dirinya sendiri untuk Eungi, sedangkan gadis itu jadi gugup. Belum berterus terang saja, semua perasaan di dalam dirinya sulit terkendali. Apalagi kalau sampai Hoseok benar-benar tahu tentang cintanya? Eungi, mungkin dirimu sudah menjadi bubur saat itu. []



Eungi pasti ambyar bgt kalau Hoseok sampai bilang cinta. Haha.
Makasih, ya, udah baca! Sayang kalian pembaca setia!

Beautiful Moment [JH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang