“Apa aku perlu menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan disiapkan untuk menjaga Hyuka?” pertanyaan itu meluncur tanpa ragu dari mulut Hoseok, seakan memecah kediaman di antara mereka—sejak Jungkook datang—selain mengucapkan ‘Hari ini aku yang menjaga Hyuka.’ Laki-laki itu pun tidak lantas bertanya. Wajah Jungkook agak kecut, jadi dibiarkan saja dia masuk ke kamar Hyuka.
Pemuda bermata bulat besar yang baru saja keluar sambil menggendong bayi menggemaskan itu bersikap acuh tak acuh. Melenggang bebas menuju meja makan dan duduk di sana. Mengambil satu buah pisang, yang ia makan bergantian dengan Hyuka.
“Baiklah, aku yakin kamu bisa menjaganya dengan baik. Kalau begitu aku pergi.”
Sedangkan Jungkook masih diam. Ujung matanya memerhatikan bagaimana Hoseok berjalan menuju dekat pintu dan duduk di sana untuk memakai sepatu. Mendadak bayangan tentang tatapan pria itu yang selalu menyimpan arti dalam untuk Eungi, melayang-layang dalam ingatannya dan itu membuatnya terbakar api cemburu. Pemuda tersebut sadar, ia tidak bisa diam lagi dan bersikap seperti pecundang.
Sehingga dengan langkah yang mantap, setelah meletakkan Hyuka di matras dekat televisi, ia pun mendekati Hoseok—berdiri selangkah tepat di belakangnya.
“Sebenarnya aku ingin tahu sesuatu.”
Hoseok yang agak terkejut karena suaranya terasa lebih dekat, langsung berdiri dan berbalik menghadap Jungkook.
“Oh, ya, apa itu?” Sebagai seorang yang lebih tua, Hoseok berusaha bersikap lebih tenang, sementara pemuda di hadapannya sudah memasang tatapan tajam—seakan menuntut penjelasan.
“Selaku orang yang mencintai Eungi dan sedang berjuang mendapatkan cintanya, aku ingin tahu siapa orang yang juga sama dalam posisiku saat ini.” Tidak main-main, bahkan sekarang Jungkook benar-benar dalam mode serius. “Aku tidak sedang berkhayal atau mengatakan hal yang konyol hingga terdengar omong kosong. Setiap kali aku melihatmu dengan Eungi, aku bisa merasakan sesuatu yang berbeda. Apa kamu—”
“Menyukai Eungi?” Tanpa terduga, Hoseok langsung menyambung perkataan Jungkook yang penuh penekanan tersebut. Namun, mendengar kata menyukai Eungi dari mulut orang lain saja sudah membuat pemuda itu merasa muak.
“Ya, kamu tahu bukan noona ku sangat mencintaimu dan berharap kalian bisa bersama lagi? Jadi bersikaplah yang tegas, karena jika kamu sampai melukai kedua wanita yang aku sayangi, aku tidak akan tinggal diam untuk—”
“Saat ini aku tidak sedang ingin menjalin hubungan dengan siapa pun.”
“Apa?!” Tentu saja Jungkook marah, ia merasa laki-laki di hadapannya itu telah memberikan harapan palsu untuk kakaknya. Masih tidak mengerti, ia pun kembali bertanya, “Lalu selama ini, kenapa kamu bersikap baik pada noona ku, hah?”
Mendadak Hoseok bingung harus menjelaskannya dari mana agar Jungkook mengerti.
“Kamu berniat untuk mematahkan hati noona ku lagi, kan?” Jungkook yang sudah habis kesabaran lantas menerkam kerah kemeja Hoseok dan menatap nyalang padanya. “Kalau begitu kenapa tidak kamu tolak sejak awal? Kamu hanya akan membuat lubang yang sama dan membuatnya terkubur dalam kesakitan lagi. Tidakkah kamu tahu bagaimana aku berusaha untuk membuatnya sembuh dari penderitaan, kamu—” Hendak memukul wajah Hoseok dengan kepalan tangannya, ia urungkan saat melihat bayangan wajah Marrie yang begitu berseri setiap kali menceritakan Hoseok dan Hyuka. Rasa itu yang membuat Jungkook lantas melepaskan cengkeraman dan menurunkan kepalannya. Membalikkan badan seraya mengatur napas, untuk sedikit saja membuang amarahnya.
“Dengar,” Hoseok yang tadi diam—membiarkan Jungkook melampiaskan rasa marahnya—kemudian menjelaskan, “Aku hanya tidak ingin merebut haknya sebagai ibunya Hyuka. Aku juga ingin memberinya kesempatan untuk merawat putranya, tanpa aku sadari jika masih ada cinta untukku. Aku masih menghormatinya dan menyayanginya, tapi untuk kembali, aku benar-benar ....”
“Apa kamu menyukai gadis lain?” Sejurus pertanyaan itu langsung membuat Hoseok terpaku menatap lurus ke mata Jungkook. “Apa gadis itu adalah Eungi?”
***
Hoseok benar-benar tidak bisa berkonsentrasi sedikitpun. Pekerjaannya yang menumpuk semakin bertambah saja, sementara ia butuh menghirup udara segar untuk menengkan pikiran. Memilih makan siang di kantin kantor, bukan pilihan. Sehingga pria itu memutuskan untuk membeli sekaleng minuman dingin, dan duduk di sana.
“Bagaimana bisa Jungkook seegois itu?” ucapnya merasa frustrasi. “Tapi, jika benar apa yang sudah terjadi pada Marrie—ahk, kenapa begitu menyulitkan. Tidak bisakah aku hidup tanpa cinta saja?”
Minuman dingin itu habis dalam satu teguk. Dengan kesal ia meremas dan melemparnya ke tong sampah. Di waktu yang sama datang suara notifikasi di ponselnya. Agak malas, Hoseok lantas memeriksa dan sedikit terpegun saat melihat nama Kim Eungi terpampang di layar.
Apa kita bisa bertemu hari ini?
Kalimat yang tertera dalam pesan tersebut untuk sekejap membuat Hoseok terdiam—mencerna maksud dari datangnya chat itu lebih intensif.
Ada apa, kenapa tiba-tiba? Jelas Hoseok bertanya-tanya, sebab setelah Eungi memutuskan untuk tidak lagi bekerja dengannya, hampir tidak pernah ada satu saja pesan datang darinya. Gadis itu seperti hantu yang tiba-tiba menghilang—dari semua media sosial. Meskipun sebenarnya, Eungi bukan tipe orang yang suka membagikan privasinya dalam sebuah status belaka, dan menjadi konsumsi publik.
Ya, tentu. Di mana?
Tanpa harus menunggu lama, Eungi langsung membalasnya.
Di taman dekat kompleks rumah kita.
Malam ini.Hmm. Baik.
Walaupun ada segelitik rasa bahagia, setelah begitu lama, akhirnya bisa bertatap muka, tapi dirinya tidak bisa menyangkal akan rasa penasaran. Alasan dibalik pesan Eungi barusan. “Apa ada yang serius?” []
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Moment [JH]
Fanfic[UPDATE, SELASA DAN RABU] Setelah kisah cinta pertamanya berakhir, Jung Hoseok tidak lagi ceria. Ia banyak menutup diri terutama tentang masa lalunya. Sementara, layaknya perempuan kebanyakan, Kim Eungi berkeinginan memiliki kehidupan yang indah sec...