Moment 24

331 74 13
                                    

Disalah satu koridor menuju ruang operasi, dokter wanita yang cantik dengan rambutnya yang dibiarkan terurai itu sedikit berlari dengan langkah tergesa-gesa. Karena terlalu mengkhawatirkan putranya, dan terus menjaganya sejak semalam, Marrie jadi melupakan jadwal bedahnya hari ini. Bukan semata karena kewajibannya sebagai dokter, tapi memastikan keselamatan dan penanganan pasien merupakan hal paling utama. Namun, ia malah dengan sengaja menon-aktifkan ponselnya agar tidak ada yang mengganggu kebersamaannya dengan Hyuka. Marrie benar-benar tidak berniat melupakan tugasnya.

Semoga tidak ada masalah, cetusnya dalam hati.

Ternyata harapannya tidak berjalan semestinya, ketika tepat di depan pintu ruang operasi, Marrie berpapasan dengan sang pemilik rumah sakit. Di belakangnya berdiri seorang Jeon Jungkook—dengan wajah tegang, berharap kakaknya itu tidak melakukan kesalahan. Diikuti dua ajudan.

“Ka-kakek?” ucap Marrie dengan terbata-bata. Seakan mimpi buruk karena dalam keadaan seperti ini, Tuan Jeon harus berada di hadapannya—dengan pandangan menuntut banyak penjelasan. Titik api itu berpusat ke matanya, sampai-sampai Marrie tidak sanggup untuk balas menatap.

“Kenapa baru datang, dan dari mana saja semalam?” Pertanyaan itu meluncur dengan lugas, tanpa belas.

Tentu saja kakeknya itu tidak akan membuang-buang waktu dengan bertanya hal yang tidak penting. Langsung ke inti dan itu selalu sukses membuat Marrie kelabakan. Sementara sebelum otaknya mampu berpikir merancang sebuah alasan, kedua irisnya sempat melirik Jungkook, berharap ada setitik terang yang bisa membuatnya lebih tenang—setidaknya untuk menjawab.

Handphone kamu juga tidak aktif, apa kamu sengaja menghindari Kakek?”

“Tidak, Kek. Mana mungkin.” Marrie sigap menyela.

“Lalu?”

“Sebenarnya semalam aku menghadiri pesta ulang tahun teman, tapi karena terlalu mabuk akhirnya aku ketiduran di rumahnya.” Sambil menunduk menunjukkan rasa penyesalan, Marrie menjelaskan kronologi ceritanya sendiri. Berharap jika kesaksian Jungkook, tepat dengan dalih yang ia buat. Meskipun dalam hati takut juga, tapi wanita itu berusaha untuk terlihat meyakinkan.

Tuan Jeon lantas menoleh pada Jungkook. Hal yang membuat Marrie curiga karena pemuda itu menyunggingkan senyuman tipis—lebih dipaksakan, seakan menutupi sesuatu yang keliru dan telah terjadi.

“Kakek, aku tidak bohong. Sungguh!” Cepat saja Marrie menginterupsi tingkah laku kakek dan adiknya itu, yang penuh tanda tanya sambil menunjukkan dua jari pertanda keseriusan.

“Baiklah, tapi lain kali jangan melakukan itu lagi, mengerti?” Marrie refleks mengangguk. “Segera kembali ke ruanganmu dan laksanakan tugas. Kamu baru saja mendapatkan peringatan pertama, jadi berhati-hati lah karena di sini kamu masih dalam tahap percobaan.”

Marrie meringis, memejamkan kedua matanya sekilas merasa kesal. Padahal ia sudah bertekad pada diri sendiri untuk patuh dan menjalankan tugasnya sebagai dokter dengan baik, demi meyakinkan sang Kakek jika dirinya pantas menjadi seorang pemimpin dan yang terpenting, tidak membuat dirinya kembali pergi dari Korea.

Sementara Tuan Jeon melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Marrie dengan Jungkook, ia pun memberi titah pada salah satu ajudannya. “Mulai hari ini, awasi Marrie.”

“Baik, Tuan.”

Di sisi lain, Marrie langsung melangkah lebih dekat pada Jungkook. “Ya, apa yang aku lakukan benar?”

Jungkook yang tidak mau membuat kakaknya merasa gelisah, akhirnya mengangguk mengiyakan.

Akh, syukurlah!” ucapnya seraya mengelus dada merasa lega. “Lihatkan!” lanjutnya menepuk pundak Jungkook. “Ternyata ikatan batin kita benar-benar kuat.” Tanpa ragu Marrie langsung memeluk adiknya itu.

Saat itulah, pintu ruang operasi terbuka. Memperlihatkan dokter Seokjin—yang masih menggunakan baju bedahnya, terpaku melihat pemandangan di depan mata tersebut.

“Jungkook, kamu—”

Mendengar suara itu, kedua kakak beradik tersebut buru-buru melepaskan pelukan. Marrie diam-diam merasa bingung, sambil mengalihkan pandangan dari Seokjin dan Jungkook secara bergantian.

“Kalian saling mengenal?”

Wah, apa dokter Marrie kekasihmu?”

“Apa?! Tidak-tidak!” Dengan kedua tangan menyilang dua kali, Jungkook mengelak.

“Mana mungkin, dia adikku.”

“Oh—hah?” Seokjin tentu saja terkejut, membuat matanya membulat dan mulutnya terbuka.

“Iya, dokter. Jungkook ini adikku.”

“Kamu ... tidak memberitahuku jika cucu dari seorang konglomerat?”

Hyung, ayolah. Tidak ada bedanya dengan konglomerat atau rakyat biasa, aku tetap manusia,” protes Jungkook merasa risi.

Yeah, tapi ....”

“Jangan berubah,” sambung pemuda itu memotong. “Tetap perlakukan aku seperti biasanya.”

“Tunggu-tunggu! Jadi kalian sudah dekat?” Marrie semakin dibuat bingung.

“Hm, begitulah.”

“Dokter Seokjin ini kakaknya Eungi, Noona.

What?”

Marrie dibuat tidak habis pikir, kenapa dunia begitu sempit dan orang-orang di sekitarnya ternyata saling berhubungan. Kebetulan macam apa ini?

Lantas Seokjin dengan senyuman manisnya lebih meyakinkannya lalu berkata, “Sebenarnya hari ini saya tidak memiliki jadwal operasi atau praktik, tapi karena tiba-tiba pihak rumah sakit menelepon akhirnya saya harus datang. Dokter Marrie bisa tenang sekarang, pasiennya sudah saya tangani dengan baik.”

“O-oh.” Marrie mendadak jadi canggung, ia merasa malu dan tidak enak hati pada Seokjin. “Terima kasih dan maaf karena saya merepotkan dokter.”

“Tidak masalah, itu sudah biasa terjadi.”

“Tapi saya tidak bisa diam saja, untuk itu nanti malam saya akan mentraktir dokter makan dan minum sepuasnya. Tolong jangan menolak.”

“Oh?” Seokjin sampai berdecak agak kagum. “Ba-baiklah. Anda membuat saya merasa tidak enak hati.”

“Ini tidak sebanding dengan bantuanmu, dokter.” Tatapan mata Marrie kemudian beralih pada pemuda di sebelah Seokjin. “Kamu juga ikut.”

“Aku?” tunjuk Jungkook pada dirinya sendiri.

“Tentu saja. Oh, ya. Kita juga butuh dua orang lagi untuk bergabung.” Sementara kening Jungkook dan Seokjin mengernyit, Marrie tersenyum seakan mengisyaratkan sesuatu yang sedang direncanaka. []

Kalian pasti udah bisa tebak, siapa dua org yg Marrie maksud. Iya kan? Wkwk

Beautiful Moment [JH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang