Moment 21

403 86 18
                                    

Mana ada yang mau menolak, jika ada lelaki tampan, punya kekayaan, dan berpendidikan, menawarkan hidup layak penuh kesempurnaan? Hanya wanita bodoh yang tidak tergiur, sementara masa depan yang gemilang sudah terdampar di depan mata. Kim Seo Jung jelas tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Hidup putrinya pasti akan terjamin.

“Ibu benar-benar senang karena akhirnya putri Ibu laku juga,” celetuk wanita tersebut dengan senyum mengembang. Sementara sikunya menyenggol Eungi—yang terlihat sudah sangat bosan. Berbanding terbalik dengan ibunya itu yang masih begitu semangat, bagaimana tidak? Kedua laki-laki tersebut terus saja berlomba menyenangkan hatinya. “Mana keduanya bibit unggul.”

“Bibi Seo Jung, apa ada sesuatu yang dibutuhkan lagi?” tanya Taehyung, setelah uangnya terkuras tidak sampai setengahnya untuk membelikan satu setel pakaian dan sepatu yang harganya lumayan mahal.

“Kalau Bibi butuh apa pun itu, jangan sungkan untuk bilang padaku.” Jungkook yang hari ini membelikan Seo Jung tas bermerek menyela tidak ingin kalah.

“Tidak!” sentak Eungi mengagetkan mereka. Namun, ia tidak peduli dengan kedua lelaki itu lantas menarik ibunya agar ikut dengannya. “Ibu, ayok kita pulang! Sudah selesai belanjanya.”

Keinginan Seo Jung tentu saja bertolak belakang dengan putrinya itu yang enggan pergi. “Lho, tapi—”

“Ibu.” Eungi sampai harus membulatkan kedua matanya untuk menggertak wanita tersebut, supaya tidak melakukan hal yang bisa saja membuatnya malu dan sangat merepotkan.

“Ya, Eungi-ya.” Taehyung yang menyadari jika peluang tersebut terbuka lebar langsung menyahut. “Jika ibumu masih ingin di sini, biarkan saja. Aku akan mengajaknya berbelanja dan pergi makan di tempat yang enak setelah ini, jadi jangan khawatir.”

“Diamlah!” Tatapan nyalangnya langsung berpusat pada pria berhidung bangir tersebut. “Aku atau ibuku tidak perlu semua itu, apalagi darimu.”

“Kalau dariku?” Jungkook yang benar-benar tidak mengerti suasananya, malah memperkeruh keadaan.

“Ya, sama saja.”

“Sayang...,” panggil Seo Jung agak melembut, barang kali dengan nada seperti itu putrinya mau mengetri dan hatinya bisa melebur dalam sekejap. “Jangan terlalu keras kepala,” lanjutnya dengan nada yang lebih kecil seperti berbisik. “Kesempatan itu tidak datang dua kali, kamu beruntung karena diperebutkan oleh dua pria tampan sekaligus mapan seperti mereka.”

Jika keadaannya sedang berada di rumah, wanita itu jelas tidak akan segan untuk memukul kepala putrinya yang seperti batu itu. Namun, bagaimanapun ia harus jaga image. Barang kali—jika benar-benar keberuntungan datang kepadanya—di antara dua lelaki itu ada yang menjadi menantunya.

Eungi menggeram. Seharusnya ia mengerti jika percuma saja mengatakan itu kepada ibunya, meskipun sampai berbusa beliau tidak akan mengerti perasaannya. Baginya, putrinya sudah laku dan sebentar lagi akan memiliki pasangan adalah hal utama. Sampai kemudian suara panggilan dari handphone Eungi membuyarkan interaksi mereka. Tanpa peduli, gadis itu buru-buru menjawab telepon yang datangnya dari Hoseok.

“Ya, ada apa?”

“Eungi, ya. Aku butuh bantuanmu,” Di seberang sana pria itu langsung menjawab dengan tergesa-gesa. Samar-samar Eungi mendengar suara Hyuka yang menangis lalu terbatuk. Menyadari semua itu, ia jelas langsung panik.

“Kenapa, ada apa dengan Hyuka?”

Ekspresi ibunya langsung berubah masam kala tahu jika putrinya sedang berbicara dengan Hoseok.

“Sejak semalam suhu tubuhnya sangat tinggi, sepertinya ia demam dan terus batuk. Aku sudah memberinya obat, tapi demamnya belum juga reda bahkan pagi ini ia juga mimisan.”

Beautiful Moment [JH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang