“Jadi bagaimana, kamu sudah bicara dengan Hoseok, kan? Lalu apa yang dia katakan?” Beruntun pertanyaan yang keluar dari mulut Marrie. Dia benar-benar tidak sabar menunggu kabar baiknya. Sedangkan di sisi lain, Eungi sedang berusaha mencari jawaban yang setidaknya tidak membuat wanita itu sakit hati.
“Marrie-ssi, sebenarnya—”
“Kenapa, ada apa?” Marrie memotong dengan tidak sabar. Sampai kedua tangannya bertumpu pada tangan Eungi yang saling menggenggam di pangkuan. “Apa Hoseok mengatakan sesuatu yang menyakitkan, begitu?
Ekspresi wajahnya langsung sendu. Melepaskan tangannya dan menunduk merasakan kepedihan. “Apa benar-benar tidak ada kesempatan lagi untuk kami bersama? Kenapa dunia begitu tidak adil padaku.” Sepersekian detik kemudian Marrie menangis. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, sampai pundaknya naik turun diimbangi suara yang lumayan histeris.
Beomgyu saja yang duduk di sebelah Eungi sejak tadi—hanya mendengarkan dan menyaksikan, jadi bertanya-tanya sambil menarik sedikit ujung baju lengan gadis itu. Seakan bertanya: dia kenapa?
“Ya, Marrie-ssi, tenangkan dirimu. Jangan menangis di sini, kumohon!”
“Bagaimana aku bisa tenang,” kelak Marrie, malah menambahkan intensitas tangisannya. “Orang yang sangat aku cintai, tidak mau menerimaku lagi. Itu lebih menyakitkan daripada berada di ujung kematian. Kamu tidak pernah merasakan, kan?!” pekiknya dengan sekitar iris mata yang memerah. “Bagaimana aku hampir mati karena berada jauh dengan Hoseok?”
Mendengar perkataan itu Eungi jadi tergemap. Bingung harus mengambil sikap—untuk tetap mempertahankan perasaannya atau kembali mengorbankan. Namun, jika benar dilihat-lihat, wanita di hadapannya itu sangat rapuh. Lebih rapuh dari dirinya.
“Maaf.” Akhirnya Eungi kembali bersuara. “Aku tidak bisa ikut campur atau berada dalam masalah kalian. Jadi sebaiknya, kamu tanyakan langsung saja pada Hoseok.” Putusnya yang seakan pasrah dengan keadaan. Mungkin benar, Marrie jauh lebih membutuhkan sosok Hoseok di dekatnya. “Aku tidak bisa membantumu lagi, permisi.”
Dengan tanpa menoleh lagi, atau membiarkan Marrie melanjutkan percakapan, Eungi segera menggenggam tangan kecil Beomgyu dan menariknya untuk pergi. Hatinya saat ini terasa teriris, bimbang, gelisah. Harus menyerah atau tetap bertahan.
“Bibi, jangan menangis!” ujar Beomgyu yang melihat setetes air mata keluar dari sudut mata Eungi—yang buru-buru menyekanya.
“Tidak, Bibi tidak menangis.”
***
Kim Eungi berjalan lesu di jalanan menanjak menuju rumahnya. Saat itu sudah jam tujuh malam. Sebenarnya ia bisa pulang lebih awal, tapi gadis tersebut merasa malas sekali untuk melangkahkan kaki—atau bertemu Hoseok dan membicarakan tentang Marrie. Semuanya begitu rumit sekarang. Jika ingin egois, Eungi sama sekali tidak ingin memberikan cintanya untuk orang lain.
Sampai tiba-tiba ada seseorang yang menggetik leher bagian belakang, hingga membuatnya terperanjat dan langsung menoleh drngan cepat.
“Kamu?” tukasnya agak kesal, tapi merasa lega juga. Sehingga refleks ia memukul lengan pria itu untuk sedikit melampiaskan kejengkelannya.
Sementara lelaki itu malah cengengesan, seakan tanpa berdosa. Ia tidak tahu jika suasana hati Eungi sedang buruk. Namun, melihat peringai yang ditunjukan—seolah kemudian tidak senang melihatnya ada di sana—pun ia dengan tulus dan penuh kasih sayangnya mengelus puncak kepala Eungi, untuk menarik perhatian.
“Ada apa?” Untuk beberapa detik Eungi hanya terdiam. “Apa ada masalah?”
“Aku ....”
“Karena sekarang kita adalah pasangan, jadi belajarlah untuk mengungkapkan semua perasaan yang kamu rasakan,” tutur Hoseok berusaha memberi pencerahan. “Jika satu sama lain menemui masalah, jangan ragu untuk mengatakannya. Kita bisa membicarakan semuanya secara dewasa.”
Sepertinya kata-kata Hoseok masih belum tercerna dengan baik di pikiran Eungi, sehingga dengan tiba-tiba ia berkata, “Eung, Hoseok-ah, apa sebaiknya kita sudahi saja hubungan ini?” []
Maaf, ya baru bisa update lagi.
Semoga kalian suka yang sedikit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Moment [JH]
Fanfiction[UPDATE, SELASA DAN RABU] Setelah kisah cinta pertamanya berakhir, Jung Hoseok tidak lagi ceria. Ia banyak menutup diri terutama tentang masa lalunya. Sementara, layaknya perempuan kebanyakan, Kim Eungi berkeinginan memiliki kehidupan yang indah sec...