1. Meet

30K 2.5K 688
                                    

HAPPY READING

"Kapan nikah?" Lagi dan lagi, sang Mama menanyakan hal itu. Seolah olah menikah adalah perkara yang mudah. Menikah bukan hanya sekedar mengucapkan kata sah, semua orang juga bisa melafalkan kata tersebut dengan mudah. Ini perihal menentukan takdir seumur hidup, kita harus mengumpulkan niat terlebih dahulu untuk ibadah.

Sejauh ini, Leo sudah ada niatan menikah pastinya. Tapi...calon nya mana? Terakhir Leo berpacaran saat SMA, setelah lulus hubungannya kandas dikarenakan mantannya tidak suka jika Leo melanjutkan pendidikan ke sekolah penerbangan dan cita citanya yang ingin menjadi pilot. Mantan Leo bilang, dia tidak mau punya pasangan pilot sebab akan ditinggal terus, belum lagi segala resiko menjadi pilot salah satunya bertaruhan dengan nyawa.

Leo menghela napas jengah. "Nanti,"

"Itu lagi-itu lagi jawaban kamu. Umur kamu udah sangat matang loh Le, 26 tahun. Tinggal pilih cewek aja susah amat, kamunya juga udah mapan. Kalo sampai di umur 27 tahun kamu belum nikah, siap siap aja bakal Mama jodohin." Tegas wanita paruh baya yang bernama Rini.

Leo menentang ucapan Rini dengan nada rendah. "Gak bisa gitu dong, Ma. Kesannya Leo kayak nggak laku aja sampe di jodoh-jodohin."

Rini melirik tajam pada putra sulungnya. "Kalo kamu laku, pasti sekarang kamu udah punya pasangan."

"Udah lah Ma, biarkan saja anak kita memilih jodohnya sendiri," lerai Yuda--Papa Leo.

"Masa kalah sama adik kamu, si Lio. Dia aja sering bawa pacarnya ke rumah." Cibir Rini yang sedang mengupas apel.

Lio adalah adiknya tetapi bukan kembar, namanya saja yang mirip. Adelio Abraham Winata, laki laki berumur dua puluh tahun yang kini sedang menjalankan studi nya di salah satu universitas ternama di Indonesia.

"Jangan suka banding-bandingin Leo sama Lio, Ma. Aku nggak suka." Ketus Leo. Demi apapun, semua orang pasti tidak suka di banding-bandingkan.

"Huft..padahal Mama pengen banget punya cucu. Kadang iri aja sama temen arisan, suka bawa cucu dan menantunya. Mama selalu ditanyain 'kapan Leo nikah?' , 'kapan punya cucu?'. Gimana mau punya cucu, anak pertamanya aja belom mau nikah," ujar Rini pelan yang masih bisa di dengar oleh Leo. Pria itu menatap Mama nya sendu.

Tangan Leo meraih tangan Mama nya. "Bukan nya nggak mau, Ma. Cuma belom ada aja yang srek sama Leo. Tunggu sebentar lagi ya Ma, doain Leo juga," ia mengelus tangan Rini.

"Le, ini ada cincin Mama waktu muda--" Rini melepaskan cincin yang tersemat di salah satu jarinya. "Kamu kasih cincin ini ke perempuan yang menurut kamu cocok, lamar langsung. Mama percaya kamu bisa menemukan jodoh yang baik, karena jodoh itu cerminan diri kita sendiri. Kalo udah dapet, kenalin langsung ke Mama. Nanti kita adain lamaran resminya." Rini memberikan cincin tersebut pada Leo.

Leo diam tak berkutik sambil memainkan cincin pemberian Mama. "Sebenernya Leo lagi suka sama orang, Ma." Gumamnya.

Rini mampu mendengar apa yang keluar dari mulut Leo, seketika mimik wajahnya terlihat senang. "Bagus itu! Kenapa nggak kamu kenalin ke Mama sih?"

"H-hah? Kenalin apa Ma?" Leo mendadak kelabakan, ia merutuki dirinya sendiri karena keceplosan.

Wanita paruh baya itu menepuk lengan Leo pelan. "Ih, tadi kamu bilang katanya lagi suka sama seseorang? Langsung atuh, lamar dan kasih cincinnya,"

36.000FTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang