HAPPY READING
Tidak tahan Aleasha terus bungkam setelah menghadiri arisan ibu-ibu komplek, Leo khawatir Aleasha tersinggung dengan perkataan salah satu ibu yang membandingkan El dan Aleasha. "Kamu gak apa-apa?"
Aleasha dibicarakan sebab belum kunjung hamil padahal sudah menikah beberapa bulan. Sebelumnya pun pernah disinggung seperti itu saat Mama memperkenalkan Aleasha pertama kali ke ibu-ibu arisan. Namun masih wajar karena ia baru menikah saat itu.
Leo izin pulang di tengah-tengah arisan berlangsung demi kenyamanan istrinya. Lio dan El tetap berada di tempat untuk menyaksikan siapa nama yang keluar, alias yang dapat arisan.
Begitu sampai rumah, Aleasha menyandarkan badannya ke sofa. Ia memejamkan mata merasa dadanya sesak.
Leo yang disampingnya mengusap kepala Aleasha. Susah payah Leo menjaga kondisi emosional dan mental Aleasha, malah dibuat down lagi.
"Maaf..." Mata Aleasha penuh dengan air di pelupuknya. Perasaan bersalah itu masih ada. Ia merasa tidak becus.
Tubuh Aleasha langsung direngkuh Leo. Membiarkan Aleasha menangis di dekapannya.
Meski suasana sedih masih menyelimuti mereka, Leo mulai berdamai dengan takdir. "Bukan sepenuhnya salahmu, saya juga. Ini memang belum rezeki kita. Ibu-ibu tadi gak tau apa-apa. Sudah, jangan dimasukin ke hati."
"Tapi mereka gak pantas banding-bandingin gitu. Kesannya saya gak bisa kasih kamu anak."
"Namanya juga ibu-ibu. Semuanya di julid-in. Saya sudah kebal di omongin kapan nikah terus. Sekarang nikah, yang kena sasar malah kamu."
Aleasha masih sesenggukan, Leo mengecup lama kepala Aleasha dan menumpukan pipinya disana. "Cup, cup. Besok katanya mau bridal shower, mata kamu bengkak jadi gak cantik pas poto-poto."
Akhirnya Aleasha melepaskan diri dari rengkuhan Leo. Mengelap air matanya sendiri. Sedangkan Leo merapikan helaian rambut yang berantakan dan basah tercampur air mata.
"Hari Senin jadwalnya kamu medikal check up, minggu depan kamu sudah mulai kerja." Leo mengingatkan istrinya. "Sepertinya kamu akan dapat jadwal non-flight sebelum benar-benar flight ke luar kota."
Jadwal non-terbang tugasnya menunggu di bandara atau stand by di rumah guna sewaktu-waktu ada kru yang halangan, bisa digantikan oleh kru yang non-terbang.
Aleasha tidak mood membahas pekerjaan. Jadinya ia diam saja.
Leo mengeluarkan ponsel untuk memesan makanan cepat saji yang Aleasha suka, sekalian pesan lumayan banyak untuk Lio dan El. Biasanya perempuan habis nangis suka laper karena energinya terkuras.
"Kok malah asik main HP?" Aleasha mendengus sebal.
Begitu selesai pembayaran, Leo menyimpan ponselnya kembali. "Siniii..." Ia mempersilahkan bahu dan lengannya untuk dijadikan sandaran.
"Chat-an sama siapa?"
"Nggak chat siapa-siapa."
"Terus?"
"Terus?
"Ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
36.000FT
Teen Fiction✈️ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya seorang pilot melamar pramugari di ketinggian 36.000 kaki diatas permukaan laut? Entah tanya saja pada Leo Chandra Winata. "Penumpang yang terhomat, saat ini kita sedang berada di ketinggian 36.000 kaki. Izin...