20. Vertigo

13.8K 1K 87
                                    

HAPPY READING

Tidak terasa, acara honeymoon telah usai. Keduanya baru tiba di bandara internasional pada sore hari. Sengaja Leo tidak mengabari orangtuanya, pasti sang Mama akan heboh. Terlebih menanyakan soal cucu.

Leo memakai kacamata hitam dan topi. Ia menyewa jasa porter untuk membawakan barang-barangnya. Berangkat liburan cuma bawa dua koper, pulangnya jadi lima koper saking kalapnya belanja.

"Sore, capt. Habis holiday ya?"

Walaupun cuma memakai pakaian biasa, Leo masih dikenali oleh pramugari. Leo terkenal se-maskapai karena dia pilot termuda dan rupanya yang tampan. Dia menurunkan kacamatanya, membalas uluran tangan si pramugari itu. "Kamu lihatnya gimana? Ya kali saya habis kerja."

"Hehehe, selamat atas pernikahan kalian. Semoga cepat dikasih momongan." ujar si pramugari yang terlihat berusia dua tahun di atas Aleasha.

"Thanks. Mau flight kemana?" Leo kenal dengan perempuan tersebut, dia partner saat mengisi acara seminar tentang dunia penerbangan di salah satu akademi.

"Pangkal Pinang, Capt."

"Safe flight, see you." Leo kemudian menggaet tangan Aleasha, tanpa berniat memberikan celah buat Aleasha berbasa-basi ke sesama pramugari.

"Keren, dia kenal kamu. Padahal kamu pakai jaket, topi sama kacamata."

"Biasa aja."

"Kamu udah kayak seleb. Sampai barista starbucks bandara tahu kamu loh. Kamu sering minum kopi disitu?" Aleasha pernah tidak sengaja  mendengar karyawan starbucks bandara sedang menggibahi Leo sesaat setelah Leo melamarnya di pesawat. Berita Leo melamar Aleasha membuat trending.

"Iya kadang kalau landing disini, mampir beli kopi,"

"Sekarang kamu mau beli? Biar saya beliin,"

"Gak usah, nanti kamu capek balik lagi. Udah mendekati pintu keluar soalnya. Lagipula enakan kopi bikinan kamu,"

"Tapi kita belum belanja bahan dapur loh, Mas. Kulkas sama pantry masih kosong, gak ada makanan. Besok kita sarapan apa? Atau mau nginep dirumah Mama dulu?"

"Gak, gak, gak. Nginep dirumah Bunda aja, sekalian pamitan. Setelah itu kan, kamu tinggal sama saya dirumah kita."

Aleasha jadi berat meninggalkan kedua orangtuanya di rumah. Pasti mereka kesepian.

Leo memahami ekspresi kesedihan Aleasha. "Eum, kalau saya tinggal kerja, misal saya gak pulang, kamu boleh nginep dirumah Bunda. Daripada sendirian dirumah."

***

"Skakmat! Hahaha. Kamu gimana sih? Harusnya bisa dong main catur, kamu kan pinter. Bisa jadi pilot, tapi gak bisa main catur. Payah!"

Leo ketar-ketir, jika permainan kali ini ia kalah, terhitung Leo sudah gagal tiga kali bermain catur melawan ayah mertua. Gimana gak kalah, dia saja tidak mengerti main catur. Bisa jelek citranya di depan mertua. 

"Aleaa! Kamu gimana sih cari suami yang gak bisa main catur?"

"Ayah, udah dong. Dari waktu maghrib sampai jam delapan malam, belum selesai juga. Kasihan suami aku capek," Aleasha berdiri di belakang kursi Leo, sambil mengalungkan tangannya di leher Leo.

Ada sensasi desiran kala Aleasha menyebut 'suami aku' di depan ayahnya, membuat Leo salting.

"Oh iya, kamu besok mulai kerja?"

36.000FTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang