HAPPY READING
Suasana canggung dan hening menyelimuti keadaan di mobil. Leo merasa bersalah meski tidak melihat sesuatu milik Aleasha dan Aleasha double menahan malu. Pertama, karena kelakuannya yang mencium Leo duluan. Kedua, lupa mengancingkan baju sampai belahan dadanya terlihat, yang paling bikin malu sekaligus kesal, Leo ngeliat. OMG! Itu jadi penyebab mengapa tidak ada obrolan diantara keduanya.
Bosan berlarut dalam keterdiaman, suara berat Leo memecah keheningan. "A-Alea," panggil Leo terbata sembari mengusap tengkuknya. Leo mau menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi.
Aleasha menjawab dengan dehaman, gadis itu masih betah menatap luar jendela.
Mobil Leo di tepikan agar lebih leluasa mengobrol, juga meminimalisir hal yang tidak diinginkan jika menyetir sambil berbicara. "Demi apapun, saya gak ngeliat... eum gak ngeliat—punya kamu. Iya. Kamu pas ngobrol sama saya, emang pernah saya ngelirik ke—Itu? Saya selalu tatap kamu kan? Sumpah, saya gak liat Aleasha. Jangan diemin sayaaa...,"
Sedetik kemudian Leo kembali berucap. "Ya liat sih, sedikit. Maksudnya, sekali doang pas kamu dateng. Setelah itu kita ngobrol, dan saya negur kancing kamu."
Pipi Aleasha merona, intinya Leo ngeliat kan? Rasanya mau guling-gulingan dikasur, menimpukki semuanya pakai bantal. "Berarti kamu ngeliat kan?"
"Ya..iya. Maaf, habis itu saya gak lirik-lirik lagi kok. Cuma sekali."
"Tetep aja kamu ngeliat. Aaa... Maluu," Aleasha menyilangkan tangannya di depan dada.
Leo mengelus rambut Aleasha. "Udah, lupain aja. Maaf ya?"
Dalam hati Leo, ngapain malu? Nanti kalau mau bikin Leo junior gimana? Baru lirik sedikit udah malu.
Sayangnya Leo tidak berani bicara seperti itu.
Aleasha menyingkirkan tangan Leo dari rambutnya. "Bukan sepenuhnya salah kamu, saya nya aja yang teledor."
"Saya juga salah. Ngerasa berdosa banget."
"Kita sama-sama salah. Saya yang kelupaan nutup kancing dan kamu ngeliat sesuatu yang harusnya gak kamu liat. Udah kan? Ayok jalan, kita telat banget loh ini. Bunda udah spam chat."
Leo memutar stir, mulai menjalankan mobil ke tempat tujuan. "Kamu sih, mandi lama banget. Udah tau mau makan malam, gak usah pergi-pergi sorenya. Jadinya telat kan."
"Jangan mulai deh bawelnya. Gak pegel tuh dari tadi ngomong kayak orang nge-rap?"
"Gak apa-apa bawel, biar di cium kamu lagi."
"AAAAA!!!" Aleasha reflek menutupi mata Leo. "Jangan di inget! Jangan di bayangin! Jangan dibahas lagi! Ish, pokoknya jangan. Malu tau."
Tin! Tin!
Ckiittt! Leo nge-rem mendadak. "Alea! Saya gak bisa lihat ini, matanya jangan tutupin!" Tidak sengaja Leo menepis kasar tangan Aleasha.
Leo menajamkan mata ke Aleasha, mobilnya nyaris menabrak kendaraan lain. Untung dirinya tidak di protes.
"Oh iya, sorry hehe. Kamu duluan sih," Aleasha terkekeh paksa menyalahkan Leo.
Ditatap seperti itu membuat nyali Aleasha menciut. "Ugh, maaf." Ia mengelus rahang Leo berharap Leo luluh.
Jika Aleasha cowok, Leo akan menjedotkan kepala dia ke jendela. "Bahaya tau gak?!" Jantungnya masih berdegup karena dikira mobilnya nabrak kendaraan lain.
Aleasha mengangguk memelas. "Kan udah minta maaf, jangan marah,"
Leo meraup mukanya, ia mengambil tangan Aleasha yang tadi disentak kasar olehnya. Ia mengelus tangan tersebut. "Janji ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
36.000FT
Teen Fiction✈️ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya seorang pilot melamar pramugari di ketinggian 36.000 kaki diatas permukaan laut? Entah tanya saja pada Leo Chandra Winata. "Penumpang yang terhomat, saat ini kita sedang berada di ketinggian 36.000 kaki. Izin...