HAPPY READING
"Lio, kuliah pusing ya?" El bosan melihat Lio yang terus berkutat dengan laptopnya. Apa matanya tidak lelah terus menatap monitor?
"Kenapa? Mau kuliah?" Lio membolak-balik kertas, lalu kembali mengetik.
El mengangguk antusias. Tak jarang ia iri ke mahasiswa yang datang ke kafe tempatnya bekerja, hanya sekedar mengerjakan tugas bersama teman-teman. Terlihat seru.
"Eh, enggak deh. El gak punya uang. Gaji waiters aja cuma cukup bayar kos sama makan."
Lio tertegun, jari-jarinya berhenti menari di atas papan ketik, harusnya ia bersyukur. Kuliah dibiayai orang tua, tetapi yang ada ia malah malas-malasan. "Nanti ya, kalau aku punya uang nanti aku kuliahin." Ia mengelus singkat rambut El.
"Terus ini gimana kalau aku kuliah?" El mengelus perutnya.
"Bisa sama aku, bisa sama Mama. Aku gak mau ibunya anakku cuman lulusan SMA aja, harus pinter biar bisa ngajarin Andini."
"Andini siapa?"
"Singkatan anak kita. Andini, Anak Diluar Nikah."
El cemberut melempar Lio dengan bantal di dekatnya. "Ih, kamu mah! Jangan begitu. Ngerasa bangga ya?!"
"Jelas bangga. Padahal kita ngelakuin sekali, kalau gak salah pas di kosan kamu-"
"GAK MAU DENGER! LIO BRISIK BANGET SIHH!" El tidak mau membahas hal yang telah terjadi. Jijik sendiri membayangkan kala itu.
"Versi cowok namanya Angga. Anak gak sengaja." Lio semakin tertawa ngakak melihat raut kekesalan El.
Kasihan calon anak mereka, masih di perut udah di bully bapaknya.
"Aku gak main-main El waktu itu. Sampai kamu minta putus, dijamin bakal ada Lio junior. See, dia tumbuh di perut kamu." Ketika itu, mereka sedang bertengkar hebat. El meminta mengakhiri hubungan perkara teman kuliah Lio suka ke Lio. El dilabrak dan diancam.
"Kamu kenapa milih aku jadi pacar kamu? Aku gak punya siapa-siapa, aku gak sekaya kamu, gak se-enak kamu hidupnya."
"Karena cuma aku yang mau sama kamu," Lio bercanda, namun dianggap serius oleh El. Alasan sebenarnya, El cewek yang sederhana, tidak menuntut, cantik, rumah untuknya. Lio gengsi bilangnya.
Raut El makin-makin bete. "Enggak tuh! Dito ngajakin El pacaran, tapi El tolak." balasnya dengan sombong. Seolah bukan Lio saja yang menginginkan El.
"Heh! Kapan? Kok gak bilang? Bangsat Dito. Gak usah ganjen lagi lo ke Dito."
"Siapa yang ganjen sih? Dito aja yang deket-deket." jawab El jujur. Dito adalah teman akrabnya di kafe.
"Kemaren apa? Idola lo tuh yang blesteran Arab, siapa duluan yang centil? Lo kan? Gue pantau dari jauh El. Gak usah ngelak."
El mengangguk sambil menunjukkan dua jari. "Baby nya yang mau kenalan, bukan El. Beneran. Suer,"
"Alasan."
***
"Gimana? Clara masih suka ngirim pesan gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
36.000FT
Teen Fiction✈️ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya seorang pilot melamar pramugari di ketinggian 36.000 kaki diatas permukaan laut? Entah tanya saja pada Leo Chandra Winata. "Penumpang yang terhomat, saat ini kita sedang berada di ketinggian 36.000 kaki. Izin...