HAPPY READING
Aleasha kini tengah berada di area penjemputan terminal tiga, sedang menunggu Leo dari dalam mobil. Dari pagi chat dan call dari Leo sengaja tidak Aleasha jawab. Membiarkan pria itu fokus pada kerjaannya.
Drtt..drrt..
Ponsel Aleasha bergetar, tertera nama Leo disana. Aleasha memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.
"Halo—"
"Kamu dari mana aja, Aleasha Prameswari? Saya hubungi gak diangkat, pesan gak dibales. Saya jadi gak fokus karena mikirin kamu. Sengaja ya? Heh ngomong."
Aleasha menelan salivanya. "Saya mau ngomong, kamunya keburu nyerocos,"
"Iya udah, sekarang ngomong." cecar Leo.
Aleasha mengamati salah satu pramugara Star Airlines yang tampak nya satu pesawat dengan Leo. Rombongan Leo pasti sudah otw pulang. "Kamu dimana?"
"Ck, bukannya jelasin malah nanya saya dimana."
"Nanti aja ngomelnya, saya di area penjemputan nih. Kamu kesini ya, mobilnya warna hitam."
"Kamu jemput?"
"Iya,"
"Buruan kesini,"
Tut.
Panggilan dimatikan sepihak oleh Aleasha.
Tidak berselang lama, seseorang mengetuk kaca jendela mobil. Orang itu adalah Leo. Aleasha langsung membukakan pintu.
"Sini ranselnya," Aleasha membantu Leo melepaskan ransel.
Karena penerbangan PP, Leo tidak perlu membawa koper. Leo memberikan tasnya pada Aleasha, gadis tersebut menaruh tasnya di kursi tengah.
Leo duduk di kursi kemudi, ia menghela nafas. Aleasha memegang bahu Leo. "Capek?"
"Hm," jawab Leo singkat seraya memijat pangkal hidungnya.
"Maaf, saya sengaja gak ngerespon saat kamu hubungin saya. Saya bener-bener mau kamu fokus sama pekerjaan. Forgive me," ujar Aleasha lembut sembari memijat bahu Leo.
"Saya gak suka ya kamu kayak gitu."
"Iya-iya, maaf,"
Leo menoleh, menatap lekat wajah Aleasha. Rasa lelah perlahan lenyap akibat senyum yang dipancarkan gadisnya.
Aleasha memperhatikan gurat lelah dari mata Leo yang sayu. "Kamu capek banget ya? Biar saya aja deh yang nyetir, kasian kamu. Yuk tukeran kursi,"
Percayalah, Leo hari ini cuma makan sayur bayam semangkuk tanpa nasi atau apapun. Leo bangun telat sebab ia mimpi punya anak dari Aleasha. Leo tersenyum mengingat mimpi itu.
"Kamu kenapa ih?" Aneh. Belum ada lima menit wajah Leo ketus dan datar, kini berubah jadi senyum-senyum sendiri. Aleasha bergidik ngeri.
Leo menggeleng menghalau mimpi itu. "I'm okay. Mau pulang apa makan dulu?"
"Langsung aja ke rumah kamu, biar saya pulangnya nyetir sendiri. Sampe rumah istirahat, jangan lupa minum vitamin,"
"Saya mesti anterin kamu pulang ke rumah, saya mah gampang bisa naik ojol—"
"Shutttt... No. Jangan ngebantah." Mata Aleasha melotot membuat Leo gemas. Mau sok galak, malah terlihat lucu.
"Oke."
"Anak pinter," Aleasha menepuk-nepuk pipi Leo yang tumbenan cowok itu mau nurut.
Leo mulai menjalankan mobil keluar dari perkarangan Bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
36.000FT
Teen Fiction✈️ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya seorang pilot melamar pramugari di ketinggian 36.000 kaki diatas permukaan laut? Entah tanya saja pada Leo Chandra Winata. "Penumpang yang terhomat, saat ini kita sedang berada di ketinggian 36.000 kaki. Izin...