31 - Ngidam Ala Viona

1.3K 92 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Fauzan masih terlelap dalam tidurnya dengan posisi memeluk viona dari belakang.

Usia kandungan viona sudah mencapai lima bulan. Mual pun sudah tidak begitu ia rasakan seperti awal-awal dulu yang begitu menyiksa jiwa raga nya. Namun kali ini ia merasa selalu menginginkan sesuatu tapi di jam yang gak lazim gitu, contohnya kayak sekarang..

Fauzan sih udah pulas banget tidur sambil meluk istrinya. Eh si istri malah masih melek matanya, bingung mau nyampein keinginan ke suami tapi gak enak tengah malem. Tapi kalau gak bilang bisa mati nanti anaknya ileran, ih amit-amit.

"Kak" viona memanggil fauzan dengan penuh hati-hati. Dan fauzan masih damai gais dialam mimpinya gak gubris istrinya.

Viona berdecak sebal. Ah bodoamat pokoknya suaminya harus bangun!

"Kakak!!!" Ucapnya sedikit dengan nada tinggi.

Fauzan membuka matanya. "Hah? Apa? Kenapa? Ada apa sayang? Kenapa? sakit perutnya?"

Viona membalikkan tubuhnya menghadap suaminya. Ada rasa kasian sih liat muka fauzan yang masih mode linglung akibat ngantuk berat, mana muka bantal banget. Tapi ganteng sih wkwkw!!!

"Kak aku mauu--" cicit viona

"Mau apa?"

"Aku mau alpukat kocok!!"

Fauzan tersenyum. Lalu mengusap lembut kepala istrinya. "Iya, nanti siang aku beliin sekarang bobo lagi yah."

Viona cemberut. Apaan sih kan viona maunya sekarang, bukan nanti!!

"Aku mau sekarang!"

"Sayang, ini jam dua malam. Mana ada penjual alpukat jam segini."

"Aku gak mau tau!! Aku mau alpukat kocok!!!!"

Kalau udah mode ketus gini apalagi yang fauzan bisa perbuat selain mengikuti keinginannya. Fauzan yakin ini pasti ngidam nih, random banget lagi mintanya alpukat kocok dijam dua malem. Siape yang jual bro jam segini? Mas poci?! Tapi yaudahlah demi sang buah hati fauzan rela deh kalau emang nanti beli buah alpukat di mas poci.

Fauzan menghela napasnya perlahan. Lalu tersenyum.."iyaudah aku beli sekarang, jangan ngambek lagi ya."

Cup!

Fauzan mencium pipi viona, si empunya pun tersenyum kegirangan. Lalu fauzan bangun dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka nya.

💘💘💘

Viona pun menunggu kepulangan fauzan yang mencari alpukat. Sudah hampir satu jam suaminya itu belum juga kembali. Kan viona jadi khawatir gimana kalo suaminya jadi korban begal? Bisa menyesal nih viona gara-gara nyuruh fauzan keluar di jam segini.

Hormon bumil lagi-lagi menguasai diri viona, ia menangis kencang sendirian dirumah akibat fauzan yang belum pulang. Mana fauzan perginya gak bawa ponsel, kan jadi bingung viona tuh..

Terdengar suara langkah kaki yang masuk kedalam, hingga pintu pun terbuka.

"Lho sayang kok kamu nangis?" Fauzan yang baru saja datang dengan bingkisan plastik hitam ditangan kirinya pun segera mendekati viona.

Ia menarik viona kedalam pelukannya. "Cup cup jangan nangis, ini kan aku bawa alpukatnya sayang. Yuk bikin alpukat kocok, udah jangan nangis lagi." Fauzan mengusap bahu istrinya dengan lembut.

Saat tangisnya perlahan reda, viona pun berucap. "Kamu lama banget akilu pikir jadi korban begal. Hiksss huaaaa"

Fauzan tercengang mendengar penuturan viona. Lalu ia terkekeh. "Alhamdulillah badan aku masih lengkap kok ini gak ada yang berkurang. Maaf lama soalnya susah cari penjual buah yang 24 jam buka. Ini aja aku beli dipinggir jalan yang jauh banget dari rumah. Udah ya sekarang bikin alpukat nya, yuk."

Viona pun mengangguk. Lalu mencium pipi fauzan. "Makasih ya sayang?"

Fauza mengerjapkan matanya. "Apa tadi kata kamu? Coba ulangi!!" Fauzan menggoda istrinya yang memanggilnya sayang. Asal kalian tau ya, viona itu gak pernah panggil sayang sama fauzan. Gak tau kenapa katanya sih malu aja gitu.

"Sayang." Bisik viona ditelinga fauzan kemudia berlari ke arah dapur.

"Ehhh jangan lari-lari, nanti jatuh!!!"

Fauzan segera mengejar sang istri ke dapur.

💘💘💘

Sekitar pukul 12.00 siang, viona merasakan hawa suntuk bin bosan..ia pun mendial nomor tirsya.

"Holla, tirsya disini. Ada ape nih bumil?"

"Ke rumah gue, sekarang!"

"Jan ngadi-ngadi lo ye. Gue lagi mengais rezeki ini, jangan aneh permintaan lo."

"Cepetan kesini, atau gue coret dari daftar onti si utun lo ye."

"Buset dah. Iyeiye bumil nanti gue kerumah lo pulang kerja."

"Gue minta sekarang, bukan nanti"

"Mana bisa anjir. Lo pikir ini cafe punya bapak moyang gue?"

"Pokoknya lo harus kerumah gue!"

"Iya tapi nan--"

Sambungan telpon dimatikan sepihak oleh viona. Emang dasar tu bumil bikin si tirsya naik pitam aja. Sabar-sabar demi calon ponakam yang ada didalam perut viona.

"Dasar bumil, permintaan random banget..gimana cara gue izin nya coba?" Keluh tirsya.

"Kenapa?" Aldi datang tiba-tiba saja membuat tirsya terkejut. Kayak jin emang main muncul tanpa aba-aba.

"Gue diminta ke rumah viona sekarang. Tapi gue bingung kan gue kerja, gimana cara gue izinnya? Emang ngadi-ngadi tu permintaan bumil. Ya enak kalo ni cafe punya bapak gue. Lah kan inimah bukan anjir."

Aldi tertawa mendengar ocehan tirsya.

"Yaudah lo pergi aja."

Tirsya memicingkan matanya "lo pikir ini cafe punya lo? Main nyuruh gue pergi aja."

Aldi memajaukan tubuhnya mendekati tirsya. "Kalau ini emang cafe milik gue, apa lo percaya?"

"Jangan ngarang dongeng al, masi siang belom mau tidur gue."  Tirsya tertawa kencang. Namun wajah aldi nampak serius, membuat tirsya kebingungan.

Jadi selama bekerja di cafe raflesia, tirsya belum tahu siapa sang pemilik cafe tersebut. Pasalnya saat lamaran kerja pun ia hanya bertemu dengan tangan kanan sang owner saja, yaitu mbak nana.  Tidak  bertemu dengan sang owner.  Karena kata mbak nana sih ownernya sengaja ingin privasi nya terjaga.

Jadi semua hal yang mengurus itu ya mbak nana, bukan ownernya. Kalau ditanya dimana ownernya dan siapa namanya mbak nana gak pernah jawab, paling hanya jawab 'dia orang sibuk'

"Kalo lo gak percaya, lo bisa tanya mbak nana."  Aldi pun meninggalkan tirsya menuju pantry untuk memulai pekerjaannya.

"Dan satu lagi, kalau mau pergi kerumah viona  gue izinin kok."

Tirsya hanya bisa mematung akibat tertampar kenyaataan. Astaga kalau memang benar aldi ini sang owner, mampus deh tirsya yang selama ini nyiksa aldi. Beruntung gak dipecat sama si aldi. Dasar tirsya karyawan akhlakless.

"Mampus lo tirsya, mampus. Emakk!!! gue mau menghilang dari muka bumi" cicit tirsya sendiri.

💘💘💘

Kalau suka jangan lupa tekan tombol bintang untuk menyenangkan hati author.. oke? Bye byeee 🙋🙋

Skenario Terbaik (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang