26 - Will you marry me?

1.5K 103 0
                                    

Fauzan telah sampai di depan sebuah rumah mewah di daerah seoul. Ya, tadi pagi fauzan sudah sampai di korea selatan dengan selamat.

Fauzan menarik napasnya berat. Jantungnya berpacu tidak karuan, ia takut ditolak oleh viona atau bahkan diusir oleh viona sebab kesalahan dirinya yang sama saja telah merendahkan harga diri viona saat bertengkar beberapa bulan lalu.

Tapi fauzan sudah membulatkan tekadnya, apapun jawabannya nanti fauzan akan terima.

Ting Tong

Fauzan menekan bel didepan gerbang besar yang dimiliki rumah mewah tempat tinggal viona.

Tak lama keluar lah seorang pria berjas hitam dari arah dalam, ia membuka kan gerbang untuk fauzan.

"I want to meet viona." Ucap fauzan pada pria tersebut.

"Wait a minute. I will tell her first" sahut pria berjas itu. Kemudian ia meraih ponsel nya untuk menghubungi seseorang.

Setelah menutup sambungan ditelepon pria itu pun berucap. "Let's follow me"

Fauzan pun mengangguk lalu mengikuti pria tersebut menuju ke dalam. Lalu fauzan diantarkan ke depan pintu utama rumah mewah tersebut. Lalu fauzan bertemu dengan fandi yang telah menunggunya.

Pria berjas hitam yang mengantar fauzan pun segera meninggalkan fauzan saat sudah ada fandi yang menyambut fauzan.

"Susah gak nemu alamatnya?" Tanya fandi

"Lumayan sih" sahut fauzan.

"Dah masuk yuk, tunggu si vio pulang. Dia lagi ke mall sama fanya. Bentar lagi pulang sih kayaknya, soalnya udah daritadi." Fandi pun mengajak fauzan masuk kedalam rumah tersebut.

"Om sama tante kemana? Kok rumah sepi?" Fauzan memandang keadaan sekitar yang sepi seperti tak berpenghuni.

"Lagi pada jalan-jalan. Sama nyokap bokap gue juga sih, mau nostalgia kali mereka." Ujar fandi seraya menaik turunkan alisnya.

Fauzan terkekeh.

"Oh ya mau minum apa lo?" Fandi berjalan menuju dapur.

"Apa aja, saya minum kok." Fauzan pun duduk diatas sofa ruang tamu.

Fandi tersenyum smirk. "Gue kasih vodka emang lo mau?"

Fauzan melotot. "Astaghfirullah, lebih baik gak perlu minum"

Fandi tertawa keras. "Becanda pak ustadz, gue gak bakal ngasih lo minum laknat itu. Gue buatin kopi aja deh." Fandi pun meneruskan langkahnya menuju dapur.

Beberapa menit kemudia fandi datang dengan secangkir kopi ditangannya.

"Kalau ada masalah cepet diselesain ya zan? Gue percayain adik gue sama lo." Fandi lalu menyerahkan cangkir berisi kopi tersebut.

"Saya akan nyelesain hari ini." Fauzan mulai meminum kopi nya.

"Baguss kalo--" belum sempat fandi berbicara, suara pekikan dari luar membuyarkan segalanya.

"YUHUUUUU FANYA CANTIIK PULANGGGGGGG!!!!"

Emang ya anak titisan toa, mau dimanapun suaranya lantang. Di negeri sendiri kenceng, dinegeri orang pun kenceng. Kelakuan kagak ada akhlak pisan, tapi cewek begini yang bikin aldi klepek-klepek.

Viona mencubit lengan fanya.

"Awwww sakitt." Ia pun meringis, lalu mengusap bekas cubitan itu.

"Jangan teriak fanya, ngagetin orang aja." Viona pun segera berlari meninggalkan fanya didepan pintu, ia berjalan menuju kamarnya dilantai atas, namun saat diruamg tamu ia bertemu...

"Nga-pain disini?" Tanya viona dengan melirik fauzan..

"Viona tunggu--" fanya melihat kearah fauzan. Ia pun segera memberi kode pada fandi untuk pergi agar membiarkan viona dan fauzan berdua.

"Bang fandiii temenin dedek ke balkon yuk!! Dedek bawa cemilan enak nih." Fanya mengerlingkan matanya pada fandi.

"Okee siappp!!" Fandi berlari menuju fanya, lalu mereka berdua gandengan menuju lantai atas.

Sepeninggal fanya dan fandi, ruang tamu yang diisi viona dan fauzan hening. Fauzan masih terdiam duduk sambil menatap viona, sedangkan viona masih berdiri seraya membuang pandangan ke segala arah.

"Viona kamu gak mau ngomong sambil duduk? Nanti peg--"

Viona segera duduk di atas sofa yang berhadapan dengan sofa tempat duduk fauzan.

"Cepet ngomongnya." Kata viona. Ia masih melirik fauzan acuh.

Fauzan menarik napasnya guna menetralkan perasaan gugupnya.
Ia bingung harus membuka pembicaraan dari arah mana.

"Vio, saya minta maaf sudah menyakiti kamu. Maaf kalau waktu itu saya dikuasai emosi. Saya minta maaf, saya lupa kalau setiap orang pasti punya masa lalu baik itu yang manis atau pahit sekalipun." Fauzan menjeda kalimatnya.

"Apapun masa lalu kamu, saya akan terima. Dan maaf atas tuduhan saya waktu itu jika saya sudah berkata kelewatan. Viona, masa lalu kamu adalah milik kamu. Masa lalu ku juga adalah milik ku. Tapi masa depan milik kita berdua.." fauzan merogoh saku jaket tebal nya. Dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah.

"Aku mau kamu kembali padaku. Meneruskan hubungan yang sempat terjeda ini." Fauzan mendekat ke arah viona yang masih terdiam dan menatap fauzan tanpa berkedip. Fauzan pun berlutut didepan viona yang sedang duduk.

"Will you marry me? Jika kamu mau pakailah cincin ini kembali, tapi jika tidak aku akan mundur." Ucap fauzan.

Viona mematung, namun matanya tidak bisa berdusta. Kedua manik mata indah milik viona terus menatap setiap gerakan fauzan. Dan mata indah itu seperti sedang menahan sesuatu agar tidak keluar.

Fanya dan fandi pun bersuara dari lantai atas. Oke salah kan dua makhluk itu yang sebenarnya mengintip fauzan dan viona dari lantai atas.

"TERIMA DONGGG VIII. KAWINN VII KAWINNNNN" teriak fanya lantang.

"Terima dek, kasian jauh-jauh dari indo." Tambah fandi.

Fauzan dan viona mendongak keatas melihat ke arah fandi dan fanya.

Viona menatap sebal ke arah fanya yang gak tahu malu itu. Si fanya malah cengengesan gak jelas.

"Tapi maaf aku gak bisa..."  Ucap viona.

Fauzan terkejut, lalu bahunya pun melemah. Fandi dan fanya yang mendengar pun ikutan kecewa, lalu mereka segera turun guna menemui viona dibawah. Saat fandi dan fanya telah sampai dilantai bawah, viona kembali bersuara.

"Gak bisa nolak maksudnya." Viona pun tersenyum memperlihatkan deretan gigi gingsulnya.

"Woooo ngeprank lo!!" Fanya bersedekap dada.

Viona menatap tajam kearah sepupu bawelnya itu.

Fauzan pun tersenyum lega saat melihat viona yang ternyata tidak jadi menolaknya. Fauzan segera meraih cincin didalam kotak itu.

"Pake sendiri ya? Belum mahram." Ucap fauzan.

Asal tau ya, fauzan emang begitu gais, dia gak pernah mau nyentuh viona sebelum halal katanya. Muehehe.

"Iya aku ngerti kok." Viona tersenyum, lalu mengambil cincin dan memasang dijari manisnya.

Fanya segera memeluk viona dengan erat. "Sini gue peluk, mewakilkan kak fauzan."

Fauzan tersenyum manis, lalu fandi datang dan merangkul bahu fauzan.

"Nah gini dong!! Jadi kapan nikahnya?" Tanya fandi.

"Bulan depan!" Sahut viona.

Fanya, fauzan  dan fandi pun menatap nya tak percaya...

💘💘💘

Jgn lupa vote ya!👁️👄👁️

Skenario Terbaik (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang