Part 03

109 11 0
                                    

*****

"Wah ...! Bagaimana mungkin paman kita, kepala sekolah di sini!" ucap Finza sembari menatap kedua saudara kembarnya itu secara bergatian.

"Kelvin, aku mohon batuan kamu ya. Jangan sampai mereka bertiga ini buat masalah lagi."

"Kakak tidak perlu khawatir. Serahkan ini padaku," jawab Kelvin tersenyum.

"Terimah kasih. Aku harus pergi, karna aku ada miting dengan klien pagi ini,"  ucap Rayn seraya berdiri.

"Iya kak. Hati-hati perginya," jawab Kelvin yang juga ikut berdiri.

"Sampai jumpa lagi," ucap Rayn seraya mengulurkan tangannya.
Kelvin pun membalas uluran tangan Rayn.

"sampai jumpa lagi, kak."

"Kalian bertiga jangan buat masalah lagi. Kalau sampai ketahuan. Kalian bertiga ayah hukum. Mengerti!"

"Iya ayah!" jawab mereka secara bersamaan.

"Aku pergi dulu, Kelvin," ucap Rayn sembelum berlalu pergi.

"Kalau di sekolah jangan panggil paman, panggil bapak kepala. Kalian mengerti!" ucap Kelvin setelah Rayn pergi.

"Mengerti paman ..., maksudnya pak kepala," jawab mereka secara bersamaan.

"Bagus. Sekarang ikut bapak ke kelas kalian," ucap Kelvin pergi dari hadapan mereka. Mereka pun berjalan mengikuti Kelvin, hingga berhenti di sebuah kelas 2C. Jika diperhatikan, sekolah ini tampak seperti sekolah umumnya, tak yang berbeda. Mereka mengikuti pelajaran seperti di sekolah lain-lainnya.

"Pak kepala!" ucap seorang guru wanita yang tiba-tiba berhenti sejenak, ketika melihat Kelvin dan ketiga saudara kembar itu. Kelvin pun berjalan masuk dan diikuti tiga saudara kembar itu.

"Wow! Mereka itu kembar?"

"Dua cowok itu tampan sekali."

"Siapa mereka?"

"Wow! Tiga sekaligus anak baru."

"Mohon tenang anak-anak!" ucap ibu guru itu seraya memukul meja, dengan spidol.

"Silahkan, pak kepala," ucap ibu guru itu mempersilahkan Kelvin untuk berbicara.

"Baiklah, hari ini kita kedatangan tiga murid baru. Mereka ini adalah saudara kembar. Silahkan perkenalkan diri Kalian!" ucap Kelvin kepada ketiga saudara kembar itu.

"Halo semua! Saya, Fendi Wijaya. Semoga kita bisa berteman."

"Cowok ini begitu dingin!" Bisik-bisik wanita yang kecewa

"Halo semua! Saya, Findo Wijaya. Kalian bisa memanggilku, Findo. Aku harap kita bisa berteman."

"Dia sopan sekali." Bisik-bisik wanita yang histeris.

"Saya, Finza Fabiola. Semoga kita bisa berteman," ucap Finza dengan tampang yang begitu dingin.

"Buatlah mereka ini senyaman mungkin. Saya permisi dulu, buk!" ucap Kelvin sebelum berlalu pergi.

"Iya, pak kepala," jawab ibu guru itu menudukkan kepalanya.

"Silahkan duduk di kursi yang kosong," ucap guru itu dengan lembut.

"Baik bu," jawab mereka secara bersamaan, lalu berjalan menuju kursi paling belakang.

"Jangan lupa kerjakan PRnya. Buat anak baru, kalian bisa bertanya pada teman-teman. Ibu permisi dulu," ucap guru itu mengambil buku-bukunya yang ada di atas meja. Lalu pergi meninggalkan kelas, karna jam belajarnya sudah berakhir. Setelah guru itu pergi, siswa perempuan mulai mengurumuni Fendi dan Findo.

"Findo, boleh minta nomor Whatsappnya gak?" tanya siswa-siswa perempuan itu dengan histeris.

"Fendi, kita juga ya?"

"Tanya sama adikku, Finza," jawab Fendi seraya menujuk Finza yang duduk di antara Findo dan Fendi.

"Seterah kalian berdua. Aku mau tidur," jawab Finza meletakkan kepalanya di atas meja, lalu memejamkan kedua matanya.

"Maaf! Adikku gak izinkan," jawab Findo tersenyum. Jika Finza bersikap acuh tak acuh, maka tandanya tidak boleh. Setiap apa yang akan dilakukan, mereka berdua itu selalu meminta pendapat pada adiknya itu.

"Iss ... gak asik!" ucap siswa-siswa perempuan kecewa. Lalu kembali lagi ke kursi masing-masing, karna guru yang kedua sudah masuk dan pelajaran pun dimulai.

Beberapa menit kemudian, bel tanda istirahat berbunyi. Kelas menjadi sedikit berisik, karna semua siswa yang tak sabar ingin keluar dari kelas dan pergi untuk mengistirahatkan pikiran mereka sejenak. Findo dan Fendi menghampiri meja Finza, sedangkan Finza tampak lesu.

"Weh! Kenapa dengan wajah Tuan putri? Kok mukanya ditekuk kayak gitu?"

"Jangan bencanda sama, Adik!" timpal Fendi seraya memukul kepala Findo. "Adik tidak lapar?" tambah Fendi sembari menatap Finza.

"Gedong!" jawab Finza bersikap manja.

"Ayo naik!" ucap Fendi yang lansung membungkuk di depan Finza.

"Becanda kali. Ini di sekolah, bukan di rumah." Finza pun memukul kepala Fendi, lalu berjalan mendahului kedua saudara kembarnya.

"Ngomong-ngomong, makanan kantin di sini enak gak ya?" ucap Findo seraya merangkul bahu Finza.

"Mana aku tau," jawab Finza menatap Findo.

"Sekolah ini gak asik!" ucap Fendi yang merasa bosan berada di sekolah ini.

"Benar juga sih," jawab Finza menghela nafasnya. Dalam perjalanan menuju kantin, tiba-tiba tiga wanita menghambat perjalanan tiga saudara kembar itu. Semua orang yang berada di lorong itu, lansung menatap ke arah mereka itu.

"Oh, jadi ini. Anak baru yang kalian maksud itu?" tanya wanita cantik dengan mulut yang sedang menguyah sesuatu, dan tangan yang berada di saku jaket.

"Kenapa dengan kita?" jawab Finza yang balik bertanya.

"Hei! Anak baru! Kalau ngomong itu yang sopan dong! Kalian gak tau sedang berhadapan dengan siapa, ha!"

Finza menghela nafas kasarnya sebelum mengucapkan kata, tiba-tiba Fendi memegang bahu Finza, untuk tidak melawan mereka.

"Maaf! Kita harus pergi ke kantin. Adik saya sudah lapar. Apa kalian bisa memberi kami jalan?" tanya Fendi dengan lembut. Namun, sedikit kasar cara berbicaranya oleh wanita itu.

"Sial! Sebelum kalian pergi. Kalian itu harus ..."

"Udah, jangan banyak bacot kalau ngomong! Mentang-mentang kita anak baru! Seenaknya kau menindas orang! Lihat dulu siapa yang kau hadapi!" bentak Finza yang sudah muak dengan bacot*n wanita itu, seraya menggenggam erat kerah baju wanita itu.

"Jangan berani macam-macam dengan kita! Dan juga, aku tidak peduli siapa kau di sekolah ini!" tambah Finza dengan melepaskan tangannya dengan sangat kasar. Hingga membuat wanita cantik itu terbatuk-batuk, karna sesak nafas dibuat, Finza. Jika sudah begini. Jangan coba untuk menghetikan Finza, kalau tidak ingin mendapatkan amukkan dari Finza.

"Minggir dari hadapanku!" bentak Finza seraya berjalan di antara dua wanita itu dan diikuti dua saudara kembarnya.

"Awas aja kalian!" guman wanita cantik itu menatap tajam ketiga saudara kembar yang mau hampir sampai di ujung lorong sekolah.

"Apa yang kalian lihat?" bentak wanita itu kepada orang-orang yang sedang berbisik-bisik.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang