Part 10

84 7 0
                                    

_
_
_

"Apa kalian tidak bisa melihat kami tenang, ha? Apa yang sudah kami lakukan pada kalian? Sampai kalian melakukan ini pada kita bertiga! Apa kami bertiga pernah mengganggu kesenangan kalian?" Begitu banyak pertanyaan dalam otaknya, hingga Finza tidak mampu lagi mengontrol emosinya. Semua orang hanya terdiam, saat melihat amukkan Finza yang sulit di hentikan. Sedangkan saudara kembarnya saja, hanya diam melihat adiknya itu.

Plak!

Tiba-tiba seseorang menarik bahunya Finza, lalu menampar pipi kanan Finza dengan sekuat tenaga. Untunglah Finza lansung menahan tubuhnya dengan tangan kanan, sebab itu dia bisa mengimbangi tubuhnya.

"Apa kau mau jadi jagoan di sekolah ini?" bentak seorang lelaki, yang tak lain pak guru kelas sebelah. Dia bernama Deri Gusman, wali kelas dari murid-murid kelas, 2D.

"Apa yang kau lakukan pada adikku?" bentak Fendi menghampiri lelaki itu. Deri lansung mendorong Fendi cukup keras, untunglah Findo dengan sigap menangkap Fendi yang hampir mencium lantai.

Semua orang di sana kaget, ketika melihat seorang guru menampar siswa perempuan. Mereka sedikit khawatir dengan, Finza. Namun, ada juga yang tersenyum senang melihat Finza ditampar, Deri. Setidaknya itu memberi pelajaran pada gadis sok keren, menurut mereka. Namun sebaliknya, Finza hanya tersenyum miring seraya mengakat wajahnya itu. Tampaklah suging Finza yang berdarah karna tamparan itu. Finza tidak merintih kesakitan, saat pipinya sudah meninggalkan jejak karna tamparan itu. Deri yang melihat Finza tersenyum, lansung membulatan matanya dengan sempurna karna kaget. Emosinya bagaikan bergejolak, ketika melihat Finza yang seakan menatangnya. Findo dan Fendi, berniat ingin memberikan pelajaran pada guru yang sudah menampar adiknya itu. Namun, Finza melarang mereka untuk tidak ikut campur lagi. Rasanya begitu sakit ketika melihat adik perempuannnya itu ditampar, karna mereka belum merasakan tamparan itu. Meskipun terkadang mereka sangat badel, Rayn dan Ratu hanya menasehati mereka dengan perkataan, bukan fisik.

"Saya menghormati Anda sebagai guru, tapi bukan berarti anda berhak menampar saya. Karna anda bukanlah orang yang melahirkan dan membesarkan saya. Anda hanya seorang guru, ingat itu!" ujar Finza menekankan setiap kata.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri, Finza. Sekarang dua jejak tamparan, sudah membekas di pipi mulus, Finza itu. Fendi dan Findo, sudah tak mampu lagi melihat perlakuan Deri, yang semena-mena terhadap muridnya.

"Kalian aku bilang tetap di situ!" bentak Finza kepada Fendi dan Findo.

"Aku tidak bisa lagi melihat kau ditampar. Ayah dan ibu saja tidak pernah menampar kita. Bagaimana aku bisa tenang melihatnya!" ujar Fendi yang kesal.

"Kau ingin aku tampar juga!" bentak Deri mengalihkan tatapannya kepada Fendi dan Findo.

"Tampar saja!" timpal Findo.

Plak!

Kali ini tamparan mendarat di wajah, Deri. Semua orang yang berada di sana lansung kaget, ketika melihat orang yang menampar itu, bapak kepala sekolah sendiri. Deri lansung jatuh ke lantai, ketika tangan kanan Bos mafia yang menamparnya cukup keras.

"Mungkin saudara kembar ini memang salah, tapi saya paling benci melihat guru yang lansung main hakim sendiri! Tampa bertanya apa alasan mereka melakukan itu!" bentak Kelvin dengan sangat marah.

"Kau tidak melihat siswa perempuan ini sudah berantakan karna perbuatan teman sekelasnya, ha? Seharusnya kau memarahi kedua belah pihak! Bukan satu pihak saja!" tambah Kelvin yang ada benarnya.

"Ma-maafkan sa--ya, pak kepala!" jawab Deri dengan terbata-bata.

"Semua siswa kelas 2C ikut saya! Selebihnya, kembali masuk kelas. Dan kau pak Deri, ikut saya!" ucap Kelvin sebelum berlalu pergi.

"Kau baik-baik saja?" tanya Fendi dan Findo secara bersamaan. Fendi dan Findo, benar-benar khawatir, saat melihat wajah adiknya berubah menjadi merah, dan darah segar yang cukup banyak keluar dari mulut, Finza.

"Aku baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir," jawab Finza yang tetap tersenyum di depan saudaranya. Walau sebenarnya dia sedang kesakitan, saat dua tamparan mendarat begitu mulus di pipinya.

"Aku ingin menghajarnyaa habis-habisan tadi!" ucap Fendi yang geram.

"Benar! Kenapa kau malah melarang kami tadi?" timpal Findo seraya berjalan keluar dari kelas.

"Aku tidak ingin kalian mendapatkan masalah karnaku," ujar Finza.

"Kita ini saudara. Susah senang, harus kita hadapi bersama. Lain kali jangan lakukan ini lagi," ucap Fendi seraya membersihkan rambutnya, Finza. Finza hanya tersenyum senang, saat memiliki dua saudara yang begitu peduli dengannya.

Semua siswa kelas 2C berjalan mengikuti, Kelvin. Sedangkan selebihnya, kembali ke kelas mereka masing-masing. Beberapa siswa berbisik-bisik, saat melihat adegan yang seperti di drama. Mereka cukup kagum dengan, Finza. Karna mampu menahan dua tamparan itu, tampa menitipkan setetes air matanya.

Semua siswa kelas 2C dan Deri, saat ini tengah berada di dalam ruang yang cukup besar. Ruang ini digunakan untuk acara penyambutan atau sebagainya.
Semua siswa berdiri seraya menuduk 'kan kepalanya, begitu pun dengan Deri dan saudara kembar.

"Buat kalian siswa 2C, saya tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali. Saya hukum kalian membersihkan lapangan sekolah, sampai waktunya istirahat."

"Kami mengerti, pak!" jawab semua murid dengan serentak. Lalu meninggalkan para ruang itu, sedangkan Finza di suruh ke ruang UKS untuk mengobati lukanya itu. Karna saudara kembar itu tidak mau berpisah dengan Finza, maka mereka diberikan hukaman membersihkan toilet setelah mengobati luka itu.

"Dan kau bapak Deri! Saya tidak bisa bekerja sama dengan guru seperti anda. Maka dengan berat hati dan saya mengatakan. Kalau anda harus meninggalkan sekolah ini. Saya tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali. Anda tidak bersikap profesional menjadi guru," ujar Kelvin setelah para murid sudah pergi.

Sebenarnya saat ini Kelvin ingin sekali menghajar orang-orang yang sudah mengganggu ketenangan keponakan kesayangannya, dan memberi pelajaran pada, Deri. Namun, Kelvin juga harus bersikap profesional. Kelvin tidak ingin ada rumor tentang hubungannya dengan saudara kembar itu. Semua siswa, guru dan para orang tua murid, akan berfikir. Kalau saudara kembar itu akan bebas dari masalah, setiap mereka membuat masalah seperti tadi. Itu juga akan mengrugikan saudara kembar itu, mungkin mereka tidak akan memiliki teman di sekolah ini. Mungkin mereka akan sulit menyesuaikan diri, jika rumor itu tersebar.

*****
Reza sedang duduk melamun di dalam kelasnya. Sesekali Fani mengalihkan pandangannya ke arah, Reza. Reza tidak biasanya melamun di dalam kelas, bahkan dia tidak terlalu memperhatikan ibu guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan. Reza teringat saat Finza ditampar tadi, sedikitpun Finza tidak merintih maupun menitikkan air matanya. Reza belum pernah melihat wanita setangguh Finza di luar sana. Reza berfikir untuk menaklukkan hati, Finza. Reza berfikir ini sebuah tantangan, untuk menaklukkan hati gadis keras kepala seperti, Finza. Entah apa yang sedang direncanakan Reza, hingga berfikir untuk membuat Finza jatuh cinta padanya. Fani hanya heran sendiri, ketika melihat Reza tersenyum sinis.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang