Part 13

73 7 0
                                    

Mobil Arga baru saja berhenti di rumah besar saudara kembar. Tiga saudara kembar itu tampak begitu lesuh berjalan masuk ke dalam rumah. Mereka berniat akan menikmati malam ini di luar, tapi malah dijaga oleh orang suruhan ayahnya.

"Selepas sholat kalian boleh pergi bermain keluar," ucap Arga.

"Benarkah?" jawab saudara kembar itu dengan serentak.

"Batas waktunya sampai jam sembilan, dengan satu syarat. kalian bertiga dalam pengawasanku," jelas Arga.

"Masak pakai dijaga segala. Ini 'kan malam minggu. Lagian kita bertiga bisa jaga diri kok," keluh Finza.

"Mau keluar atau belajar di rumah?" Arga memberikan pilihan yang sulit buat saudara kembar itu.

"Finza! Biarinkan saja dia ikut. Kita 'kan sudah lama tidak keluar."

"Kak Fendi benar, Finza," timpal Findo.

Finza menghela nafas kasarnya sebelum melanjutkan perkataannya. "Oke, kita turuti syaratmu itu."

"Yes ...!" teriak Fendi dan Findo senang. Akhirnya mereka bisa keluar, setelah beberapa lama di rumah karna dihukum ayahnya.

"Ayah sungguh menyebalkan!" guman Finza seraya berjalan menaiki tangga. Finza terpaksa mengikuti syarat pria itu, demi kedua saudara kembarnya. Mereka tampak begitu semangat, ketika mendengar mereka akan bersenang-senang di luar.

Malam pun tiba, tiga saudara kembar pun kini berada di sebuah wahana permainan. Mereka mulai menjelajahi tempat-tempat yang penuh dengan berbagai permainan.

"Finza, kita naik itu, yuk?" ajak Fendi seraya menujuk lingkaran besar. Wahana itu sering disebut Bianglala.

"Kalian berdua mau aku bunuh. Aku 'kan fobia dengan ketinggian. Masak kalian gak tau," jawab Finza memanyunkan bibirnya.

"Kalau begitu kamu harus di sini sama kak Arga," ucap Findo sembari menatap Arga yang berada di samping, Finza.

"Kalian kejam," jawab Finza memanyunkan bibirnya.

"Kak! Kita titip adik kita, ya?" ucap Fendi.

"Kalian tidak perlu khawatir," jawab Arga tersenyum.

"Dadah, Finza!" ucap Fendi dan Findo secara bersamaaan, lalu pergi meninggalkan Finza bersama Arga begitu saja.

"Kenapa kau tidak mencoba permainan lain. Seperti tembak-tembak atau yang lain-lain," ucap Arga menyarankan.

"Benar juga," guman Finza tersenyum sinis.

"Baiklah. Aku menatangmu empat permainan. Jika kau bisa mengalahkan skor aku. Maka kita bertiga akan mematuhi semua perintahmu, tapi jika kau kalah. Maka kau harus mematuhi semua perintah kami." Finza tampak begitu percaya diri manatang, Arga.

"Ok," jawab Arga yang tampak santai.

"Mari kita pergi," ajak Finza berjalan mendahului Arga.

"Huft! Aku pasti bisa," ucap Arga seraya berjalan menghampiri, Finza. Mereka mulai bermain tembak-tembakkan. Ronde ini Arga yang memenangkannya. Finza tak putus asa, Finza pun mencari permainan yang sulit, yaitu wahana hantu. Yang pertama keluar, dialah pemenangnnya. Kali ini dimenangkan oleh, Finza. Finza tertawa terbahak-bahak ketika melihat wajah Arga yang pucat dan keringat dingin membasahi wajahnya. Setelah itu Finza mencoba permainan mobil-mobilan, Finza begitu jago saat mengedarai mobil. Finza berfikir kali ini dia akan menang, tapi sebaliknya, ronde ketiga ini dimenangkan oleh Arga. Permainan ke empat adalah penetuan babak ini. Finza mencari permainan yang sulit, yang tidak akan dimenangkan oleh Arga.

"Aku tidak boleh kalah.   Permainan apa yang paling sulit lagi," guman Finza seraya menatap sekelingnya.

"Sepertinya itu lumayan sulit," guman Finza tersenyum sinis.

"Kita main permainan itu." Finza menujuk permainan lepar gelang.

"Baiklah," jawab Arga yang tampak kelelahan.

Mereka pun berjalan menghampiri permainan itu. Sebelum bermain, mereka membeli gelangnya dulu. Mereka harus meleparkan gelang itu ke dalam sasaranya, maka mereka akan mendapatkan hadiah. Finza tampak fokos menatap sasarannya, lalu meleparkan gelang itu.

"Sekali lagi," ucap Finza yang gagal.

"Kenapa sulit sekali!" ketus Finza yang lagi-lagi, gagal. Finza tidak putus asa, dia kembali meleparkan gelangnya hingga habis tak bersisa.

"Sial! Kenapa begitu sulit!" gerutu Finza yang kesal.

"Aku akan mencobanya," ujar Arga sembari berjalan menghampiri meja itu. Satu sasaran berhasil tepat disasaran, dua sasaran kembali tepat pada sasarannya. Membuat orang yang melihatnya kaget sekaligus kagum dengan kemapuan, Arga.  Termasuk Finza yang juga ikut melongo, saat Arga dengan mudahnya dia melemparkan gelang itu tepat sasaran.

"Terimah kasih," ucap Arga tersenyum saat pemilik itu memberikan hadiah yang berhasil dia peroleh.

"Wow! Pria itu benar-benar romantis. Dia memperoleh bonekanya untuk pacarnya," ucap seorang wanita yang iri, saat Arga memberikan boneka beruang putih kepada, Finza.

"Sayang, aku juga mau!" rengek para wanita kepada pacarnya. Perasaan yang begitu kecewa, saat Arga berhasil mengalahkannya.

"Kalian dari mana saja?" tanya Fendi dengan nafas tersengal-sengal.

"Lah, Finza! Kamu dapat boneka itu dari mana?" timpal Findo saat melihat Finza memeluk boneka besar itu.

"Jangan tanya aku!" ketus Finza sembari memberikan boneka itu kepada Findo, lalu berjalan mendahului saudara kembarnya.

"Dia kenapa?" tanya Fendi yang heran dengan sikap adiknya itu.

"Dia baru saja kalah tatangan," jawab Arga berjalan mendahului dua saudara kembar itu.

"Tantangan apa?" tanya Fendi dan Findo secara bersamaan.

"Empat permainan dengan taruhan. Siapa yang kalah maka dia akan mematuhi perintah orang yang menang, jelas Arga.

"Jadi, Finza kalah tatangan, dengan begitu dia harus mematuhi setiap perintah yang kakak berikan," ujar Fendi.

"Jadi kita berdua juga ikut dalam taruhannya, dong?" timpal Findo.

"Tepat sekali," jawab Arga tersenyum manis. Karna dengan begini, Arga dengan mudahnya menjaga tiga saudara kembar itu.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang