Part 07

83 9 0
                                    

Finza menghela nafasnya seraya menatap pria yang sudah memanggilnya itu. Perutnya yang lapar mulai membuat dia merasa kesal, karna orang itu sudah membuatnya menunda makan siangnya.

"Maaf sudah mengganggu kalian," ucap Reza tersenyum menatap saudara kembar, yang tengah berdiri di hadapannya.

"Tidak masalah, ketua," jawab Fendi yang balik tersenyum.

"Saya dengar, kalian buat masalah dihari pertama sekolah. Kalian mempermalukan kakak kelas kalian, Fani. Lalu memukul wakil ketua dan sepuluh anak lainnya," ucap Reza seraya menatap Randi dan Fani tengah duduk di sofa.

"Apa ketua ingin kami minta maaf pada mereka?" jawab Fendi yang balik bertanya kepada, Reza.

"Tentu saja, itu sudah seharusnya kalian lakukan," ucap Reza dengan nada dingin.

"Baiklah, dengan satu syarat. Jangan mencoba mengganggu kami lagi!" jawab Fendi dengan santai, tiba-tiba Reza mengerutkan keningnya.

"Maksud kalian?" tanya Reza tidak mengerti.

"Baiklah, saya lansung saja ke intinya saja. Kami tidak akan menyakiti atau menghajar orang, jika kami tidak punya alasan. Kami bukanlah orang yang suka menidas orang-orang lemah. Kami akan melawan jika orang itu mengganggu ketenangan kami. Jangan karna kami ini anak baru, jangan seolah-olah kalian sudah hebat. Kami tidak akan bikin masalah, jika mereka tidak mengganggu kami saat makan dan mau pulang!" jelas Finza dengan menatap tajam kepada Randi dan Fani.

"Apa?" ucap Reza kaget.

"Jika tidak ada lagi. Aku harus pergi ke kantin!" ujar Finza menuduk 'kan kepalanya, lalu menarik kedua saudara itu pergi dari sana.

"Hei! Aku belum selesai bicara!" bentak Reza yang kesal. Setelah beberapa menit saudara kembar itu pergi, tiba-tiba seeorang mengentuk pintu, lalu membuka pintu itu tampa menunggu aba-aba dari Reza.

Tok ... tok ... tok!

Ceklek!

"Pak kepala?" ucap Reza kaget. Saat tiba-tiba Kelvin datang ke ruangannya, dengan diikuti Fani dan Randi yang juga ikut berdiri.

"Bisa kalian pergi," ucap Kelvin kepada Fani dan Randi.

"Iya pak!" jawab mereka secara bersamaan, lalu pergi meninggalkan ruang itu.

"Kenapa bapak tiba-tiba ke sini?" tanya Reza sedikit gugup.

"Reza, kau bisa lakukan sesuatu untuk bapak?"

"Apa itu pak?" tanya Reza penasaran.

"Bapak dengar dari pemilik kantin. Jika kemaren teman-temanmu membuat masalah dengan saudara kembar. Kau bisa peringatkan teman-teman kamu lainnya, untuk tidak mengganggu tiga saudara kembar itu lagi. Ini permitaan dari pamannya sendiri," jawab Kelvin yang sontak membuat mata Reza membulat.

"Sa-saya mengerti, Pak!" ucap Reza terbata-bata.

"Bagus kalau kau mengerti." Kelvin sedikit menepuk bahu Reza, sebelum berlalu pergi meninggalkan ruangan itu. Tujuan Kelvin mengukap 'kan jati dirinya pada Reza, karna dia tidak ingin saudara kembar itu dapat masalah lagi di sekolah ini.

"Dia benar-benar membuatku kesal!" ketus Finza seraya memakan makanannya dengan lahap.

"Bisa tidak kamu pelan-pelan makannya?" ucap Findo yang khawatir Finza akan keselek makanan. Benar saja, belum sampai beberapa detik berbicara, tiba-tiba Finza terbatuk-batuk.

Uhuk ... uhuk!

"Aku sudah peringatkan kamu tadi," ucap Findo seraya mengusap punggung, Finza.

"Aku benar-benar kesal sama dia! Karna dia aku harus terlambat makan siang!" jawab Finza setelah selesai minum.

"Kesal boleh, tapi jangan kek gini juga kali," ucap Findo.

"Sudah-sudah, jangan ribut lagi. Buruan habiskan makanan kalian. Bentar lagi bel berbunyi," ucap Fendi.

Sementara itu Reza tengah berjalan mondar-mandir di ruangannya.

"Ada apa kamu manggil kita?" tanya Randi yang baru saja sampai bersama, Fani.

"Saudara kembar itu, jangan mengganggu mereka lagi. Kita bisa mendapatkan masalah besar."

"Masalah besar gimana, Reza?" tanya Randi yang tidak mengerti.

"Mereka itu keponakannya, bapak kepala."

"Jika mereka itu keponakan bapak kepala. Berarti mereka itu anak pemilik sekolah ini?" timpal Fani kaget.

"Benar sekali," jawab Reza.

"Mampus kita!" ucap Randi yang tampak khawatir, karna sudah mengganggu orang yang salah. Sekolah ini baru di bangun beberapa tahun lalu, itu sebabnya Kelvin bisa menjadi kepala sekolah di sana. Rayn tidak pernah memberitahukan pada anak-anaknya, kalau mereka sekolah di milik ayahnya. Karna Rayn tidak ingin anak-anaknya menjadi sombong, jika mengetahui sekolah ini milik ayahnya sendiri.

*****

Saat akan pulang sekolah, tiba-tiba siswa perempuan dan laki-laki lansung berkumpul di depan gerbang sekolah. Mereka begitu histeris saat melihat penulis dan pelukis yang begitu terkenal, tiba-tiba datang ke sekolah mereka.

"Bukankah itu penulis yang terkenal itu?"

"Wah ..., dia benar-benar tampan aslinya!"

"Kak-kak, boleh kita minta tanda tangan?" tanya siswa-siswa itu histeris.

"Jangam panggil kakak. Saya sudah tidak muda lagi," jawab pria itu seraya memberikan tanda tangannya.

"Kenapa sekolah ini begitu aneh? Kenapa siswa-siswa di sini suka berkumpul-kumpul depan gerbang!" ketus Finza yang kesal.

"Finza! Bukankah itu paman Difo!" tunjuk Findo seraya menujuk pada kerumunan siswa-siswa itu, Findo tampa sengaja melihat wajah pria itu yang ternyata, Difo.

"Paman!" panggil Finza begitu keras, hingga membuat Difo mencari asal suara.

"Bisa kalian memberiku sedikit ruang?" ucap Difo kepada siswa-siswa itu. Saat siswa-siswa itu mundur, tampaklah Finza yang sedang tersenyum bahagia.

"Paman!" panggil Finza yang lansung berlari ke arah Difo, lalu memeluk Difo begitu erat.

"Kapan paman kembali? Finza begitu merindukan paman."

"Paman juga merindukan kalian bertiga. Terutama si imut ini." Difo mencubit hidung Finza dengan gemas.

"Paman!" ucap siswa yang heran.

Difo sengaja datang ke sekolahnya si kembar, karna sudah tak sabar ingin bertemu dengan keponakan kembarnya itu. Difo baru saja kembali dari Amerika, setelah menyelesaikan beberapa karya novel yang sudah terkenal di mana-mana.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang