Part 28

54 6 0
                                    

Karna sudah bertemu dengan orang tuanya. Mereka berdua akhirnya makan malam bersama di restoran itu. Mereka layaknya seorang teman, yang membawa kekasih masing-masing. Setelah hampir dua puluh menit di restoran itu, mereka kembali ke mobil masing-masing.

"Hati-hati di jalan, ayah, ibu!" ucap Finza.

"Kalian juga," jawab Ratu sambil masuk ke dalam mobilnya. Mobil ayahnya berlalu pergi meninggalkan restoran itu. Finza langsung menghela nafas lega, karna ayah dan ibunya tidak menaruh curiga padanya.

"Sayang, baik-baik aja?" tanya Arga yang sontak membuat Finza tersadar dari lamunannya.

"Ya," jawab Finza singkat, sambil masuk ke dalam mobil.

Sedangkan Arga hanya mengaguk pelan, seraya menutup pintu mobil. Lalu berlari kecil menuju kursi supir, dan meninggalkan pakiran itu. Arga paham betul, jika Finza masih marah padanya, itu sebanya Finza bersikap dingin padanya. Sesampainya di rumah, tanpa menunggu Arga. Finza langsung berjalan mendahului suaminya dan bertemu dua saudaranya di lantai atas.

"Kamu dari mana, kok lama amat pulangnya?" tanya Findo.

"Dari mana, ya?" jawab Finza tersenyum jahil sama saudaranya. "Dari luar pokoknya. Kalau dikasih tau, nanti kamu juga jadi kesal sendiri," tambah Finza sambil berlalu pergi meninggalkan dua pria yang kebingungan itu.

"Kok kita yang kesal?" ucap Findo bingung.

"Tanya adik ipar aja," timpal Fendi saat melihat Arga yang baru saja sampai di lantai atas.

"Oii, adik ipar! Kalian dari mana aja? Kok baru pulang?" tanya Fendi.

"Bukan dari mana-mana. Aku masuk dulu," jawab Arga yang juga tidak menjawab rasa penasaran mereka berdua.

"Aku kesal, karna mereka tidak memberitahu kita dari mana!" Findo menjambak rambutnya sendiri.

"Fin, adek terlihat aneh. Matanya sebab seperti habis nangis dan suaranya parau. Kamu curiga gak, kalau adek habis nangis?"

"Kenapa pula dia nangis, coba? Finza itu gadis yang gak lebay. Kalau si Arga berani buat Finza nangis dan sedih. Dia harus berusan dengan kita!" Findo menepuk dadanya. 

"Benar juga," jawab Fendi mengaguk pelan.

"Yaudah, ayok kita makan?" ajak Findo merangkul bahu Fendi dan akhirnya mereka turun ke lantai bawah.

Sementara itu, Finza lebih memilih membaringkan badannya, dibandingkan mandi dahulu. Finza benar-benar lelah kali ini. Berjalan saja sudah tak sanggup.   Ini soal perasaan, wajar saja Finza merasa begitu. Apalagi ini cinta pertamanya Finza. Meskipun dia belum tau soal perasaannya sendiri.

Arga baru saja selesai mandi, dan dia melihat istrinya yang sudah tertidur pulas. Arga pun berjalan menghampri istrinya itu. Perasaan bersalah, terus menghampirinnya. Bagaimana bisa dia menyakiti istri kecilnya ini? Seharusnya dia menolak tawaran Mama, Dilla. Mau gimana lagi, nasi sudah menjadi bubur.  Dia sudah terlanjur menyakiti istrinya.

"Kenapa kakak belum tidur?" tanya Finza yang tiba-tiba terbangun, saat Arga menyentuh wajahnya. Finza pun mengeserkan badannya ke tengah, dan membiarkan Arga tidur di sampingnya. Setelah Arga tidur di sampingnya, Finza pun mengambil sebelah tangan Arga. Lalu tidur di atas lengan Arga dan melingkarkan tangannya di pinggang kekar milik Arga.

"Maaf!" ucap Arga.

"Iya," jawab Finza singkat, dan mereka berdua pun tertidur untuk menyambut hari esok.

Kesokaan harinya ...

Finza baru saja terbangun dari tidurnya. Dia merasakan badannya sedikit panas, ditambah lagi Finza juga merasa tidak enak badan. Setelah mandi dan melaksanakan sholat subuh. Finza langsung memakai seragam sekolahnya, dan mengambil buku yang akan dibawa hari ini.

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang