Part 08

76 8 0
                                    

Mobil Difo baru saja sampai di rumahnya saudara kembar itu. Salah satu penjaga langsung berlari kecil menghampiri mobil Difo, dan membuka 'kan pintu mobil untuk saudara kembar. Finza begitu senang bertemu dengan pamannya itu, hingga tidak mau melepaskan tangan, Difo. Finza mengadeng tangan Difo berjalan masuk ke dalam rumahnya, hingga dia melupakan saudara kembarnya itu.

"Aku merasa telah diacuhkan oleh adikku."

"Kau benar, Findo," timpal Fendi.

"Tidak apa-apa. Setidaknya kita masih bersama," ucap Findo seraya merangkul bahu Fendi, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

Rumah saudara kembar saat ini benar-benar ramai, yang biasanya hanya ada beberapa pelayan dan penjaga. Kali ini, keluarga besar itu kembali berkumpul. Anak-anak kecil berlari di ruang utama, mereka tampak begitu senang ketika berkumpul kembali. Sementara para istri, tengah sibuk memasak di dapur. Difo sudah menikah beberapa tahun lalu, dengan salah satu penggemarnya dan dikaruniai dua orang putra-putri yang cantik dan tampan.

"Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam," jawab seorang wanita tua. Seraya berjalan menghampiri seorang pria, yang bersama dengan istri dan putranya.

"Bagaimana dengan kabarnya, ibu?" ucap Kelvin seraya mencium tangan wanita tua itu,  dan diikuti oleh anak dan istrinya.

"Alhamdulillah, ibu baik-baik saja," jawab wanita tua itu dengan tersenyum tipis. Dia adalah Luna, meskipun sudah menjadi tua, Luna masih terlihat cantik. Luna sering mengalami sakit, dan mengharuskan Luna harus didorong menggunakan kursi roda, oleh seorang suster pribadinya.

"Paman!" panggil seorang wanita cantik, yang tak lain, Finza yang tengah berjalan turun dari tangga.

"Finza! Itu bahaya!"  ucap Kelvin yang khawatir, saat Finza berjalan begitu cepat di tangga.

"Paman, Finza benar-benar merindukan, paman." Finza lansung memeluk Kelvin begitu erat.

"Hehehe ..., bukannya baru kemaren kita bertemu," jawab Kelvin tertawa, seraya membelai kepalanya, Finza.

"Pokoknya, Finza rindu paman!" ujar Finza yang semakin mempererat pelukkannya.

"Mas, aku bantu-bantu Ratu dan Dea dulu, ya?" Kelvin hanya membalas dengan anggukkan pelan. Sedangkan Luna juga ikut pergi meninggalkan ruang utama itu.

"Papa, aku pergi tempat kakak dulu, ya?" ucap putra sulung Kelvin, berlalu pergi menuju tempat para anak-anak sedang bermain, game, dan lain-lainnya. Rumah Rayn dilengkapi berbagai fasilitas mewah, dan ruangan yang sudah disediakan untuk anak-anak bermain. Putra sulung Kelvin bernama Boby Adreas Pratama, yang baru menginjak usia 14 tahun. Dia lebih muda tiga tahun dari tiga saudara kembar.

"Pergilah," jawab Kelvin yang tampak sedang mengalami sesak nafas, karna pelukkan dari, Finza.

"Finza, sampai kapan kamu akan memeluk paman?" ucap Kelvin yang susah payah berbicara.

"Maafkan Finza, paman," jawab Finza melepaskan pelukkannya.

"Ah, benar. Paman aku ingin mengatakan sesuatu pada paman."

"Apa itu?" jawab Kelvin penasaran.

"Kita bicara sambil duduk aja ya, paman?" ucap Finza sembari mengajak Kelvin duduk du sofa.

"Kamu mau bicara apa? Sepertinya serius benar," tanya. Kelvin ketika sudah duduk di sofa.

"Paman! Kenapa di sekolah kita, anak-anaknya pada bandel semua? Mereka berbuat sesuka hati mereka. Mereka juga mengerjai wali kelas tadi siang. Apa itu tidak masalah?" jelas Finza.

"Eum ..., paman akan memikirkannya besok. Kamu tidak perlu khawatir lagi tentang itu," ujar Kelvin tersenyum.

"Kelvin!" panggil Rayn yang tiba-tiba muncul dari pintu.

"Ayah!" ucap Finza yang lansung menghampiri Rayn, lalu memeluknya.

"Weh, tumben anak ayah meluk. Biasanya gak pernah tuh. Pasti ada maunya, 'kan?"

"Gak kok. Finza kangen aja pengen meluk ayah," jelas Finza seraya memanyunkan bibirnya.

"Paman Difo, mana?" tanya Rayn yang tidak meliha, Difo.

"Paman lagi bermain sama Cinta, Boby, Andi, kak Findo, kak Fendi, di ruang bermain." Yuna menyebutkan satu persatu nama-nama mereka.

"Begitu ya," jawab Rayn mengaguk pelan.

"Finza mau ke ruang bermain dulu. Ayah bisa dengan tenang ngobrol sama, Paman,"  ucap Finza berlalu pergi meninggalkan ruang utama.

"Gak terasa mereka sudah pada besar sekarang. Waktu berlalu begitu cepat," ucap Kelvin menyadarkan punggungnya ke sofa, seraya menatap Finza berlalu pergi.

"Kau benar," jawab Rayn tersenyum tipis.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang