•••••
Fendi dan Findo baru saja kembali dari rumah sakit dan melihat Rayn yang tengah membaca koran di sofa. Mereka sepertinya ingin mengatakan sesuatu pada Rayn, tapi mereka berdua tampak ragu-ragu berjalan menghampiri ayahnya."Kau yakin ayah akan menerima saran dari kita?" tanya Findo sembari menatap ayahnya.
"Kita coba aja dulu," jawab Fendi sembari menarik tangan Findo berjalan menghampiri ayahnya.
"Ayah!" panggil Fendi yang tampak ragu-ragu.
"Iya, ada apa?" tanya Rayn menatap kedua anaknya, yang sedang berdiri di depannya.
"Kita berdua ingin berbicara sesuatu ayah, tapi ayah jangan marah dulu, ya?" ujar Fendi, sedangkan Findo hanya diam saja.
"Iya-iya. Ayah gak akan marah. Sekarang ngomong sama ayah," jawab Rayn sembari meletakkan korannya di atas meja. Mereka berdua pun duduk di sofa depan ayahnya, karna itu lebih sopan saat berbicara.
"Begini ayah ...," ucap Fendi yang mulai bicara. "Sebenarnya kita berdua, tidak yakin kalau Enjel ingin mencelakai Finza. Soalnya Enjel tidak punya alasan untuk itu. Lagian kita 'kan cuma dengar dari para siswa di sana. CCTV juga tidak ada sebagai buktinya saat itu. Jangan-jangan benar kata Enjel, kalau kakinya sengaja disandung seseorang?"
"Semenjak hari itu. Enjel dibuli oleh siswa-siswa di sana, ayah. Sampai-sampai Enjel mau bunuh diri. Untung Fendi cepat menyelamatkannya," timpal Findo.
Sementara Rayn hanya diam saat mendengar penjelasan anak-anaknya itu, yang ada benar juga. Rayn hanya terbawa emosi saat itu, saat melihat putri satu-satunya terbaring koma di rumah sakit. Namun, sekarang setiap tangga diberi CCTV, bukan lorong-lorong sekolah dan kelas saja.
"Besok ayah akan pergi ke sekolah. Sebaiknya kalian berdua pergi istirahat sekarang," ucap Rayn kepada anak-anaknya.
"Baik ayah," jawab mereka serentak.
"Selamat malam, ayah!"
"Selamat malam juga," jawab Rayn tersenyum.
•••••
Dilain waktu, Ratu tengah menyuapi putrinya makan bubur ayam. Meskipun tidak ingat siapa dirinya, kalau soal makan pasti nomor satu. Finza makan bubur itu dengan lahap, hingga isi mangkok itu habis tak bersisa.
"Benar-benar enak," ucap Finza tersenyum manis.
"Benarkah? Syukurlah kalau putri ibu suka," jawab Ratu sembari menyelipkan rambut putrinya.
Ceklek!
Arga baru saja kembali dari luar, dia pun berjalan menghampri istri dan ibu mertuanya itu.
"Ibu ... ibu istirahat saja di rumah. Finza biar Arga yang jaga," ucap Arga tersenyum.
"Kamu gak capek apa? Sebaiknya kamu aja yang pulang. Finza biar ibu aja yang jaga malam ini."
"Gak usah ibu. Kakak benar, ibu harus istirahat di rumah. Kasihan ayah gak ada nemanin tidur," potong Finza tersenyum manis.
"Yaudah, ibu pulang dulu. Kalian hati-hati di sini, ya?" ucap Ratu bangun dari kursi, lalu mencium kening putrinya.
"Hati-hati di jalan, Ibu!" ucap Arga memberikan tas milik ibu mertuanya, lalu menyalami tangan ibu mertuanya.
"Dadah, ibu!" Finza melambaikan tangannya seraya tersenyum manis.
Setelah Ratu pergi, Arga kemudian duduk di kursi. Lalu mengambil beberapa obat untuk istrinya, lalu memberikan kepada istrinya. Sedangkan Finza menelan air slivannya dengan susah payah, saat melihat butir obat yang besar-besar. Finza tampak ragu-ragu, saat mengambil obat itu. Finza mencoba menelan obat itu, tapi obat itu kembali keluar dari mulutnya.
"Aku gak bisa makannya," rengek Finza memanyunkan bibirnya. Arga pun tersenyum melihat istrinya dan dia pun mengambil obat itu kembali dari tangan istrinya. Tak ada rasa jijik baginya, saat memakan obat yang sudah dimakan oleh istrinya. Sedangkan Finza hanya bingung, saat melihat yang dilakukan suaminya. Arga memegang tekuk leher Finza, lalu melakukan yang sama seperti hari itu. Akhirnya Finza bisa menelan obat itu, dengan batuan dari Arga.
"Pahit!" ucap Finza memejamkan matanya. Arga pun memberikan segelas air putih dan Finza langsung meminum itu hingga habis.
"Aku gak mau makan obat lagi. Rasanya benar-benar pahit," ketus Finza sambil memberikan gelas kepada Arga.
"Yang manis ini," ucap Arga sambil menujuk bibirnya.
"Manis apaan. Pahit sama kayak obat ini!" ketus Finza.
"Hmmm! Kemaren gak dikasih, ngacam!" ujar Arga tersenyum sinis.
"Benarkah?" tanya Finza tak percaya.
"Hmmm," balas Arga berdeham.
"Ok, awas kalau bohong. Aku jitak jidad kakak sampai merah!" ancam Finza yang masih galak kayak kemaren.
Cup!
Benda kenyal milik Finza menempel di bibir merah muda milik Arga. Benar saja, dia lansung ketagihan saat pertama kali, dan itu membawa keberuntungan untuk Arga. Semenjak Finza koma, dia tidak bisa merasakan nikmat ciuman dari bibir Finza.
Malam pun berlalu begitu saja, dan cahaya matahari mulai menyinari bumi ini. Orang-orang mulai kembali beraktifitas, begitu pun dengan sekolah. Para murid tampak begitu terburu-buru berjalan masuk ke dalam kelas. Langkah mereka langsung terhenti, ketika Enjel kembali pergi sekolah bersama dengan Fendi.
"Dia sudah gila, apa?"
Kalau jadi aku, gak akan pernah mau maaffin orang yang sudah mencelakai adikku!"
Ujar para siswa-siswa yang kesal, ketika melihat Enjel kembali akrab dengan dua saudara kembar.
"Sudah, jangan pikirkan omongan mereka. Mulai saat ini, kita berdua bakal melindungimu. Sebagai tanda permintaan maaf kita berdua," ucap Fendi tersenyum dan diikuti oleh Findo.
"Makasih," jawab Enjel yang kembali tersenyum. Mereka berdua membalas dengan anggukan pelan.
Sesampainya di kelas, Enjel melihat meja yang sudah penuh dengan sampah. Fendi dan Findo bergegas membersihkan meja Enjel dan memasukkan sampah itu ke dalam tong sampah.
"Kalian sudah gila, ya? Kenapa kalian masih mau baik sama orang yang sudah celakai kembaran kalian?" bentak Yulia.
"Kalian salah, Enjel tidak mencelakai adikku. Seseorang sudah menyandung kakinya dan adikku melihat orang itu!" jawab Fendi dengan nada dinginnya.
Deg!
Jantung Yulia langsung berpacu dengan cepat, ketika mendengar Finza melihat pelaku. Dia saat ini benar-benar panik. Apa yang akan terjadi jika itu memang benar?
"Aku pergi toilet dulu, ya? Tiba-tiba perutku sakit," ucap Yulia dengan gugup dan berlalu pergi begitu saja.
"Yulia, bentar lagi ibu guru masuk!" ucap seorang siswa, tapi Yulia tidak menghiraukan perkataan dari temannya.
Itu membuat Fendi dan Findo curiga, saat melihat wajah Yulia yang tiba-tiba pucat.•••••
Saat pelajaran sedang berlangsung, tiba-tiba Enjel dipanggil oleh salah satu guru, untuk pergi ke ruang kepala sekolah. Tentu saja Enjel merasa takut, karna ini sudah hampir satu bulan dan pikirannya mulai melayang ke mana-mana. Enjel menatap ke arah dua saudara kembar dan mereka tersenyum kepada Enjel. Itu sudah membuat pikirannya kembali tenang dan dia pun mengikuti guru itu ke ruang kepala sekolah.Tok ... tok ... tok!
Guru itu mengentuk pintu sebelum masuk ke dalam ruang kepala sekolah, dan tampaklah Rayn, Ratu, Kelvin dan seorang wanita paruh baya.
"Ibu!" panggil Enjel yang tiba-tiba menangis dan memeluk ibunya itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Kehakiman {TAMAT}
RomanceMasih lanjutan dari My Husband Is A Bos Mafia. Cerita ini hanya diperankan oleh anak-anak Ratu dan Rayn, yang bercerita tentang sikembar tiga yang memiliki hobi berkelahi dan bikin geleng-geleng kepala dengan kelakuan mereka. Setelah membuat masala...