Part 40

54 6 0
                                    

•••••

Suasana kelas 2C benar-benar begitu berisik, karna guru yang akan mengajar sedang sakit. Mereka begitu asik mengobrol dan ada juga yang memakai riasan di kelas. Yulia tampak begitu asik mengobrol dengan teman-temannya, dia tertawa terbahak-bahak saat ada hal lucu yang di ceritakan oleh teman-temannya. Namun tawa itu seketika berhenti, saat tiga saudara kembar menghampiri mejanya.

"Yulia!" Finza meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Aku sudah memberimu waktu dua minggu untuk mengakui kesalahanmu, tapi malah kau sia-sia 'kan kesempatan itu. Sekarang aku sudah tidak bisa membiarkanmu lagi!" ujar Finza dengan tatapan tajam.

"Apa maksudmu?" tanya Yulia tidak mengerti.

"Bukankah saudaraku sudah memperingatkanmu, kalau aku melihat pelakunya?" jawab Finza yang balik bertanya.

Deg!

"A--pa maksudnya?" tanya Yulia yang mulai gelapan.

"Jangan pura-pura gak tau. Kau pikir aku gak tau, kalau kau yang menyandung kaki, Enjel? Malah nyalahin orang lain lagi! Aku benar-benar jijjk dengan sikap kau itu!" bentak Finza dengan menekan 'kan setiap kata. Kelas yang tadi berisik kini berubah menjadi tenang.

"Kalian juga ...," kini Finza beralih menatap seluruh siswa di dalam kelas itu. "Kalian malah menuduh orang tanpa bukti. Yang pembunuh itu bukan Enjel, tapi kalian semua!" bentak Finza dengan nafas yang turun naik.

"Kenapa kalian malah diam sekarang?!" teriak Finza dengan sangat marah. "Apa Enjel benar-benar sejahat itu? Apa dia pernah mengganggu kalian? Apa karena dia anak miskin, hingga pantas kalian mengucilkannya?"

"Finza! Karena kau anak dari pemilik sekolah, bukan berarti kau seenaknya menuduhku!" bentak Yulia sambil bangun dari kursinya.

"Benarkah? Seandainya yang jatuh saat itu Enjel dan bukan aku. Apa kau akan menyalahkanku sama seperti kau menyalahkan, Enjel?" jawab Finza yang balik bertanya. Yulia tampak kebingungan mencari jawaban, karna dirinya sudah kehabisan kata-kata.

"Karena sebentar lagi ujian naik kelas. Aku minta kau mengakui kesalahanmu itu besok ke semua siswa sekolah ini. Jika tidak kau lakukan, aku akan melaporkan kau ke polisi atas percobaan pembunuhan dan pencemaran nama baik. Camkan itu!" ucap Finza. Bagaikan disambar petir siang bolong, saat Finza mengacamnya akan memasukkan dirinya ke kantor polisi, jika dia tidak mengakui kesalahannya. Namun itu juga akan merugikannya, karna semua siswa SMA Kehakiman akan membulinya. Yulia bagaikan sedang dilema. Memilih masuk penjara atau mengakui kesalahannya.

Setelah memikirkan seharian penuh. Akhirnya, Yulia lebih memilih mengakui kesalahannya dibandingkan masuk ke penjara. Dia tidak ingin merasakan dinginnya dibalik jeruji besi. Semenjak itu juga, Yulia lebih memilih pindah sekolah keluar negri. Semua pihak sekolah juga meminta maaf kepada Enjel dan Enjel mendapatkan beasiswa pendidikan hingga dia kuliah. Itu semua ditanggung oleh Rayn dan pemerintah juga memberikan rumah yang layak dan modal usaha untuk ibu Enjel.

••••••

Seminggu kemudian, seluruh sekolah mengadakan ujian naik kelas dan semua siswa tampak begitu bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Tiga saudara kembar belajar siang dan malam. Mereka ingin memberikan nilai yang memuaskan untuk kedua orang tuanya dan orang yang dicintainya. Rayn dan Ratu sangat bangga dengan perubahan anak-anaknya. Mereka bertiga tumbuh menjadi orang lebih dewasa dan bertanggung jawab. Mereka tidak lagi membuat orang yang mecintainya merasa kecewa, melainkan bangga dengan mereka. Hingga waktu berlalu begitu cepat. Ujian naik kelas telah usai beberapa minggu lalu. Pihak sekolah juga mengadakan beberapa kurikulum, seperti lomba voli, bulu tangkis, renang dan lain-lainnya. Fendi mengikuti lomba berenang, karna dia ingin menjadi atlet renang. Findo mengikuti lomba memasak, karna dia memang jago memasak. Sementara Finza tidak memiliki bakat apapun, dia hanya tau cara dalam bela diri saja. Sedangkan Enjel mengikuti lomba melukis, karna dia memang hobi melukis. Setelah mengikuti acara itu dua minggu penuh. Semua orang tua murid disuruh ke sekolah dan pembagian rapor pun dimulai.

"Ayah, ibu!" teriak tiga saudara kembar menghampiri mereka yang baru saja sampai di sekolah.

"Nenek gak ikut?" tanya Findo saat tidak melihat Luna.

"Nenek 'kan harus istirahat banyak. Apalagi kesehatan nenek akhir-akhir sedikit buruk," jelas Ratu berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Hmmm!" mereka berdeham secara bersamaan.

Acara penerimaan rapor pun dimulai, semua orang tua murid dan murid duduk di sebuah ruangan yang besar. Para guru mulai menjelaskan tingkah laku para murid selama di sekolah dan Rayn juga menceritakan tingkah anak kembarnya dan mengucapkan terima kasih atas kepercayaan sudah diberikan oleh orang tua murid. Setelah hampir beberapa menit kemudian, pengumuman untuk anak yang terbaik pun dimulai. Mereka mulai memanggil anak-anak terbaik satu persatu, hingga nama salah satu sikembar juga ikut terpanggil.

"Peringkat 1 dikelas 2-IPA³ dengan nilai rata-rata 97,5 jatuh kepada ... Fendi Wijaya!" teriak guru dari depan. "Dia juga memenangkan pertandingan berenang beberapa hari lalu," tambah guru itu lagi.

Semua orang yang berada di dalam ruangan memberi tepuk tangan yang meriah.  Karna Fendi memiliki nilai yang tertinggi dari anak-anak lainnya. Fendi berjalan dengan tersenyum manis menuju atas panggung dan Fendi menerima bunga dan sertifikat.

"Ibu ... apa sekarang ibu sudah bangga memiliki kami bertiga!" teriak Fendi dari atas panggung, sambil menunjukkan piala dan piagam keberhasilannya. Ratu tidak bisa mengukapkan bagaimana dia bangga dan hanya  air matanya mengisyaratkan. Sementara dua saudara kembarnya dan beberapa orang lain juga ikut terharu. Rayn pun berjalan menghampri anaknya dan langsung memeluk anaknya begitu erat.
"Ayah banmemiliki kalian bertiga," ucap Rayn yang juga ikut menangis.

"Terima kasih sudah menjadi ayah dari kita bertiga," ujar Fendi dengan suara serak.

"Sama-sama,  putraku. Terimah kasih juga sudah menjadi pelengkap dan penyemangat hidup kami."

Semua orang juga ikut terbawa suasana, karna menyaksikan bagaimana sekolah ini mengubah anak yang nakal dan kini mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Ini bukan tentang bagaimana sekolah mendidik anak murid. Melainkan ini tentang bagaimana murid menanggapi ajaran dari gurunya dan bagaimana cara gurunya mengajari mereka.

Setelah acara itu selesai, semua murid-murid dan para orang tua keluar dari dalam ruangan itu. Bagi murid-murid yang tidak termasuk tiga besar. Mereka akan mengambil rapor di kelas masing-masing. Ratu dan Rayn tengah menunggu anak-anaknya di mobil. Setelah beberapa menit, tiga saudara kembar keluar dari kelasnya. Mereka menghampri ke dua orang tuanya di mobil dan memperlihatkan hasil rapornya. Finza naik kelas dengan nilai pas, tidak lebih tidak kurang. Findo mendapatkan sepuluh besar dan piagam atas lomba memasaknya. Meskipun Finza tidak masuk sepuluh besar, keluarganya selalu menyuruh Finza lebih semangat lagi ke depannya. Ada yang membuat Finza begitu kecewa, karna tidak datangnya Arga ke sekolah. Finza benar-benar tampak begitu sedih, dia lebih memilih di kamar semenjak pulang sekolah. Dia berharap Arga datang ke sekolahnya dan memberikan selamat padanya, tapi Arga malah tidak datang. Meskipun dia sudah berjanji akan datang ke sekolah seminggu lalu.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang