Part 12

69 7 0
                                    

Finza dan Arga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Finza dan Arga

Fendi dan Findo*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fendi dan Findo
*****

Saat ini saudara kembar sedang sarapan bersama dengan keluarganya, sebelum berangkat ke sekolah. Finza memakan roti bakarnya dengan lahap, begitu pun dengan Fendi dan Findo.

"Fendi, Findo, Finza! Nanti ibu, nenek dan ayah, akan pergi ke Bogor. Kalian gak apa-apa 'kan tinggal di rumah?" ucap Ratu memecahkan kesunyian.

"Berapa hari ibu di Bogor?" tanya Fendi.

"Eum ..., dua mingguan lah," jawab Ratu. "Gak apa-apa ' kan kalian tinggal di rumah?"

"Gak apa-apa kok, ibu. Ibu gak perlu khawatir soal kita," timpal Finza dengan tersenyum.

"Kalian gak akan melakukan hal-hal aneh, 'kan? Selama ayah, ibu dan nenek pergi?" tanya Rayn yang sedari tadi hanya diam.

"Gak kok ayah. Kita bertiga tidak akan buat masalah selama ayah pergi," timpal Findo.

"Bagus lah kalau begitu. Ayah tidak perlu khawatir lagi," ujar Rayn mengaguk pelan.

"Ayah, ibu! Kita berangkat ke sekolah dulu." Mereka bertiga pun bergantian mencium punggung tangan, Rayn dan Ratu.

"Sama nenek jangan lupa pamit." Ratu sedikit meninggikan nada suaranya, saat anak-anaknya berlalu pergi.

"Iya ibu!" jawab mereka secara bersamaan.

"Aku khawatir mereka akan buat masalah selama kita pergi."

"Sayang gak perlu khawatir soal itu. Percayakan saja sama, kakak," timpal Rayn tersenyum manis.

"Iya sayang," jawab Ratu mengaguk pelan.

Mereka terpaksa pergi ke Bogor, karna Luna ingin berlibur di vilanya. Lagipun, Rayn ingin menguji anak-anaknya.
Mampukah mereka tidak buat masalah selama Rayn dan Ratu tidak ada?

*****

Kelas 2C tampak begitu tenang. Semua murid mengikuti pelajaran dengan tenang. Tak ada yang berbicara, semuanya diam memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan. Finza menjadi lebih fokos mendengarkan pelajaran, karna tak ada yang berisik. Beberapa jam kemudian, bel tanda istirahat pun berbunyi. Kelas 2C kembali menjadi berisik. Semua siswa bergegas untuk keluar dari kelas. Mereka pergi ke kantin, taman, dan lain-lain. Finza pun memasukkan bukunya ke dalam tas. Finza merasakan perutnya yang berbunyi karna lapar. Finza pun mengajak saudara kembarnya pergi ke kantin. Sesampainya di kantin, Finza pun mencari tempat yang kosong. Sedangkan Fendi dan Findo memesan makanan. Ruangan itu lumayan berisik, karna para siswa sedang bercengkrama.

"Makanannya datang," ucap Fendi seraya meletakkan mangkok yang berisi mie ayam dan es teh di atas meja. Finza lansung menyeruput es teh itu, karna Finza sedang kehausan.

"Ah ..., leganya," ucap Finza sembari meletakkan es teh itu kembali.

"Finza! Bukannya mulutmu kamu lagi sakit?" tanya Findo saat melihat Finza memasukkan saus cabai dan cabai giling ke dalam mangkoknya.

"Kalau tidak pedas tidak seru," jawab Finza.

"Biarin aja dia. Yang rasakan sakitnya dia, bukannya kita," ujar Fendi  yang mulai memakan mie ayamnya.

"Huwa! Pedas juga ni," ucap Finza seraya mengibaskan tangannya di depan mulutnya.

"Dibilangin bandel!" ketus Findo. Saat mereka sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba Reza menghampiri meja mereka bersama dengan Randi.

"Kita boleh gabung, gak?" tanya Reza dengan lembut. Saudara kembar itu pun menatap, Finza.

"Silahkan senior," jawab Finza dengan sopan. Finza pun sedikit menggeser 'kan duduknya, agar mereka berdua mendapatkan tempat duduk.

"Apa kamu baik-baik saja setelah ditampar kemaren?" tanya Reza.

"Tentu saja, senior," jawab Finza tersenyum manis.

"Maaf atas perlakuan kami saat itu. Seharusnya saya mendengarkan kalian dulu sebelum mengambil tindakan," ujar Reza.

"Tidak apa-apa, senior. Kita bertiga juga minta maaf. Ya 'kan, kak?" Finza pun menatap ke dua saudara kembarnya.

"I--ya senior," jawab saudara kembar itu dengan gugup.

"Saya juga minta maaf soal waktu itu," ujar Randi dengan lembut.

"Tidak apa-apa, senior. Sebaiknya kita lupakan tentang waktu itu. Mari kita makan," ajak Finza. Dalam hati Finza berkata. "Ganggu orang makan aja."

*****

Waktu pun berlalu begitu saja. Seorang pria berpakaian serba hitam tengah duduk di atas kap mobil. Sesekali dia melirik arloji, lalu menatap ke depan. Dimana para siswa tengah berjalan dengan santai keluar dari gerbang sekolah. Para siswa langsung terhenti ketika melihat pria tampan itu. Pria itu tampak cuek saat siswa itu membicarakannya.

"Siapa dia?"

"Astaga dia begitu tampan."

"Apa gak kepanasan dia?"

"Kok dia mirip Oppa Korea, ya?

"Dia benar-benar sempurna?"

"Kok akhir-akhir ini banyak yang tampan datang ke sekolah ini?"

Disaat itu juga, saudara kembar baru saja keluar dari dalam sekolah.

"Omong-omong sepulang sekolah. Kita pergi kemana?" tanya Fendi.

"Kita pergi ...," Finza pun menjeda perkataannya yang semakin membuat saudaranya penasaran. "Bersenang-senang pokoknya," tambah Finza dengan penuh semangat.

"Oke," jawab Fendi dan Findo serentak.

"Gak sabar mau pulang," ujar Findo yang tampak senang, saat memikirkan tentang waktu yang menyenangkan selama ayahnya pergi. Saat asik-asiknya mereka tertawa, tiba-tiba pria tampan tadi menghampiri mereka.

"Kalian putra-putri, Bos Rayn Wijaya?"

"Iya," jawab mereka serentak.

"Saya Arga Ardiansyah. Orang yang akan menjaga kalian, selama Bos Rayn pergi."

"Apa?" jawab mereka serentak. Bagaikan disambar petir di siang bolong. Rencana yang akan mereka lakukan malam ini, gagal total.

"Tu--an pasti bohong, 'kan?" tanya Finza yang masih tak percaya.

"Saya akan menelpon Bos, jika kalian tidak percaya." Arga pun mengeluarkan ponselnya di dalam saku celana, lalu menekan layar ponselnya.

"Sudah tersambung," ujar Arga seraya memberikan ponselnya pada, Finza. Finza pun mengambil ponsel itu dengan tangan bergetar, lalu melihat meletakkan telpon itu di dekat telinganya.

"Hallo, Ayah!"

"Ohw, kalian sudah bertemu dengan Arga, ya? Arga akan menjaga kalian selama ayah pergi," ucap Rayn dari dalam telpon.

"Ayah bencanda, 'kan?" timpal Finza.

"Mana mungkin ayah bercanda. Kalian harus nurut sama, Arga."

"Ayah ...!" Rayn cukup menjauhkan ponselnya dari telinga, karna suara yang hampir memecahkan gedang telinganya.

"Ayah tutup dulu telponnya. Selamat bersenang-senang anak-anakku," ucap Rayn tertawa seraya mematikan telponnya.

"Sayang ini," ucap Ratu geleng-geleng kepala. Patesan saja dia tidak terlalu khawatir, ternyata ada orang yang menjaga anak-anaknya saat mereka tidak ada.

Bersambung....

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang