Saat sedang asik-asinya makan, tiba-tiba seorang pria tampan mengeprak meja dengan kedua tangannya.
"Hei! Jadi anak baru itu jangan sok belagu! Kalau tidak ingin mendapatkan masalah dari kita!" bentak pria itu.
Saudara kembar itu tidak mempedulikan perkataan pria itu. Mereka lebih mempedulikan mengisi perutnya yang kosong. Karna merasa di acuhkan, pria itu mengambil makanan milik Finza, lalu membuang ke lantai.
"Kalau orang ngomong ditatap, bukan dicuekin. Kalian tidak di ajarkan sopan-santun sama orang tua kalian ya?" ucap pria itu tersenyum miring, seraya meletak 'kan kembali piring itu.
Sementara Finza hanya bersedekap dada, seraya menyadarkan punggungnya ke kursi. Sesekali, Finza mengosok hidungnya karna gatal dan menatap pria yang sedang mengomel dengan wajah tenang.
Sedangkan Findo hanya menopang kepalanya dengan tangan di atas meja, dan sesekali menguap karna mengantuk. Saudara kembar itu bagaikan sedangkan mendengarkan sebuah pelajaran yang amat membosankan. Membuat saudara kembar itu menjadi sorotan oleh siswa di kantin."Wah ..., mereka itu gak takut apa?"
"Jika mereka tau orang yang dihadapi, ketua osis di sekolah ini. Pasti mereka kencing di celana." Bisik siswa-siswa yang berada dalam kantin itu dan masih banyak lagi.
"Kalian pengen dihargai?" Finza mulai membuka suara. "Maka hargai orang itu dulu, dan kalian akan dihargai oleh orang itu. Kalian tanya sopan-santun kami. Kalian yang mengganggu orang sedang makan itu, sopan gak? Datang ke sini, ngomel-ngomel gak jelas. Kayak bapak guru yang lagi menerangkan pelajaran yang membosankan!" tambah Finza dengan tersenyum sinis. Perkataan Finza, semakin membuat darah pria itu naik.
"Apa kau bilang jal*ng? Kau pikir sedang berhadapan dengan siapa! Aku ini wakil ketua osis di sekolah ini! Jadi, perhatikan cara bicaramu!" bentak pria itu dengann meletak 'kan tangannya di atas meja.
"Berapa lama lagi kak?" tanya Findo yang mulai bosan dengan bacot*n pria itu.
Gelas yang sedari tadi dipegang Fendi, berubah menjadi pecahan kaca saat tangannya menggemgam begitu erat. Hingga membuat orang yang berada di sana merasa ngeri, saat melihat darah yang mulai mengalir di tangan kiri, Fendi.
"Sebenaranya ...," Fendi bangun dari kursi, lalu berjalan menghampiri pria itu. "Aku tidak ingin mencari masalah di sekolah ini. Akan tetapi, aku tidak bisa melihat orang yang berlaku tidak sopan kepada adik-adikku!" tambah Fendi seraya memegang dasi pria itu.
"Kau!" bentak Fendi sembari menarik dasi pria itu, sedangkan tangan satu lagi sudah siap memukul pria itu. "Jika di diamin makin melonjak! Kita di sini memang anak baru, tapi jangan pikir kalian bisa mengganggu ketenangan kami!"
Bughk!
Satu pukulan yang cukup keras mendarat di wajah pria itu, hingga membuat pria terhuyung."Wow!" semua orang kaget dibuatnya.
"Maaf atas pukulannya, tiba-tiba tangan refleks. Ohya, senior! Jangan salahkan jabatanmu di sekolah ini!" Fendi pun menepuk bahu pria itu, sebelum berlalu pergi dan diikuti kedua adiknya.
"Sekali lagi kalian berani mengganggu ketenangan kami. Jangan harap kalian bisa hidup tenang!" Finza membisik 'kan itu tepat di telinga wanita yang ditemuinya di lorong tadi.
"Fani, kamu baik-baik saja?" tanya teman sekelas saudara kembar itu. Setelah saudara kembar itu berlalu pergi meninggalkan kantin.
"Aku baik-baik saja," jawab wanita itu sedikit gugup. Fani Fayulanda, anak kelas 3A, sekaligus pacar ketua osis.
"Randi, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Fani saat melihat bibir pria itu berdarah.
"Jangan sentuh aku!" ketus pria itu yang kesal, karna sudah dipermalukan oleh anak baru, terutama mereka itu adik kelasnya sendiri.
Randi Eka Putra, wakil ketua osis di sekolah ini. Randi memiliki tempramen yang tinggi, dan paling suka mencari keributan, terutama anak baru.
Sementara dilain waktu, Finza sedang membersihkan luka Fendi di dalam kelas. Mereka meminjam kotak P3K yang ada di UKS. Fendi tampak biasa saja, saat Finza membersihkan lukanya dengan tisu yang sudah dibasahi air alkohol. Tidak sekalipun Fendi merintih kesakitan, saat tisu itu menyentuh luka yang cukup parah di telapak tangannya. Setelah selesai membersihkan lukanya, Finza dengan lembut memperban luka itu. Sesekali Finza meniup tangan itu, hingga menimbulkan rasa yang sejuk.
Orang-orang yang berada dalam kelas itu, merasa iri melihat kekompak 'kan yang terjalin antara tiga saudara kembar itu. Mereka saling melindungi satu sama lain, walau kadang-kadang mereka juga bertengkar kalau di rumah.
Bukan sampai disitu saja, saat akan pulang, tiba-tiba segerombolan siswa menghadang mereka di depan gerbang sekolah, dengan tongkat bisbol di tangan mereka masing-masing.
"Urusan kalian belum selesai. Kalian harus hadapi kita dulu, jika ingin pulang!" ucap seorang pria yang lumayan tampan. Dia bernama Ozi Walfiarta, nama itu tertulis di bajunya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Kehakiman {TAMAT}
RomanceMasih lanjutan dari My Husband Is A Bos Mafia. Cerita ini hanya diperankan oleh anak-anak Ratu dan Rayn, yang bercerita tentang sikembar tiga yang memiliki hobi berkelahi dan bikin geleng-geleng kepala dengan kelakuan mereka. Setelah membuat masala...