•••••
Finza sudah meminta maaf semenjak tadi, kalau dirinya benar-benar menyesal. Akan tetapi Arga malah memilih diam dan lebih fokus membawa mobilnya."Kakak, aku benar-benar minta maaf!" ucap Finza sambil memegang lengan Arga. "Sayang, aku benar-benar menyesal. Jangan marah lagi, ya? Nanti wajah tampan ini hilang." Finza sudah mulai kehabisan akal, saat yang diajak bicara hanya diam membisu.
"Ngambeknya melebihi cewek-cewek!" batin Finza sambil kembali ke tempat duduknya.
"Hentikan mobilnya!" teriak Finza.
Tuut ...!
Arga menghentikan mobilnya secara mendadak dan membuat kepala Finza terbantur ke depan. Meskipun begitu, Arga tetap cuek dan tidak menanyakan. Apa sayang baik-baik saja? Seperti yang dilakukan sebelum-sebelumnya.
"Dasar suami gak ada akhlak!" bentak Finza sambil membuka sabut pengamannya, lalu membuka pintu mobil dan berjalan keluar dari mobil.
"Pergi sana cari istri yang perhatian dan pengertian. Aku sudah meminta maaf karna menyesal, tapi kau malah diamin aja. Sekarang pergi dari sini, aku bisa pulang sendiri!" bentak Finza sambil menutup pintu mobil dengan keras. Seperti perintah Finza, Arga melaju meninggalkan Finza di kekegelapan malam.
"Dasar suami brengsek, dasar kurang ajar! Kagak peka amat!" teriak Finza mencaci maki Arga dengan nafas turun naik.
"Huwaa ... aku benar-benar menyesal! Jangan tinggalkan aku ...!" Finza menangis sekeras mungkin, sambil berjokok di tepi jalan yang lumayan sepi. Finza memeluk kedua lututnya, lalu membenamkan kepalanya. Arga tidak akan tega meninggalkan istri kecilnya, walau semarah apapun dirinya. Arga memutar mobil kembali dan melaju begitu cepat menghampri istrinya. Meskipun sakit melihat Finza menangis seperti anak kecil, tapi itu dia lakukan, agar Finza tidak berburuk sangka padanya dan lebih percaya padanya. Karna kunci langgeng hubungan adalah saling percaya, tapi bukan berarti kita bisa melakukan sesuka hati. Kita juga harus menjaga kepercayaan orang itu dan mungkin tidak akan ada orang ke empat. Hanya ada tiga dalam cinta kita, aku, kamu dan Allah Swt.
Arga berjalan menghampiri istrinya, lalu berjongkok di depan istrinya. Lalu berkata. "Maafkan kakak, sayang!"
Mendengar suara itu, Finza langsung mendongakkan kepalanya dan tampaklah Arga yang berada di depannya. Finza langsung memeluk Arga begitu erat.
"Jangan tinggalkan aku lagi, hiks ...." isak tangis Finza dalam dekapan Arga.
"Maafkan, kakak! Lagi-lagi kakak membuat sayang menangis lagi. Maafkan, kakak!" lirih Arga yang tak terasa air matanya ikut jatuh.
"Kakak tidak salah. Seharusnya aku lebih pengertian jadi istri. Aku harus tau, jika seorang dokter memiliki banyak pasien yang harus diselamatkan. Maafkan aku!" Finza menghapus air mata Arga dengan kedua jempol mungilnya.
"Kok kakak jelek banget kalau nangis?" tanya Finza menangkup pipinya Arga dan menatap mata Arga yang tampak merah.
"Sayang yang lebih jelek kalau nangis," ujar Arga sambil menyelipkan rambut istrinya. "Lain kali, kalau masalah kayak tadi jangan langsung bawa emosi. Sayang harus menyelesaikannya dengan kepala dingin dan dengarkan dulu penjelasannya. Sayang mengerti sekarang?" tambah Arga menatap wajah istrinya dalam-dalam.
"Iya," jawab Finza mengaguk.
"Hmmm ... sekarang kita masuk mobil dulu. Udaranya dingin di luar," ucap Arga mengedong Finza ala bridal style. Finza membuka pintu mobilnya, lalu Arga mendudukkan bokongnya Finza di atas kursi. Arga pun memakaikan sambut pengaman istrinya, sebelum menutup pintu mobil. Setelah itu dia sedikit berlari kecil, menuju kursi supir dan berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
Arga membawa Finza ke tempat mereka biasa makan, karna dia belum makan semenjak operasi tadi siang dan bahkan dia meninggalkan beberapa waktu sholat.
"Kak, kok kakak bisa nemuin aku dimana pun berada?" tanya Finza yang penasaran.
"Rahasia!" jawab Arga sambil memakan makanannya.
"Lah, kok pake rahasia segala. Pasti ada GPS di tubuh aku, 'kan? Makannya kakak selalu nemuin aku?" tanya Finza yang begitu penasaran.
"Makan ini dulu habis itu kita pulang. Kakak benar-benar lelah hari ini." Arga menyumbat mulut Finza dengan makanan dan membuat Finza mengunyah makanan itu.
•••••
Saat ini mereka sudah berada di kamarnya. Finza langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sedangkan, Arga lebih memilih pergi mandi dan menyegarkan tubuhnya yang sudah gerah. Beberapa menit kemudian, Arga kembali keluar dengan handuk di pinggangnya dan rambut yang acak-acakkan. Membuat Finza yang melihatnya, langsung menelan air slivannya sendiri. Saat Arga mandi, Finza sudah menyiapkan baju untuk Arga.Setelah memakai pakaiannya di ruang ganti baju. Arga langsung berjalan menghampiri istrinya di atas ranjang. Arga langsung merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Finza langsung mengambil sebelah lengan Arga, lalu menjadikan lengan Arga sebagai bantalnya.
"Kak," panggil Finza dengan memainkan jarinya di atas dada bidang Arga.
"Iya, sayang?" jawab Arga menatap ke arah istrinya.
"Selama di rumah sakit, kakak kangen gak sama aku?" tanya Finza menatap wajah Arga.
Arga pun memiringkan badannya ke arah Finza, lalu menatap wajah istrinya itu dengan senyuman.
"Kakak kangen banget sama sayang. Rasanya sehari di sana itu bagaikan satu tahun. Sayang jangan rindu kakak, ya?"
"Kenapa?" tanya Finza dengan mengerutkan keningnya.
"Rindu itu berat, sayang gak akan kuat. Biar kakak aja yang nahan rindunya," jawab Arga tersenyum manis. Wajah Finza langsung bersemu dibuat Arga dan tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya. Arga pun menarik wajah istrinya ke dekat wajahnya. Finza langsung memejamkan matanya, ketika tau maksud dari Arga, yaitu mintak jatahnya. Karna begitu menikmati ciuman luar biasa, tanpa sadar tangannya Arga menjalar masuk ke dalam baju Finza. Sedangkan pemilik badan, hanya menikmati sentuhan itu, karna dia begitu menikmatinya. Meskipun masih sekolah, Finza sudah paham dengan soal yang begini. Karna hampir seluruh anggota gengnya, yang berperilaku seperti ini.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Kehakiman {TAMAT}
RomanceMasih lanjutan dari My Husband Is A Bos Mafia. Cerita ini hanya diperankan oleh anak-anak Ratu dan Rayn, yang bercerita tentang sikembar tiga yang memiliki hobi berkelahi dan bikin geleng-geleng kepala dengan kelakuan mereka. Setelah membuat masala...