Part 05

89 9 0
                                    

_
_
_

Saat ini mereka sedang berada di dalam gudang. 3 vs 10 orang, Fendi dan Findo berjalan mundur dan membiarkan Finza yang menghadapi mereka.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Ozi bingung.

"Jangan banyak bac*t! Kalau berani sini hadapi aku!" jawab Finza yang tangannya sudah siap memukul para sekumpulan siswa laki-laki itu.

"Mana mungkin ..." Belum sampai mengatakannya, hidung Ozi tiba-tiba berdarah saat Yuna memukulnya dengan sangat keras.

"Jangan lengah, itu yang di ajarkan paman dan ayahku!" ucap Finza tersenyum miring.

"Hajar gadis itu!" titah Ozi yang marah sembari berjalan mundur. Finza pun memukul, membating para siswa itu ke lantai. Dalam waktu singkat, Finza berhasil mengalah semua musuhnya.

"Sesuai janji. Kami pulang dulu," ucap Finza seraya berjalan menghampiri saudaranya dan pergi meninggalkan para siswa yang sudah babak belur itu.

"Kenapa kau tidak membiarkan aku menghajar mereka!" ucap Findo.

"Tanganku sudah gatal memukulnya, hahaha ..." Finza tertawa sangat keras seraya menepuk perutnya sakit.

"Gak lucu!" timpal Fendi sembari berjalan mendahului Finza dan diikuti Findo.

"Kabuh lagi penyakit tu anak," ucap Findo seraya menggosok keningnya dengan jari tunjuknya.

"Apa kau bilang?" bentak Finza, saat dirinya dikatakan sudah sinting.

"Kabur-kabur!" ujar Fendi seraya berlari meninggalkan, Finza.

"Woi!" teriak Finza kesal seraya mengejar saudaranya itu.

Mereka berlari pulang hingga sampai di rumah, dengan nafas tersengal-sengal mereka berlari menaiki tangga.

"Findo ... Fendi!" teriak Finza kesal.

"Kenapa ini ribut-ribut?" tanya Ratu yang kaget. Ratu yang mendengar suara yang ribut-ribut di ruang utama, lansung berlari keluar dari dapur dengan memegang sendok.

"Tidak apa-apa, ibu," jawab Finza nyengir sembari berjalan menaiki tangga.

"Mandi dulu, lalu sholat. Ibu sudah siapkan makan malam!" ucap Ratu sedikit berteriak.

"Iya ibu," jawab Finza yang juga sedikit berteriak, lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Rayn dan Ratu selalu mengajarkan anak-anaknya, untuk melaksanakan perintah dari Yang Maha Kuasa. Setidaknya ada pegangan buat mereka ketika dewasa nanti, agar tidak tersesat di jalan yang salah. Meskipun terkadang mereka juga melakukan kesalahan, karna makhluk Allah Swt tak ada yang sempurna, kecuali Nabi dan Rasul. Ketiga saudara kembar itu tau, kalau berkelahi adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah Swt, tapi mereka juga manusia biasa yang tak luput dari berbagai kesalahan.

Saat ini, saudara kembar itu, sedang menikmati makan malam bersama ibu dan ayahnya. Tidak ada yang berbicara, mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing, hanya detingan sendok dan piring yang terdengar.

"Bagaimana dengan sekolah baru kalian?" tanya Rayn yang memecah kesunyian.

"Lumayan menarik, ayah!" jawab saudara kembar itu secara bersamaan.

"Syukurlah, kalau begitu ayah tidak perlu lagi khawatir. Bagaimana dengan ...."

"Sayang! Biarkan mereka menikmati makanannya dulu!" timpal Ratu yang jengkel, saat Rayn tidak membiarkan anak-anaknya makan.

"Fendi, tangan kamu kenapa?" tanya Ratu yang kini malah dia yang berbicara di meja makan.

"Sayang!" balas Rayn.

"Aku cuma bertanya tentang tangan anak kita. Salah ya ibunya khawatir dengan anaknya sendiri?"

"Hah ..., ibu sama ayah bagaimana sih? Kok malah jadi ribut di meja makan?" ucap Fendi.

"Ibu, ayah, kita masuk kamar dulu. Soalnya ada Pr tadi dari sekolah," ucap Finza bangun dari kursi.

"Makanan belum habis?" ujar Ratu sedikit mengerutkan keningnya.

"Kita udah kenyang ibu," jawab Finza tersenyum manis, lalu menarik kedua saudaranya dari meja makan.

Saudara kembar itu masih terdengar, saat Ratu menyalahkan Rayn karna anak-anaknya jadi pergi.

"Ini semua salah sayang!"

"Lah, kok kakak yang salah?" jawab Rayn.

"Ya kalau bukan karena sayang. Mereka bertiga tidak akan pergi!" ujar Ratu.

"Iya deh sayang. Sekarang kita makan yok? Lapar ni!"

"Makan aja sendiri!" timpal Ratu yang kesal lalu meninggalkan Rayn sendirian di meja makan.

"Sayang!" panggil Rayn, sebaliknya Ratu tidak menghiraukan panggilan Rayn.

Sementara itu, ketiga saudara kembar itu tengah tertawa keras, saat melihat tingkah ibu dan ayahnya yang seperti anak muda.

"Ibu dan ayah benar-benar lucu. Gak kebayang deh pas masa muda ibu dan ayah dulu," ucap Findo tertawa keras.

"Palingan setiap hari mereka bertengkar, lalu ibu ngambek. Sama kayak kamu, Finza." Seketika tawa itu terhenti, ketika Fendi menyigung Finza.

"Apa yang kamu bilang tadi?" tanya Finza dengan tatapan tajamnya.

"Hehehe ..., bukan apa-apa," jawab Fendi nyegir.

"Awas kamu Fendi!" ujar  Finza seraya berjalan menghampiri Fendi yang berada di kursi.

"Finza-Finza! Aku cuma becanda doang!" ucap Fendi seraya mencoba menjauhi Finza.

"Woi! Berhenti becandanya, pr kita belum siap ni!" ucap Findo yang membuat dua saudara kembar itu saling berhenti.

"Benar juga itu, Finza. Kita siapkan dulu prnya,"  ujar Fendi dengan menujukkan giginya rapi dan putih.

"Baiklah," jawab Finza yang kembali ke meja dan mulai mengerjakan tugas dari sekolah itu.  Hingga malam pun berlalu, ketiga saudara kembar itu tertidur di atas karpet. Saat masih tidur, mereka masih kayak tom dan jery. Finza menarik selimut Fendi, yang membuat Fendi kembali menarik selimut itu, dan terjadilah tari menarik selimut.

Kring ... kring ... kring!

"Findo, matikan tu alaram!" ucap Finza dengan mata yang masih tertutup dan suara yang masih mengatuk.

"Bangun-bangun! Kalian harus pergi sekolah," ucap Rayn menggoyangkan tubuh anak-anaknya. Fendi pun bangun dari tidurnya seraya mengusap-usap kedua matanya dan sesekali menguap karna mengantuk.

"Findo, Finza! Ayo bangun!" ucap Fendi seraya mengoyangkan tubuh adik-adiknya itu.

"Eughk ..." lenguh Finza seraya merentangkan kedua tangannya, hingga membuat hidung Fendi terkena tangan Finza. Finza pun bangun dari tidurnya, dengan mata yang masih melek. Finza pun berjalan keluar dari kamar saudaranya, lalu berjalan menuju kamarnya yang berada di sisi kamar saudara Kembarnya.

Bersambung ...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang