Part 46

53 6 0
                                    

•••••
Bel tanda pulang baru saja berbunyi, semua siswa bergegas memasukkan alat tulisnya ke dalam tas. Begitu pun dengan Fitri yang berniat akan meninggalkan kelasnya, tiba-tiba Fendi menghentikan langkahnya.

"Bu!" panggil Fendi berjalan menghampiri Fitri yang hampir sampai di pintu.

"Iya, Fendi," jawab Fitri dengan lembut.

"Maaf atas perlakuan adik-adik saya. Saya akan mencoba berbicara dengan Findo nanti. Maaf sekali lagi, Bu!" ucap Fendi yang merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Saya mengerti dengan perasaannya. Wajar kalau dia marah pada saya. Seharusnya saya mengatakan ini sejak awal, sebelum dia telanjur mencintai saya. Kamu tidak perlu meminta maaf. Seharusnya saya yang meminta maaf," ujar Fitri sedikit menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Bu," jawab Fendi tersenyum.

"Saya permisi dulu," ucap Fitri sebelum berlalu pergi meninggalkan Fendi.

"Sayang!" panggil Enjel berjalan menghampiri Fendi ke dalam kelasnya.

"Enjel, kamu pulang sendiri, ya? Aku harus cari saudaraku," ucap Fendi yang langsung meninggalkan Enjel.

"Fendi!" teriak Enjel yang tampak kecewa, ketika Fendi pergi begitu saja. "Fendi lebih mementingkan saudaranya. Aku 'kan pacarnya. Mereka 'kan sudah besar, kenapa harus dicari lagi?" batin Enjel dengan menekuk wajahnya.

Sementara itu, Findo dan Finza tengah berjalan di jalan pasar yang tidak terlalu besar. Begitu banyak orang-orang yang datang ke sini, karna makanan di pasar ini terkenal dengan kelezatan makanannya.

"Kak!"  panggil Finza menatap Findo yang berada di sampingnya.

"Hmmm!" Findo membalas dengan berdeham dan mata yang menatap ke arah depan.

"Apa yang membuat kakak jatuh cinta sama, Bu Fitri?" tanya Finza yang seketika membuat langkah Findo terhenti. Findo pun mengalihkan padangannya ke arah Finza dan membuat wajah mereka saling bertatapan.

"Jangan pernah menyebut nama dia lagi. Adek mengerti?" jawab Findo dengan nada dingin.

"Maaf, lain kali Finza gak bahas tentang ini lagi," jawab Finza yang tampak menyesal.

"Bagi kakak wanita terbaik itu adalah ibu dan adek. Selebihnya mereka bukan wanita yang baik," ucap Findo tersenyum menatap Finza.

"Aakh!" lirih Finza yang tanpa sengaja pria mabuk menyegolnya, hingga membuat semua makanannya jatuh di atas aspal.

"Pak, kalau jalan lihat-lihat dong!" bentak Finza yang kesal.

"Kau mau apa, ha?" tanya pria itu yang kembali meneguk minumannya.

"Bukannya anda minta maaf malah nyolot pada adik saya!" bentak Findo.

"Hei bocah! Kau tidak tau siapa aku, ya? Berani-beraninya kau membentakku," jawab pria itu sambil melemparkan botol minumannya ke bawah, hingga membuat kepingannya mengenai pergelangan kaki Finza.

"Anda itu pria mabuk, yang tidak tau sopan santun dan anda sudah berani membuat kaki saya terluka!" bentak Finza dengan rahang yang sudah menegang.

"Kalian bakal tau akibatnya, karna sudah berurusan dengan, Devan Faliando!" ucap pria itu sambil memberikan isyarat dengan tangannya. Dalam sekejak saudara kembar sudah dikerumuni oleh para preman.

"Ternyata kau seorang Bos mafia rendahan. Yang berani mengoroyok dua siswa," ucap Findo tersenyum sinis.

"Beri pelajaran mereka!" titah DDevan kepada anak buahnya, sambil berjalan mundur.

"Baiklah, jika ada kerusakan, kau yang ganti rugi!" ucap Finza yang melepaskan tas di punggungnya dan diikuti oleh Findo. Mereka berdua sudah bersiap-siap menerima serangan dari para preman. Sementara orang-orang yang berada di sana, tampak begitu khawatir dengan sikembar. Karna Devan terkenal kejam dan pasar ini adalah wilayahnya.

Sikembar tampak begitu kompak.  Mereka berkerja sama dalam menghadapi musuhnya. Findo mengakat tubuh adiknya dan memutar bersama. Saat itulah Finza menendang musuh-musuhnya, dalam sekejap mereka ambruk. Finza dan Findo mengambil tongkat bisbol milik anak buah Devan, lalu memukul anak buah Devan tanpa ampun. Jika sudah seperti ini, jangan dua saudara kembar itu menjadi anak yang baik. Mereka seperti ayahnya yang tidak akan memberikan ampun pada musuhnya. Dalam beberapa menit, mereka berhasil membuat anak buah Devan tergeletak di aspal dengan kondisi babak belur. Finza meludahkan darah yang ada di mulutnya, lalu tersenyum sinis menatap Devan.

"Kau harus tau, kalau kita berdua ini ketua geng Zurrah. Jadi, jangan pernah macam-macam dengan kita berdua," ujar Finza dengan tatapan tajam. Tampaklah wajah yang semula sok hebat, sekarang berubah menjadi pucat. Bagaimana tidak? Nama Zurrah sudah di kenal karna kekejaman dan kehebatan mereka dalam balapan. Dan sudah lama berdiri dan kini dikelola oleh tiga saudara kembar.

Finza dan Findo mengambil tas mereka, lalu berlalu pergi meninggalkan kerumunan itu. Orang-orang benar takjub, karna dua siswa berhasil melumpuhkan anak buahnya Devan, yang cukup meresahkan para pedanggang di sana.  Meskipun begitu banyak kekacauan yang mereka buat, tapi itu tidak masalah,  karna mereka begitu senang. Akhirnya ada orang yang berhasil mengalahkan Devan, yang selalu meminta uang pada mereka.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang